Share

47. Santi Pendarahan

"Nak, kami pamit pulang duluan ya, kalian berhati-hatilah sama mereka," ucap ibu lagi.

"Baik pak, bu, hati-hati dijalan," sahutku.

Mereka memesan taksi, dan akhirnya memghilang dari pandangan. Sedangkan Mas Rendy masih berdiri terpaku ditempatnya.

"Bu, bagaimana? Apa kita juga mau pulang?" tanyaku pada Bu Turi. Bu Turi masih nangis sesenggukan. Aku bisa merasakan betapa hatinya merasakan sakit yang luar biasa, antara malu dan juga marah.

Mas Anjar datang mendekat, tadi dia pergi keluar mengajak Sofia. Dia paham bahwa amarah perdebatan tadi tidak bagus untuk tumbuh kembang Sofia. Takut anak itu trauma.

"Bagaimana? Apa kita mau pulang?" tanya Mas Anjar.

"Tunggu sebentar lagi ya, kita tenangin Bu Turi dulu," sahutku.

"Aaaaahhhh...!"

Tiba-tiba terdengar suara teriakan dari dalam. Mas Rendy berlari ke dalam, menghampiri Santi, rupanya dia terjatuh di kamar mandi. Bu Turi juga berlari menghampiri Santi, terlihat kepanikan di wajahnya.

"Aauu, Mas, perutku sakit sekali," erangnya kesakitan.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status