Share

Permainan Panas Chef Miliarder
Permainan Panas Chef Miliarder
Author: Jewel Lee

Alpha Cheff

“Miss Emily Hale, anda belum melakukan reservasi. Saya perlu memastikan ada private dining room yang tersedia.” 

Aku hanya mengangguk setelah receptionist itu melakukan scan pada kartu member yang aku berikan kepadanya. Ini kali pertama aku datang ke sini, karena ingin mengambil hadiah ulang tahun yang diberikan oleh kakakku–Theodore.

Aneh sekali. Restoran ini cukup sepi, tapi aku harus masuk ke dalam waiting list? Jujur ini adalah restoran termewah yang selama ini pernah aku datangi. Entah kenapa, Theodore memberikan hadiah yang tidak biasa kali ini.

Sebenarnya aku sudah melakukan riset tapi tidak ada ulasan di internet tentang restoran ini.

Namun, karena ingin menghargai pemberian terakhir sebelum dia meninggal dunia, aku pun akhirnya memutuskan untuk menggunakannya hari ini.

“Miss Hale, silahkan ikut saya.” 

Receptionist perempuan itu berdandan jauh lebih cantik dan elegan daripada aku. 

Restoran ini didesain seperti exclusive lounge dengan gaya futuristik yang modern. Penataan lampu yang hangat dan minim seakan menjaga privasi pengunjungnya. 

Receptionist bernama Angel itu membawaku ke sebuah ruangan pribadi.

“Silahkan masuk.” 

Angel membuka pintu ruangan dan aku cukup terkejut tidak yakin dengan apa yang kulihat. 

“Ini private dining room-nya?” tanyaku ragu. 

Angel hanya tersenyum dan memberi sinyal untuk masuk ke dalam ruangan yang hampir mirip dengan playroom Mr. Grey di film 50 Shades of Grey. Hanya saja ada meja dan kursi makan.

Restoran macam apa ini? 

Aku menghela nafas dan memberanikan diri untuk masuk. Lagipula ini hadiah ulang tahunku. Tidak ada yang salah dengan makan malam yang sedikit liar. 

“Mantel anda please Mam,” kata Angel.

Aku segera melepas mantelku. Menyisakan midi dress hitam tanpa lengan di tubuhku.

Angel menarik kursi untukku dan aku segera duduk. Kemudian receptionist sexy itu mengambil lipatan kain sutera panjang di meja dan menutup mataku. 

“Apa yang–”

“Tenang Miss. Anda akan sangat menikmatinya. Anda berada di tangan yang handal.” 

Angel memotong pertanyaanku. Baiklah, aku berada di restoran erotik. Aku benar-benar tidak tahu tempat semacam ini ada di Crowded Dream Tower yang berdiri tepat di Los Angeles, jantung California. Lantai paling atas.

Setelah menutup mataku, Angel menarik kedua tanganku ke belakang dan mengikatnya pada punggung kursi. Kemudian mengikat pergelangan tanganku dengan kain. Jantungku mulai berdegup.

Aku mencoba menggerakkan tanganku memastikan apakah aku benar-benar tidak bisa meloloskan diri. Ternyata Angel memang sudah ahli menyekap “sandera”. 

“Miss. Hale, Chef anda akan segera datang.” Setelahnya, aku mendengar Angel meninggalkan ruangan dan menutup pintu. 

Aku menghela nafas sekali lagi untuk menenangkan diri. Angel bahkan tidak mengeluarkan menu dan membiarkanku memilih makan malamku. Sepertinya, aku lah makan malamnya di sini. 

Aku mencoba berpikir apa yang Theodore coba berikan kepadaku lewat wasiatnya setelah kematiannya yang mendadak. Apakah dia juga member di restoran ini? 

Tiba-tiba aku mendengar suara pintu terbuka dari arah lain. Aku mendengar langkah kaki seseorang berjalan mendekatiku. Aku juga mendengar roda troli makanan bergerak ke arahku. 

Aku mencoba mengatur nafas. Dan itulah saat aku mendengar seseorang bertanya kepadaku tepat di telingaku sambil setengah berbisik.

“Are you hungry, Baby?” 

Aku menelan ludah. 

Bulu romaku berdiri. Aku sudah tidak merasakan lapar. Aku menggerakkan tanganku yang terikat. 

“Ya, aku lapar,” jawabku sedikit tercekat. 

Orang itu tidak bicara lagi. Dia berada di belakangku dan menyentuh rambutku. Kemudian merapikannya dan mengikatnya dengan lembut.

“Saya adalah private Chef anda malam ini. Apa anda menyukai makanan manis, pedas atau asin?” tanya orang yang mengaku chef itu. 

Aku berpikir apa dia benar-benar membicarakan tentang makanan? 

“Sedikit pedas,” jawabku mencari pilihan yang aman. 

“Baiklah. Saya akan menyiapkan makanan spesial untuk anda. Katakan, yes Chef.” 

Dia menyuruhku dengan suara yang dalam dan tegas. Aku sedikit terkejut. Oh, Tuhan! sialan kau, Theodore! 

“Yes, chef!” kataku mengikuti perintah Chef.

Aku mendengar chef menuangkan cairan ke dalam gelas, dan memasukkan beberapa es batu. Kemudian dia menurunkan level punggung kursi hingga posisiku setengah tertidur. 

Chef menempelkan bibir gelas ke mulutku. 

“Ini adalah wine terbaik. 1995 Château Pétrus untuk ulang tahun anda,” kata Chef.

Setiap kali chef berbisik di telingaku, setiap kali itu juga darahku berdesir. 

Chef meminumkan wine ke mulutku, dan aku meneguknya seperti air putih. Chef menarik gelas wine saat aku masih meneguk, membuat beberapa tetes wine membasahi mulut dan leherku. 

Kemudian chef mengecup tetesan wine itu. Jantungku berpacu. Perasaanku tak menentu. Chef terus mencium daguku dan leherku, hingga hampir mengenai belahan dadaku. Aku merasakan ujung dadaku mengejang.

Aku memejamkan mataku yang terpejam. Aku mencium aroma tubuh Chef yang maskulin dan wangi. Gairahku muncul tak tertahankan. 

Aku merasakan Chef duduk di depanku dan melepas high heels-ku. Chef menyingkap pakaian bawahku. Dia menciumi betis hingga pahaku dengan mulutnya yang basah. 

Tubuhku menggeliat, mulutku terbuka. Aku menantikan bibir Chef datang ke mulutku. Setetes wine benar-benar sudah membuatku mabuk kepayang. 

“Apakah wine-nya enak?” tanya Chef menggoda.

“Ya.” 

“Yes, Chef!” hardiknya. 

Dia adalah Alpha Chef malam ini. Dan aku adalah submissive-nya. 

“Yes, Chef!” 

Aku mulai mengikuti dan menikmati makan malam liar ini. 

“Silahkan buka mulut Anda.” 

Chef memberikan instruksi. Aku segera membuka mulutku. 

Kemudian chef menyuapiku dengan spaghetti dari atas. Mulutku berusaha meraih spaghetti itu. Lidahku menjilati saos yang bercecer di mulutku. 

“Chef tidak senang. Anda makan dengan berantakan. Anda mendapatkan hukuman. Yes, Chef?” 

“Sorry—”

“Yes, Chef!” tangkasnya.

Oh, sial! 

“Yes, Chef!” jawabku cepat berusaha terus mengikuti permainan ini.

Chef melepaskan ikatan tanganku dan mengangkatnya ke atas. Chef menarik badanku untuk berdiri dan berjalan mengikutinya ke sebuah sudut. Dia merentangkan tanganku dan mengikatnya di kanan kiriku. 

Nafasku naik turun membayangkan apa yang akan terjadi. Aku terkejut mendapati diriku sangat menikmati permainan ini. 

Chef membuka resleting bajuku dan merobeknya. Dadaku terekspose. Lalu aku merasakan sentuhan suatu benda berbulu membelai dadaku. Chef berdiri di belakangku. Aku merasakan tubuhnya menempel di badanku. Tanpa busana. Oh God! 

Chef memutariku dan menghentikan cambuk bulunya di perutku. Kemudian mencambukku keras dan halus. Aku tercekat.

“Apa itu sakit?” tanyanya. 

“No….”

Nafasku memburu. 

“No, Chef!” 

Dia membentakku dan mencambukku lagi karena aku terus melakukan kesalahan. 

“No, Chef!” sahutku. 

Kemudian chef melucuti pakaianku. Saat ini aku hanya memakai pakaian dalam saja. 

Sesaat, aku menyesali pemilihan pakaian dalamku kali ini. Seharusnya aku memakai pakaian dalam yang lebih bagus. Aku benar-benar tidak menduga hal ini akan terjadi. 

Tiba-tiba aku tersadar akan sesuatu. Aku mulai diserang panik. Sedangkan Chef sudah berdiri di depanku, bersiap mengangkat badanku. 

“Apa Anda siap untuk hidangan utama?” 

Oh tidak! Aku benar-benar kacau dan ragu.

Chef merengkuh tubuhku dengan kuat dan aku tidak sabar untuk menyajikan hidangan utama. Namun, aku menahan hasratku dan berkata sambil setengah berteriak. 

“Tunggu Chef! Maafkan aku. Tapi aku masih perawan.” 

Chef tidak berkata apa-apa. Dia masih mengangkat dan merengkuh tubuhku. Namun aku merasakan tubuhnya diam tidak bergerak. 

Kemudian aku merasakan helaan nafasnya. Perlahan dia menurunkanku. 

“Kau apa?” tanyanya lagi. 

“A-aku masih perawan.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status