Share

Bab 5

“Sialan kau!” teriak Anggara sambil terus memukul.

Eva membeku sejenak. Ia memang tahu kalau Anggara itu adalah orang yang arogan dan dingin, tapi ini adalah kali pertama Eva melihatnya mengamuk. Anggara memukul pria itu membabi buta, mulutnya juga tidak berhenti mengucapkan kata kasar.

Tubuh Eva semakin bergetar. Rasa takutnya berganti. Suara bogem terdengar menyakitkan.

‘Bagaimana kalau Anggara membunuh pria itu?’

“Anggara! S-sudah!” dengan pikiran buruknya itu, Eva pun berteriak di tengah hujan. Tangannya terulur, meraih baju belakang Anggara.

“Anggara… a-aku takut….”

Mungkin karena merasakan tarikan di bagian belakang bajunya yang basah, Anggara akhirnya berhenti. Pria bertato itu pun sudah tak sadarkan diri dengan wajah babak belur.

Anggara mendecih, lalu segera menarik tangan Eva dari sana. Ia membawanya masuk ke mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

“Apa kamu udah gila?!” bentak Anggara langsung begitu mereka berdua ada di mobil. Ia pun menjalankan kendaraan itu.

Eva hanya menunduk, seraya air matanya mengalir di pipinya. “Maafkan aku….”

“Wanita gila mana yang keluar tengah malam, di tengah hujan deras, hah?! Handphone mu juga mati, kalau aku gak sengaja lewat sini, kamu mau menghabiskan malam sama preman itu di motel murahan, iya?!”

Eva tidak menjawab, hanya terus menangis. Bagaimanapun, ini semua gara-gara Anggara sendiri. Kalau Anggara tidak membawa wanita itu ke kamar hotelnya, Eva tidak mungkin berkeliaran seperti tadi.

Eva mendengar Anggara mendesah panjang, terdengar kesal.

“Eyang meneleponku sedari tadi, dan terus menanyakan kamu. Aku sampai tidak mood melakukan itu dengan pacarku gara-gara telepon Eyang,” suara dingin Anggara semakin menusuk. “Merepotkan! Ini yang paling aku benci bila punya istri!”

Lalu tiba-tiba, satu pak tisu mendarat di pangkuan Eva. “Jangan katakan soal kejadian ini pada Eyang.”

Eva sedikit mengangkat kepala, apalagi ketika melihat tangan Anggara terulur untuk mematikan AC di depan.

“Kamu paham tidak?” Anggara kembali berucap, dan kali ini Eva mulai menatapnya.

“Apa?” Anggara malah bertanya lagi karena Eva tidak juga berbicara.

Apa Anggara tidak punya hati? Eva hampir saja diperkosa pria asing, di tengah hujan, di tempat asing. Bajunya bahkan basah kuyup, dan ia belum berhenti gemetaran. 

Tapi apa? Kenapa harus berkata kasar seperti itu?

“Kamu gak bisa sedikit lembut padaku?” tanya Eva dengan suara bergetar, karena kedinginan dan masih trauma. “A-aku hampir… hampir dijahati….”

Anggara hanya menatapnya sekilas, sebelum kembali melihat ke jalan. Tidak ada tanggapan dari pria itu, tapi ia tidak lagi mengucapkan kata-kata menusuk.

Sisa perjalanan sampai hotel di habisi mereka dalam keheningan.

***

Sampai di hotel basement tetap sama masih tidak ada satu patah kata yang keluar dari mulut pria arogan itu. Anggara lantas keluar ketika mobil sudah terparkir sempurna. Tanpa memberi tawaran atau sekedar membukakan pintu untuknya.

“Apa yang kamu harapkan lagi Eva.” Eva menatap nanar punggung kokoh Anggara yang menjauh.

Berharap kecil ada satu pertanyaan tentang kondisinya dari Anggara. Tentu tidak didapatkan. Tidak ingin hal buruk terulang lagi, meski sebenarnya enggan masuk segera Eva mengikuti Anggara untuk kembali ke hotel.

Eva memutar bola matanya memindai seluruh isi kamar hotel ketika sampai. Tidak terlihat jejak apapun, hingga helaan napas panjang terdengar. Setidaknya seperti ini sedikit lebih cukup, meski tidak bohong bahwa bayangan itu ada.

Hingga mata langsung terpejam ketika Anggara dengan tidak tahu malu menggantikan baju tempat didepan matanya. Melepasnya dengan santai di depannya.

“Apa dia tidak punya malu atau lupa ada aku?” guman kesal Eva dalam hatinya.

“Sampai kapan kamu berdiri disitu?” cibir Anggara dengan suara kesal, “jangan buat ulah lagi, cepat ganti pakaian. Kalau kamu sakit bisa merepotkan!”

Eva terhenyak lantas ketika pejaman mata terbuka Anggara sudah mengenakan pakaian tidurnya. Sadar tubuhnya memang sangat basah dan tidak nyaman segera Eva masuk kamar mandi tanpa menyela atau memberi jawaban.

“Menyusahkan!” satu kata terdengar dari mulut Anggara ketika Eva akan menutup pintu.

***

“Mas Gara.” Eva keluar kemarin mandi dengan handuk terlilit di kepalanya membungkus rambutnya yang basah. Segera mendekati ranjang dimana Anggara sibuk dengan ponselnya.

Anggara mendongak mendengarkan panggilan itu. Aroma sabun menyeruak menyegarkan membuat Anggara terdiam beberapa saat. Aroma begitu segar dan menenangkan menyapa indera hingga membuatnya terpejam beberapa saat.

Sadar apa yang dilakukan konyol, segera Anggara melanjutkan aktivitasnya kembali.

“Terima kasih,” ucap Eva pelan. Selama membersihkan diri tersadar tanpa bantuan Anggara entah jadinya. Apalagi dirinya yang baru pertama kalinya ditempat ini. Bertemu dengan preman yang hampir melecehkannya.

Alis Anggara terangkat. “Jangan berharap lebih, Adeeva Putri Adhitama. Kita seperti ini kamu tahu tujuan utama aku apa!”

Anggara tersenyum sinis. Senyum terlihat begitu merendahkan menurut Eva. Kedua kalinya terhitung menyebut nama Eva begitu lengkap selepas ijab qobul.

“Tidak lebih dengan kursi jabatan!” lanjut tegas Anggara dengan suara dingin.

Eva ingin sekali menangis. Matanya terasa lembab. Merasa tidak ada gunanya berbicara dengan Anggara segera ia menuju sofa. Tidak mengulangi lagi ucapan terima kasih.

Eva membaringkan tubuhnya di sofa. Mata menatap atap kamar hotel itu. Anggara sudah mematikan lampu utama dan berbaring nyaman di ranjang. Setetes air muncul dari ujung matanya, entah kapan ketika malam tidak menangis lagi, nyatanya setelah sah jadi istri kegiatan menangis sebagai mengantar tiap malam sebelum tidur seperti sekarang.

“Tuhan, bolehkah aku menyerah?” guman Eva pelan untuk sekian kalinya. Himpitan rasa sesak bahwa pernikahan dijalani jauh dari bayangan indah. Malah sebaliknya sangat menyakitkan.

Kemudian muncul senyum kedua orang tuanya. Tidak lama harapan besar Eyang dan mendiang Kakek juga terlintas semakin membuat dada sesak, belum lagi harapan keinginan Bunda Zia begitu besar kemarin.

“Apa harus sesakit ini membuat mereka para orang tua bahagia?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status