"Mas, itu sepertinya bubur ayam!" seru Zsalsya sembari menepuk lengan Endrick dengan antusias. Matanya terus tertuju lurus pada sebuah gerobak bubur ayam.Endrick pun langsung menepikan mobilnya di depan sana. "Yakin itu bubur ayam?" tanya Endrick kepada Zsalsya."Sepertinya begitu, Mas."Zsalsya keluar dari dalam mobil, begitu pula dengan Endrick. Nana dan Arzov hanya mengikuti mereka saja. Tetapi, terlihat jelas bahwa Arzov menatap Zsalsya dan Endrick dengan malas sekaligus kesal. Ia tidak suka dengan kedekatan keduanya. Terlebih lagi melihat Endrick yang terus memeluk Zsalsya dari samping sembari berjalan berdampingan."Mereka harus aku pisahkan! Enak saja Zsalsya mencampakkan cintaku, lalu malah bahagia dengan pria lain yang baru ditemuinya! Dia terlalu egois dengan mengatakan pernikahan yang telah direncanakan!" batin Arzov dengan rencana jahat yang seketika muncul dalam isi kepalanya.Arzov menarik tangan Nana dan membawanya ke samping. Ia membawa wanita itu untuk bersembunyi se
Namun, pada saat yang sama, Arzov datang dan ...."Karena Anda sedang makan, sebaiknya aku saja yang melakukannya!" kata Arzov yang juga menawarkan diri sama halnya seperti Endrick. Endrick menyeringai. Tetapi, kemudian ia memasang wajah dingin karena memang menganggap Arzov adalah rival. Ia berdiri dan langsung memeluk Zsalsya dari samping."Saya saja. Kamu siapa? Saya calon suaminya. Saya yang lebih berhak untuk mengantar ca-lon is-tri saya ke manapun dia pergi!" tegasnya. Berbicara lantang tepat di depan wajah Arzov.Arzov merasa kesal dengan itu. Ia mengepalkan tangannya penuh amarah dan dendam. Tetapi, sayangnya ia tidak bisa melakukan apapun karena kini ia bukan siapa-siapa dan tidak tahu pula bagaimana ia melawan Endrick yang punya kuasa dan dunia bisnis.Zsalsya menoleh ke arah Endrick. Ia memperhatikan betul raut wajah dari calon suaminya. Tampak sekali bahwa Endrick saat ini sedang merasakan cemburu dan bersaing dengan orang yang mencoba mendekati Zsalsya. "Daripada kamu m
"Tapi, bukannya mereka itu punya hubungan spesial?" gumamnya.Endrick mendnegar gumaman itu dengan bingung. "Hubungan spesial? Benarkah? Tapi saya sama sekali tidak melihat mereka bermesraan. Malah ... saya melihat kalau mereka merencanakan sesuatu," tutur Endrick.Zsalsya terhenyak. "Benar juga. Mas Endrick tidak akan tahu. Yang tahu semuanya cuma aku, karena aku yang menginginkan perubahan ini sampai akhirnya kembali ke masa lalu," batinnya.Endrick berbelok dan kemudian menepikan mobilnya di tempat parkir. Mereka keluar dari mobil sana dan langsung berjalan ke dalam rumah sakit."Sungguh, mereka punya hubungan? Wah, sepertinya itu bagus sekali! Jadi, tidak ada yang mengganggu kita lagi!" kata Endrick dengan antusias.Namun, dibalik semua itu, Arzov tetap menyimpan dendam dalam lubuk hatinya yang terdalam. Ia ingin menaklukan Zsalsya, agar dendamnya dapat terlampiaskan dengan baik.Sayangnya, Zsalsya-lah yang merupakan pemeran utama dalam cerita ini. Ia yang tahu semua dan memiliki
"Kenapa mereka belum juga kembali, ya?" gumam Nana sembari melihat ke arah jalan. Bubur ayam yang mereka nikmati pun sudah pada titik penghabisan, hanya tinggal satu suap lagi. Tetapi, Zsalsya dan Endrick tak juga kembali ke sana."Bagaimana ini? Kenapa mereka tidak juga kembali," katanya.Melihat bubur ayam yang ada di mangkuk Arzov dan Nana telah habis. Penjual bubur ayam tersebut pun mendekat untuk mengambil mangkuknya, agar dicuci."Semuanya jadi berapa, Bang?" tanya Arzov kepada penjual tersebut."Semuanya jadi enam puluh ribu.""Kok mahal banget, sih, Bang. Perasaan cuma dua mangkuk!" kata Arzov sembari meninggikan suaranya.Lantas, penjualnya pun langsung menjelaskan kepada Arzov dengan santai. "Dua mangkuk yang tadi belum dibayar, jadi tolong bayar juga sekalian.""Tapi nanti mereka juga balik lagi ke sini."Penjual bubur ayam yang tidak mau tertipu pun tentu saja tetap dalam keinginannya. "Pokoknya kalian harus bayar semuanya sekarang! Mau makan di sini, kok, tidak mau bayar
"Mas, Memangnya kita menikahnya kapan?" tanya Zsalsya kepada Endrick.Zsalsya yang belum tahu pasti waktunya pun membuatnya penasaran. Ia sangat ingin tahu kapan saat itu terjadi. "Minggu ini kita menikah.""Tapi kita belum mempersiapkan semuanya," balas Zsalsya."Untuk masalah itu jangan khawatir. Tapi, bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Endrick dengan pandangan mengarah ke perut Zsalsya.Zsalsya yang merasa bahwa dirinya memang masih dalam keadaan menstruasi pun membuatnya langsung paham. "Sudah membaik. Aku tidak merasakan sakit perut lagi." Begitu jawabnya."Memangnya sakitnya cuma awal menstruasi saja, ya?" tanyanya dengan santai."Tidak bisa ditentukan, Mas. Kadang cuma di awal, kadang juga sampai tiga hari sakitnya.Setelah mendengar penjelasan langsung dari Zsalsya, barulah Endrick dapat memahami datang bulan yang terjadi pada wanita. Endrick jadi teringat pada apa yang pernah dikatakan oleh Rosmala sebelumnya. Ia ingat bagaimana Rosmala berkata bahwa sakit atau tidaknya s
Suasana gelap pada ruangan rumah sakit tampak menyedihkan ketika Zsalsya hanya terbaring sendiri tanpa ada seorang pun yang peduli."Teganya kalian di depanku!" Ingin berbicara lantang, tetapi suara yang keluar hanya terdengar seperti bisikan.Hatinya tampak membenci kelakuan Arzov dan Nana yang seolah sudah kehilangan urat malu. "Aku harus bisa bangun, tidak boleh terus lemah begini!" Berkali-kali Zsalsya mencoba bangkit, tetapi rasanya sulit. Suara gaduh dari sofa menjadikan dirinya saksi akan kisah perselingkuhan antara suami dan Adik tirinya. "Ahh ... sayang ... pelan-pelan," desah Nana dengan nada manja.Mereka terus saling melumat bibir di depan Zsalsya tanpa ada rasa malu. Malah seakan dengan bangga menunjukkan hubungan perselingkuhan mereka secara terang-terangan.Amarah dan kecewa menyatu padu membentuk rasa sesal, kecewa sekaligus dendam yang membuatnya mengutuk Adik tiri dan suaminya."Kenapa kalian rela berbuat hal seperti ini?" Ingin Zsalsya mengatakan kalimat ini deng
Kriing! Kriing! Kriing!Suara alarm terus berdering tanpa henti hingga mendenging di telinga. Membuatnya berpikir apa ini mimpi atau nyata?"Apa ini? Kenapa aku bisa mendengar suara alarm kamarku lagi? Aku 'kan sudah ...."Sontak saja Zsalsya menyentuh pipinya, ia meraba dan kembali merasakan lembut kulit dan halus rambutnya.Tak lama dari itu, seruan sederhana dari seorang pria paruh baya kembali terdengar di telinga."Bangun, Nak, sudah siang! Ayo cepat turun ke bawah sarapan dulu sebelum pergi dengan tunanganmu!" suara tak asing dan selalu dirindukan itu kembali terdengar nyaring.Firman -- Ayahnya duduk di samping Zsalsya dan terus menggemingkan tubuhnya. Hal itu membuat Zsalsya langsung membuka mata, ia menoleh ke arah aroma tubuh yang tidak asing dan masih teringat jelas itu."P-Ppapa?!" Ia merasa linglung kala melihatnya, karena kini seperti hidup di antara halusinasi, mimpi dan nyata. "Sepertinya ini memang Papa!" Menyadari bahwa ini nyata, membuatnya sangat antusias.Tekadny
"A-apa yang membuatmu sampai datang ke tempat itu dan mengaku sebagai suami saya?"Rasa penasaran dalam benaknya tak kunjung hilang ketika pria tampan nan gagah dari kalangan konglomerat itu kini bersamanya."Kamu tidak perlu banyak tanya.Tapi jika memang mau bekerja sama, maka saya setuju!" Endrick tidak menjelaskan panjang lebar, ia merasa bahwa cukup dirinya saja yang tahu alasan dibalik itu semua.Zsalsya masih tidak mengerti kenapa orang itu langsung menyetujuinya pula. Namun, ia senang mendengarnya. "Baik, tapi kerjasama kita hanya sebatas status saja. Kita tidak perlu menikah!"Endrick menyeringai sekilas. "Baik!"Zsalsya sama sekali tidak berpikir banyak pada pria yang ada di sampingnya. Ia bahkan tidak mencurigai sisi lain dari Endrick. Dirinya hanya fokus pada ambisinya untuk memperbaiki hidup dan balas dendam.Waktu terus berjalan dan malam pun telah tiba. Zsalsya mengangkat tangan kirinya, melihat jam tangan yang ternyata jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.20."Sekaran