“Apa maksudmu?” tanya Chef. Aku merasa Chef berusaha menjaga nada suaranya.
Andai saja aku tahu bahwa restoran ini adalah restoran erotik alias restoran prostitusi high class!
Well, bagaimanapun juga aku adalah customer.
“A-aku berkata kalau aku masih perawan, bukan aku tidak menginginkannya.” Aku berujar dengan ragu. “Aku sungguh-sungguh tidak tahu bahwa kakakku akan memberikan hadiah semacam ini untuk ulang tahunku. Maaf, aku mengacau.”
Aku benar-benar mengacaukan makan malam penuh fantasi ini.
“Jadi, apa yang kau inginkan?” tanya Chef.
“Aku ingin merasakannya. Aku ingin terbebas dari rasa malu yang menyedihkan karena sebuah penolakan di masa lalu. Kumohon!”
Aku ingin merasakan kenikmatan seksual, tapi aku tidak yakin bisa melakukannya untuk pertama kali dengan cara seperti ini. Itu yang sebenarnya ingin aku katakan.
“Kau ingin melepas keperawananmu bersama dengan orang yang tidak kau kenal?” Alpha Chef mencoba memastikan keputusanku.
“Aku berbicara tentang sex pertama, bukan cinta pertama. Bukankah benar begitu? Lagipula ini ulang tahunku,” jawabku cepat.
“Baiklah, mari kita lakukan dengan cara yang lebih tepat untuk melepas keperawananmu.” Chef diam sejenak. “Namun aku tetap tidak bisa melepas penutup matamu,” katanya kemudian.
“Yes, Chef. Aku percaya padamu.”
Tanpa menjawab lagi, chef melepas ikatan tanganku dan menggendongku. Dia berjalan dan aku merasa dia mendorong sebuah pintu dengan punggungnya. Kemudian dia merebahkan tubuhku pada sebuah kasur.
Sepertinya chef sedang mengubah menu makan malam dengan rasa yang sedikit berbeda untuk seorang perawan.
Jantungku masih berdegup, beradu cepat dengan nafasku. Chef membelai lembut wajahku dengan jari tangannya.
“Miss. Hale, siapapun yang menolakmu adalah laki-laki paling bodoh di dunia. Karena kau begitu sempurna.”
Hatiku seketika meleleh. Chef mencium lembut bibirku dan menelan semua perasaan ragu dalam diriku. Aku membalas ciuman chef dengan penuh percaya diri. Tanganku menggerayangi wajah dan tubuhnya.
Alpha Chef memperlakukanku dengan sangat lembut dan penuh gaya. Dia membuatku kembali bersemangat.
Dan malam itu, akhirnya aku melepas keperawananku di usia dua puluh lima tahun.
**
Aku terkulai lemas di atas kasur setelah makan malam yang nikmat dan melelahkan.
“Bukalah penutup matamu pada hitungan ke sepuluh. Kenakan pakaian barumu dan keluar melalui pintu yang terbuka. Kau akan menemukan barang-barangmu di ruangan yang sama seperti saat pertama.”
Aku hanya mengangguk menjawab kalimat Alpha Chef itu.
“Miss. Hale, sekali lagi, selamat ulang tahun.” Chef mengecup punggung tanganku dan menghilang.
Dan dalam hitungan ke sepuluh, aku melepas kain penutup mata. Aku menggerakkan badanku kegirangan. Itu adalah momen paling gila dalam hidupku!
Aku melihat ke sekeliling. Aku berada di sebuah ruangan yang mirip dengan kamar hotel bintang lima. Mataku menangkap sebuah kotak pakaian.
Aku sudah bersiap pergi saat Angel datang. Dia membantuku mengenakan mantel dan mengantarku keluar restaurant.
Aku tidak bisa berhenti tersenyum selama perjalanan pulang. Tidak ada kado ulang tahun yang lebih baik. Restoran yang bernama ”Are You Hungry Baby?” telah merubah hidupku!
“Kadomu sungguh luar biasa, Theo!”
Esok harinya aku terbangun oleh suara panggilan masuk ke handphone-ku.
“Halo?” Suaraku masih cukup parau.
“Miss. Hale, kita perlu bertemu. Sore ini?” kata suara di seberang.
“Oh, Tuan Anthony. Baiklah. Di tempat yang sama? Oke.”
Aku menutup teleponku dan menguap. Tubuhku masih terasa lelah setelah keseruan yang gila tadi malam.
Namun hari ini aku harus menghadapi serangkaian misteri peninggalan mendiang kakakku.
Sudah satu bulan berlalu sejak kabar kematiannya yang mendadak. Theodore, kakak laki-lakiku satu-satunya memberiku surat wasiat melalui pengacaranya Mr. Anthony.
Saat itu, seminggu penuh aku berada di rumah untuk berduka dengan orang tuaku di Seattle. Aku dan Theo memiliki selisih usia yang cukup jauh, dia sepuluh tahun lebih tua dariku.
Selama hidupnya, dia hampir tidak pernah memperhatikanku karena dia sibuk dengan teman-teman dan urusannya. Namun Theo selalu memanjakanku ketika kami bersama.
Kadang Theo bersikap aneh. Dia pernah menelepon untuk menyuruhku memutuskan hubungan dengan Andrew, mantan pacarku saat kuliah pasca sarjana hukum di Seattle University.
Well, akhirnya aku memang putus dari Andrew dan sekarang dia adalah senator muda di California dari distrik 13. Dia menikah dengan anak dari keluarga politisi. Dasar brengsek!
Orang tuaku adalah kaum penganut Katolik konservatif dan banyak mengekang. Sedangkan Theo adalah tipe pembangkang.
Sebagai gantinya aku harus menuruti kemauan orang tuaku untuk memenuhi harapan keluarga yang tidak bisa diwujudkan oleh Theo.
Aku sendiri tidak benar-benar tahu apa yang selama ini dia lakukan. Siapa teman-temannya dan di mana dia tinggal. Dia adalah misteri terbesar dalam hidupku yang aku abaikan dari sejak lama.
Minggu lalu Mr. Anthony memberikan wasiat pertama dari Theo berupa sebuah kartu member restoran “Are You Hungry Baby?” sebagai kado ulang tahunku.
Aku menghela nafas mengingat itu semua. Kemudian aku bersiap menemui Mr Anthony. Entah apa yang kali ini Theo tinggalkan untukku.
Sore hari, ketika aku bertemu dengan Mr Anthony, mataku tidak berkedip. Aku melihat semua berkas milik Theo yang ada dalam genggaman tanganku.
“Tunggu Tuan Anthony. Apa kau yakin dengan semua ini?”
“Saya sudah memastikannya. Tuan Theodore mewariskan seluruh kepemilikan aset dan sahamnya di perusahaan Wealth & Delicate Enterprise kepada Anda, Miss Hale.
“Tuan Theodore adalah pemilik saham utama dengan kepemilikan sebesar 50%. Separuhnya lagi dimiliki oleh rekan ,bisnisnya, Tuan Hugo Sebastian Hart,” jelas Anthony.
Holly! Ini adalah angka yang sangat sangat besar. Aku adalah seorang billionaire sekarang! Oh God!
Dan, Hugo Sebastian Hart?
Tidak mungkin! Dia adalah celebrity chef terpopuler dan raja bisnis food & beverage baru di California!
“Bagaimana mungkin Theo memiliki aset kekayaan sebesar ini?” tanyaku sangat penasaran.
“Anda harus menemui Tuan Hart untuk memastikannya,” jawab Anthony.
Aku hanya menatap Anthony tak percaya.
“Miss. Hale, maaf, tapi sebaiknya kau berhati-hati terhadap Mr. Hart,” kata Anthony tiba-tiba.
“Panggil Emily saja. Ada apa dengan Mr. Hart?” balasku.
“Okay, Emily. Sejak awal Theo sudah memilihmu sebagai ahli warisnya. Padahal bisa saja suatu saat dia berkeluarga memiliki istri dan anak.
“Dan saat Theo membuat surat wasiatnya, dia berulang kali menyebutkan bahwa jika terjadi hal buruk sampai dia kehilangan nyawanya, aku harus merahasiakan kematiannya,” cerita Anthony panjang lebar.
Aku mengerutkan dahi. Apakah itu alasan pemakaman Theo jauh dari Seattle. aku ingat Anthony datang ke rumah saat pemakaman sudah selesai.
“Jadi, Hugo belum tahu?” Aku tidak menutupi kebingunganku. “Dan apakah Mom Dad tahu mengenai warisan ini?”
“Hugo belum tahu. Dan warisan ini hanya kau yang tahu.”
Aku mencoba memikirkan berbagai alasan mengapa kakakku sudah mempersiapkan kematiannya di usia yang sangat muda dan kaya raya.
“Emily, Anthony sering membicarakanmu. Bagaimana kau menjadi kebanggaan orang tuamu, dan kegigihanmu saat menekuni bidang hukum dengan orang-orang yang tidak mudah,” ujar Anthony menyadarkanku dari riuhnya pikiranku saat itu.
“Tidak Anthony, dia jauh lebih hebat dariku,” balasku sedikit lirih.
Theo, apa yang kau pikirkan? Aku mendesah dengan perasaan sedih.
“Jadi, apa rencanamu?” tanya Anthony.
Aku menghela nafas. Prioritasku adalah mencari penyebab kematian Theo.
“Aku akan menemui Hugo dengan caraku. Dan aku akan berhati-hati.” Aku menjawab yakin. “Saat ini lebih baik Hugo tidak mengetahui situasiku.”
“Aku setuju. Hubungi aku jika perlu bantuan.” Anthony mengangguk. Dia kembali bersipmati setelahnya. “Theo adalah orang yang baik. Sayang sekali.”
“Tentu. Anthony, terima kasih banyak,” ucapku.
“Jangan khawatir. Theo membayarku banyak untuk ini. Emily, semoga beruntung.”
Aku mengangguk dan kami berpisah. Aku berada di sebuah coffee shop tidak jauh dari apartemen yang baru ku sewa di Los Angeles, khusus atas permintaan Anthony.
Orang tuaku mengira aku sedang melakukan interview pekerjaan di beberapa firma hukum besar di LA.
Sepertinya aku tau di mana aku harus melamar pekerjaan!!
“Miss. Emily Hale? Apakah anda salah satu penggemar Mr. Hart?” Aku sudah menduga pertanyaan ini akan diajukan.Aku sedang melakukan wawancara kerja untuk menjadi Personal Asisten CEO di perusahaan Hugo. Hanya itu lowongan pekerjaan yang paling memungkinkan untuk mendapatkan akses data rahasia perusahaan.Hugo Sebastian Hart dikenal sebagai celebrity chef yang kritis namun kharismatik. Perawakannya tinggi dengan badan yang atletis melengkapi profilnya sebagai bujangan paling diminati saat ini. Pahatan wajahnya yang simetris tampak sempurna dengan mata biru jernih bagai lautan berlian yang hanya bisa diakses oleh orang-orang kaya. Apa aku penggemarnya? tentu saja iya. Dalam satu tarikan nafas aku memberikan jawaban terbaikku kepada pewawancara.“Meskipun saya mengakui pesona Mr. Hart, namun saya adalah seorang yang lebih menghargai nilai dari dalam diri seseorang. “Jika ada yang bisa saya idolakan dari Mr. Hart, itu adalah kemampuan bisnis yang berkembang pesat di tengah fenomena b
Aku melakukan reservasi di restoran Are You Hungry Baby untuk besok malam. Tapi aku lupa sesuatu. “Maaf, tapi bisakah kau memberitahu chef–oh, sayang sekali aku tidak tahu namanya,” kataku kepada petugas reservasi. Aku tidak pernah terpikir untuk bertanya nama sang Alpha Chef. Tidak pernah terpikir untuk kembali lagi ke sana. “Kami mengerti, jangan khawatir Miss. Kami menantikan kedatangan anda besok Miss. Hale.”Bagus sekali! Aku menutup telepon dengan hati senang. Tak sabar untuk bertemu dengan Alpha Chef!***Aku berdandan cantik sore ini dan mengenakan underwear sexy yang baru saja kubeli. Aku masih belum percaya aku ketagihan mendatangi restoran prostitusi. Bahkan melepas keperawananku di sana. Petugas receptionist masih sama, Angel yang cantik. Angel segera membawaku ke sebuah ruangan. Berbeda dengan kunjungan sebelumnya, ruangan kali ini lebih gelap dengan lampu dim dan beberapa cermin di dinding. Ini lebih panas dan menegangkan dari kemarin. Angel pergi meninggalkanku se
Ini adalah hari yang mendebarkan. Hugo sudah tahu siapa diriku sebenarnya. Felix menelponku untuk bertemu dengannya di apartemen Hugo. Aku hanya mengiyakan. Kepalaku masih pening dan aku belum mengatur strategi untuk menghadapi Hugo hari ini. Aku melihat beberapa pesan masuk dan ada pesan dari Anthony. Dia mengirimkan pesan bahwa pengerjaan makam Theo sudah selesai semuanya. Aku membuat kopi dan menyantap roti panggang. Kemudian kuputuskan untuk pergi ke makam Theo sebelum ke apartemen Hugo. Makam Theo terletak cukup jauh di Forest Lawn Memorial Park. Lokasinya berada di California selatan. Setibanya di daerah itu aku berhenti terlebih dahulu untuk membeli bouquet bunga. Graveyard itu adalah salah satu makam paling indah di California. Suasana Hollywood Hill yang tenang membuat perasaanku juga sedikit lebih tenang.Aku mencari makam Theo sesuai petunjuk Anthony. Namun aku terkejut melihat seseorang sudah berada disana. Seorang pria mengenakan mantel hitam dan setelan suit hitam.
“Dimana semua pakaianku?” aku bertanya kepada diriku sendiri. “Di ruang tengah,” sahut seseorang yang baru saja keluar dari kamar mandi. Tidak mungkin! Hugo?Aku panik dan menutupi tubuhku dengan selimut. Hugo keluar dari kamar mandi dengan telanjang dada dan hanya mengenakan celana tidur. Apa yang terjadi semalam? “Hugo?” “Pakaianmu ada di ruang tengah. Aku tidak sempat membawanya kesini tadi malam,” jawabnya. Mataku masih membelalak tak percaya. “Apa yang terjadi?” aku bertanya setengah depresi. “Ayolah Emily, ini bukan pertama kalinya kita bercinta,” kata Hugo dengan tenang. “Ini yang pertama kalinya aku tahu siapa lawan mainku.” Aku membalas sambil sibuk melilitkan selimut ke badanku sebelum menuju ruang tengah. “Kau tau aku tidak bercinta dengan sembarang pria,” kataku lagi. Pagi itu aku cukup kacau dan malu pada diriku sendiri. Tapi aku melampiaskannya kepada Hugo. Dan anehnya aku merasa lebih baik. Well, sebenarnya aku tidak terlalu menyesal menghabiskan malam denga
“Emily, waktunya shopping,” kata Hugo. Aku masih terdiam. Siapakah “dia” yang mereka maksud tadi. Aku tidak mungkin bertanya kepada David, dan akan berbahaya jika aku langsung bertanya kepada Hugo. “Shopping?” tanyaku. Hugo menganggukkan kepala. Dia berjalan ke arahku. Gerak bola matanya melihatku dari ujung rambut ke ujung kakiku. “Kau terlihat sexy. Tapi kau perlu baju baru,” kata Hugo. “Tidak, terima kasih. Aku tidak terlalu suka belanja,” balasku.“Emily, jika kau terus berpakaian seperti itu aku tidak bisa menahan diriku untuk-” “Oke. Ayo shopping!” sahutku cepat. Aku seperti berada di kandang predator. Mata Hugo seperti memiliki kekuatan super tembus pandang dan dia baru saja menelanjangiku.Aku mendengar Hugo berpura-pura mendesah kecewa. Wajahnya menahan senyum yang menggelikan. Dia sangat menikmatinya ketika menggodaku. Aku berlari ke kamar dan mengambil tasku dan segera kembali ke ruang depan. Hugo sudah siap dengan wajah tampannya.“Hugo, kau tahu aku bukan pelacurmu
“Emily, lihat aku. Lihat aku,” Hugo memegang pipiku berusaha menyadarkanku.“Semua akan baik-baik saja. Kau akan kembali ke apartemenku,” kata Hugo. Dia menarik tubuhku ke dalam pelukannya. Mataku terbuka lebar. Pelukan Hugo tidak mampu menghangatkan tubuhku kaku. Sekilas aku teringat pesan Anthony. Aku benci berada dalam pusaran cinta dan benci ini!“Hugo, apa kau ada hubungannya dengan ini semua?” tanyaku dengan serius. “Kau bercanda?” balasnya. Kami saling memandang dengan tajam layaknya musuh.“Kau boleh berpikir apapun, tapi aku tidak ada kaitannya dengan ini,” kata Hugo lagi. Aku tidak menjawab. Tiba-tiba seseorang masuk.“Miss. 512?” tanyanya. Aku terkejut dan menatap laki-laki itu. “Aku tetangga apartemenmu. Ada kerusuhan tadi sore. Seorang laki-laki datang merusak kamarmu mengira kau adalah penghuni lama. Entah apa yang dia cari tapi dia menggila,” katanya. “Seorang laki-laki?” Aku tertegun. “Apa ada barangmu yang hilang? Pihak keamanan sudah menghubungimu?” tanyanya la
Aku berpikir sejenak. Mencoba untuk menjadikan penjelasan Hugo masuk akal untuk diterima oleh logikaku.“Aku tetap akan menghubungi Anthony,” balasku. Aku berusaha menyembunyikan kecurigaanku.“Tentu. Sampaikan salamku,” ucap Hugo. “Kau mengenalnya?” tanyaku reflek.“Bagaimana tidak? Dia pengacara Theodore sebelum menjadi pengacaramu,” jawabnya. “Apa kau mengenal baik Anthony?” tanyaku lagi. “Oh, tidak tidak. Jangan lakukan itu kepadaku Yang Mulia Pengacara Sexy…” Hugo mendekatiku dan merengkuh tubuhku. Dia menciumku dengan bibir rasa kopi yang wangi dan lembut. Aku reflek membalas ciumannya. “Kau tidak akan menginterogasiku di pagi yang cerah ini,” bisiknya. Suara seksi Hugo hampir saja membawaku terbang ke dunia fantasi. “Chef, pancake-mu…” kataku mengingatkan Hugo yang langsung beranjak ke kompor listriknya dan membalik pan-nya dengan lincah.Handphone-ku berdering. Kulihat di layar ada panggilan masuk dari Anthony. Kebetulan sekali.“Anthony, Hi. Aku baru saja akan meneleponm
Semua orang mengucapkan selamat atas pertunanganku. Aku sama sekali tidak memperdulikan mereka. Satu hal yang memenuhi pikiranku, Chef paling seksi ini adalah milikku!Aku masih belum bisa beranjak dari rasa bahagia yang meluap sejak minggu lalu. Meskipun di sosial media banyak orang membenciku, tapi aku tidak terlalu memikirkannya.Hari ini aku akan bertemu dengan Anthony. Sungguh ironis. Pada awalnya Anthony menyuruhku untuk berhati-hati kepada Hugo, namun akhirnya aku justru akan menikahinya.“Anthony, apa aku perlu membuat perjanjian pra nikah?” tanyaku.“Tentu saja. Kau memiliki aset dan saham hampir sama besar dengan Hugo. Dan ketika kalian menikah akan ada harta gono gini dari pernikahan kalian,” jawab Anthony dengan tegas.“Aku tahu, aku hanya ingin memastikan.”Akhirnya aku mengetahui rasanya keti