Beberapa saat sebelumnya, Mariana datang ke kamar Endrick. Sebab semalam belum mendapat jawaban mengenai Endrick yang tiba-tiba membawa Zsalsya ke kediaman itu. Mariana meminta penjelasan itu kepada anaknya. Endrick pun menjelaskan tujuannya membawa Zsalsya ke rumah itu.Tetapi, karena melihat sebuah kotak di kamar Anaknya, Mariana pun langsung bertanya. "Dua kotak itu untuk siapa?" Ia merasa penasaran dengan hal itu."Itu untuk Zsalsya, Ma. Nanti aku akan meminta pelayan untuk membawanya ke sana."Mendengar hal itu, Mariana pun langsung antusias memberikan penawaran. "Biar Mama saja yang membawanya ke sana.Mariana rela melakukan itu, supaya Zsalsya semakin nyaman di rumah itu. Ia ingin jika Zsalsya merasa dicintai, karena jika merasa terabaikan maka sudah pasti tidak akan betah berada di sana. Itulah yang tersisip dalam pikiran Mariana sewaktu memberikan penawaran itu.Cklek! Zsalsya yang baru selesai mandi pun segera melangkah keluar. Tetapi, rupanya seorang pelayan dan Mariana sud
"Tunggu sebentar!" tahan Endrick sembari mengambil kotak lain yang ada di sana. Kotak berwarna abu tua yang mana ketika dibuka, itu berisi sepasang jam tangan kulit dan pada bagian bulatannya bertabur berlian.Endrick memakai salah satu jam tangan itu sisanya ia serahkan kepada Zsalsya. "Pakailah, supaya semua yakin kalau kita pasangan!" pintanya. Masih bernada datar dan membuat Zsalsya bertanya-tanya mengenai sikapnya."Kenapa sekarang dia tidak memasangkan jam tangan ini pada pergelangan tanganku? Apa dia kesal karena aku sempat menolak bantuannya saat memasangkan heels?" batinnya seraya melirik ke arah Endrick yang sedang sibuk sendiri dengan jam tangan barunya.Selepas memasang jam tangan ke pergelangan tangannya sendiri, Endrick tidak langsung keluar. Melihat Zsalsya yang masih terdiam, membuatnya langsung bertanya."Kenapa jam tangannya tidak dipakai? Mau saya pakaikan?"Zsalsya yang agak hanyut dalam lamunan itu pun langsung tersadarkan. Ia terhenyak, dan dengan gugup menjawab
Di kantor, ruang rapat.Ketika itu hendak diadakan rapat perusahaan mengenai proyek besar yang kini dilanjutkan oleh Endrick, karena kini Empires Group telah diwariskan kepada Endrick sebagai anak tunggal Rosmala. Tanggung jawab itu memang sengaja dipercayakan kepada Endrick, karena Rosmala merasa bahwa kini sudah saatnya untuk membuat anaknya membiasakan diri mengelola perusahaan."Dengar-dengar Pak Endrick membawa seorang wanita cantik. Saya penasaran itu siapa? Apa itu mungkin sekretaris barunya?" ucap salah seorang karyawan yang berbisik kepada yang lainnya."Benarkah?" sahut karyawan lain."Pasti sangat beruntung wanita itu kalau menjadi sekretarisnya, karena bisa berdekatan dengan pria setampan Pak Endrick.""Benar. Tapi, bagaimana dengan sekretaris lama? Apa akan dipecat?"Semuanya bertanya-tanya, kala beberapa dari mereka ada yang melihat kebersamaan Endrick dan Zsalsya di kantor.Tak satupun dari mereka menduga bahwa itu kekasih atau pun istrinya. Karena, sejak lama tak ada y
Rapat proyek perusahaan telah usai. Semuanya karyawan bubar dan kembali ke tempat mereka masing-masing. Tetapi, Zsalsya masih berdiam diri di kursi dengan kedua kaki yang terus digerak-gerakkan. Endrick yang memperhatikan gerakkan kaki itu hanya menyeringai. "Ayo kita pergi!" ajaknya."Tapi saya mau pergi ke toilet dulu!" "Iya, ayo!" ajak Endrick sembari menarik pergelangan tangan Zsalsya.Namun, saat itu Zsalsya menahannya. "Tunggu sebentar, saya mau tahan dulu."Endrick pun memasukkan salah satu tangannya ke dalam saku celana. Ia berdiri menunggu Zsalsya sampai wanita itu siap untuk melangkah."Ayo cepat, saya sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi!" ujar Zsalsya sembari berjalan keluar dari ruangan itu.Endrick pun berjalan, ia menariknya, membawa Zsalsya ke ruangan miliknya.Sekretaris yang ruangannya berdekatan dengan Endrick pun melirik datar. Hatinya seolah tengah mengumpat sesuatu mengenai mereka berdua. Seperti ada rasa cemburu yang disembunyikan dalam-dalam di hatinya
"Sayang, apa boleh saya meminta tolong padamu?" seru Zsalsya sembari menoleh ke arah Endrick."Perlu bantuan apa kamu?" Endrick mendekat dan kini berdiri di samping Zsalsya."Tolong kamu minta Ibram supaya membawanya pergi sini!" pinta Zsalsya.Nana yang mendengar hal itu pun langsung protes tak terima dan mulai kembali berdrama. "Kak, kenapa Kakak melakukan semua ini padaku. Aku datang ke sini untuk melihat keadaan Kakak. Kenapa malah mengusir aku?" Zsalsya sudah tahu bagaimana Nana melakukan drama palsu itu. Ia sudah merasa malas dan tidak ingin meladeninya lagi."Ibram, bawa dia keluar dari ruangan ini!" perintah Endrick. Ia menoleh ke arah Ibram dengan kedua tangan bersemayam di dalam saku celana.Ibram melangkah ke depan dan langsung memegang lengan Nana yang pada akhirnya dibawa keluar sesuai dengan perintah Endrick."Kak, sejak kapan Kakak berubah begini? Kenapa sikapmu seolah tidak mengenalku?!" seru Nana sembari menahan untuk tidak dibawa keluar dari ruangan itu.Tenaga Na
Zsalsya terus mengayunkan kakinya menuju mobil. Ibram membuka pintu mobil itu dan mempersilakan Zsalsya masuk, namun entah kenapa seperti ada bisikan yang meminta Zsalsya untuk menoleh ke samping. Intuisi tajamnya seakan mengatakan sesuatu."Kenapa aku merasa ada yang mengintaiku?" batin Zsalsya, curiga. Ia memutar perlahan tubuhnya dan melihat ke segala penjuru di tempat parkir, tetapi ia tak menemukan orang yang mencurigakan seperti apa yang dirasakan oleh hatinya melalui insting.Ibram yang keheranan pun ikut melihat ke arah sebagaimana Zsalsya melihat. "Ada apa, Nona? Apa ada sesuatu?" tanyanya.Namun, Zsalsya memasuki mobil dengan jawaban singkat. "Tidak ada. Ayo antar saya ke kantor sekarang!" pintanya."Baik, Nona."Blam! Ibram menutup pintu mobil itu kembali. Ia berjalan memasuki mobil menuju tempat dirinya menyetir. Kala itu, Zsalsya duduk di jok tengah. Dahinya berkerut sembari berpikir keras memikirkan apa yang terjadi sebelumnya. "Hanya perasaanku saja atau apa?" gumamnya
Di depan komputer, Zsalsya terus fokus dengan tugasnya, walau masalah yang ada di hidupnya terus gentayangan di kepala. Ia sendiri tidak tahu harus bagaimana, tetapi ia berusaha untuk melupakannya melalui kesibukan yang dimiliki.Tak lama dari itu, Mariana yang masih ada di kantor masuk. Tanpa mengetuk pintu, wanita licik itu masuk begitu saja.Dengan langkah santai dan pasti, kedatangan Mariana membuat Zsalsya tidak fokus bekerja karena beberapa pertanyaan tiba-tiba muncul dalam kepala."Mama?" gumam Zsalsya.Wanita itu mendekat dan langsung duduk di kursi langsung mendekati. Rasa khawatir semakin bertambah ketika tatapan mata Mariana seperti memiliki maksud buruk. "Sepertinya kau sangat sibuk? Bagaimana dengan harimu?""Ya, seperti yang terlihat."Mariana menyinggung remeh. "Setelah kejadian waktu itu, rupanya kau tidak tahu malu. Wajahmu cukup tebal dalam menyembunyikan masalah yang ada."Zsalsya mencoba menahan kekesalannya ketika Ibu tiri membuatnya tambah kesal. "Jadi, apa tuju
"Duduk!" pinta Firman.Zsalsya menurunkan tubuhnya dan duduk di kursi sofa itu. Dirinya menaruh tas selempang yang ada di bahu dan perlahan mulai menyiapkan diri untuk bicara."Ada apa kamu datang ke ruangan Papa? Bagaimana dengan pekerjaanmu, apa kau mengalami kesulitan?" tanya Firman."Pa, Zsalsya mau bilang dan minta sama Papa supaya mereka tidak datang ke ruangan saat Zsalsya sedang bekerja."Firman mengerutkan kening. "Mereka siapa yang kamu maksud itu?""Nana dan Ibu tiriku. Jangan biarkan mereka masuk. Zsalsya tidak mau diganggu, Pa!""Tapi memangnya mereka itu menganggu apa? Mereka datang pasti mau menemani kamu di ruangan itu supaya todak sendirian~"Sekalipun Zsalsya memintanya dengan sangat, tetap saja Firman masih tidak percaya dengan alasan Zsalsya. Ia hanya peduli dengam penilaiannya saja tentang mereka tanpa mau mendengarkan saran dari Zsalsya."Sebelum tanggal 17, Papa mau kamu segera menyelesaikan desain itu. Karena Papa akan mengeluarkan berbagai jenis pakaian baru