Terpaksa Sera menerima jabatan itu. Dia ingin menarik tangan itu, namun Bima menahannya. Bahkan meremasnya. Kepala Panti sedikit terkejut saat melihatnya. "Kita akan segera membagikan semua sembako yang sudah disediakan. Untung saja Pak Bima datang dan membantu." Sera berusaha mengalihkan pandangan saat wanita itu mulai curiga. Sangat tidak baik jika gosip pasti akan menyebar."Iya ... benar," sela Bima lalu melepaskan genggamannya.Sera berjalan terburu-buru menuju ke depan. Maya melotot melihat tunangannya bersama Sera. Hatinya terasa panas. Sangat memalukan sekali. Apalagi semua orang di sana saling berbisik."Oh, jadi memang ama istri Bupati? Kan mereka pernah tidur sama-sama. Ih, tidak tahu malu," bisik salah satu wanita."Kasihan kan, Maya. Pasti sakit hati. Memang wanita tidak tahu diri," balas lainnya."Maya ... Maya. Kalau aku jadi kamu, wanita itu sudah aku buat malu," bisik istri wakil Bupati.Maya tersenyum sinis. Dia mendekati Bima, dan bergelayut manja di lengannya. Ser
Bagai tersambar petir. Semalam Anggoro berusaha untuk mengatasi perasaannya. Dia rasanya ingin memulai semua dengan pelan-pelan. Dia pikir kehadiran Sera sudah bisa membuat dia melupakan masa lalu bersama istri pertamanya. Namun, hari ini apa dia akan sakit hati lagi?Anggoro melupakan semua sumpah itu dan mulai untuk menyentuh istrinya. Sikap Sera yang bisa membuat Satria sedikit menurut, lalu kecerdasan luar biasa yang sering mengejutkannya, membuat dia ingin lebih mengenal dengan penyatuan tubuh.Apakah dia bisa berhasrat ketika menyentuhnya? Apakah Anggoro bisa merasakan kenikmatan ketika melakukannya? Dan ternyata dia merasakan itu semua, hingga akhirnya dia mencoba dan melupakan status budak itu. Namun, bagaimana jika hari ini dia kecewa lagi?"Siapa yang sudah menghubungiku?" gumamnya sambil mengamati beberapa nomor yang berada di belakang. Hingga dia, "Maya? Ya, suara itu adalah milik Maya. Aku sangat mengenalnya."Bergegas Anggoro memakai bajunya kembali. Dia berjalan cepat m
Tubuh Anggoro semakin bergetar. Selama ini dia selalu mengabaikan amplop itu. Menganggap sesuatu hal yang sama sekali tidak penting. Dan ternyata apa yang dilihatnya? Kebersamaan Sera bersama dengan Bima?Amplop itu berisi beberapa foto Bima saat bersama Sera ketika bersekolah. Bahkan, saat Sera tertidur di pundak Bima dengan mesra. Keduanya memang tampak seperti seorang kekasih dulunya."Mereka berhubungan sejak lama? Bima keparat!" teriaknya keras. Anggoro memukul kemudi mobil hingga klakson berbunyi keras."Berani sekali budak sialan itu membohongiku?!"Anggoro memejamkan kedua matanya, mengingat saat dia menuju hotel itu. Anggoro tanpa berbicara memukul Bima sampai babak belur. Dia masuk ke dalam kamar itu dan berteriak memanggil Sera."Sera!" Anggoro memasuki semua ruangan di dalam kamar itu. Sebuah kamar tipe suite dan termahal di sana. Sangat luas, bahkan ada kolam pribadi di dalamnya."Sera, kau jangan sembunyi wanita murahan!" Anggoro tidak menyerah. Dia tetap mencari keberad
Pamela, wanita sangat berkelas dan kaya raya. Bahkan kekayaan keluarganya menyaingi Simbah. Dia sangat senang ketika Anggoro menerima cintanya dan mengajaknya menikah. Merasa menjadi wanita paling hebat. Menikahi lelaki impian semua wanita.Simbah tidak senang dan menolak, walaupun nantinya akan mengakhiri perjanjian bisnis sangat besar dengan keluarga Pamela yang sangat sombong dan arogan. Sosok Pamela tidak akan pernah puas dengan apa pun. Dia hanya ingin kekuasaannya bertambah. Bersatunya keluarga mereka, semakin membuat Pamela semena-mena.Sesuai dugaan Simbah. Keberadaan Pamela di rumah membuat suasana sangat mengerikan. Memerintah dengan seenaknya. Anggoro pun sangat frustasi. Pertengkaran hebat selalu saja terjadi. Sifat mendominasi Pamela membuat Anggoro tidak tahan dan menamparnya sangat keras. Bahkan Anggoro meninggalkan Pamela beberapa hari untuk menenangkan diri. Wanita itu tidak terima. Menganggap itu adalah sebuah penghinaan. Dia membalas Anggoro dengan menjalin hubungan
Sera mendekati Anggoro dan melewati Pamela begitu saja. Mengambil tas hitam yang berada di genggaman Bupati. Entah kenapa Anggoro hanya terdiam. Padahal, dia sangat marah dengan istrinya. Simbah pun juga tidak menyangka saat melihat anaknya. Sosok Anggoro selalu saja meluapkan emosi ketika dikhianati. Namun, kenapa sekarang diam?"Sangat percaya diri sekali," balas Pamela dengan terkekeh pelan. Dia mengusap kepala Satria dengan tersenyum, lalu berjalan mendekati Sera. Sambil berkacak pinggang dia berkata, "Apa yang bisa dilakukan wanita murahan seperti dirimu? Pendidikan rendah. Gadis desa yang tidak memiliki apa pun." Suara itu pelan, disertai senyuman mengejek.Sera hanya memandang suaminya yang juga membalas tatapannya. Rasa cemburu seketika menyelimuti hati Pamela. Dia bergelayut manja di lengan kekar suaminya, karena tidak mau terlihat kalah."Aku masih istrinya," ucapnya sekali lagi dengan tersenyum. "Sayang, dia sudah bersama Bima. Ingatlah itu."Anggoro melepaskan jemari Pamel
Sera masuk ke dalam kamar Bupati. Meninggalkan Pamela yang masih memendam amarah. Namun, langkahnya terhenti. Tatapan tajam sudah menyambutnya. Ingin sekali menusuknya tanpa ampun. "Tuan, saya akan--""Jangan pikir kau ke sini karena aku menginginkannya." Anggoro membalikkan tubuhnya. Berjalan mendekati jendela, lalu mengambil satu gelas air dan meminumnya. Lelaki itu diam saja. Tidak berbicara apa pun, atau membahas sesuatu yang sebenarnya ingin sekali Sera jelaskan.Sera masih menunggu. Sampai beberapa menit, dia akhirnya gelisah dan hanya menunggu sambil berdiri.Sera ingin sekali menolong suaminya. Dia hanya bisa mengandalkan Bima. Dengan nekat, Sera ketika itu melakukan permintaan Bima. Dia juga tidak menyangka akan melihat Bima di depan vila milik Anggoro. Ketika itu Sera tidak bisa berpikir jernih dan hanya ingin Bima membantunya menyelesaikan masalah Bupati. Wanita itu sangat berani masuk ke sana dan mengikuti Bima."Hmm, apa kau ingat vila itu?" tanya Bima terkekeh sambil me
Sera semakin melotot tajam. Dia tak menyangka Bupati ..."Kenapa kau membuatku seperti ini? Hah ...""Apakah dia ..."Sera masih saja mendengarkan suara yang semakin membuatnya menelan ludah dengan susah payah. Dia memang sangat polos dan tidak mengetahui apa pun tentang seks. Tapi ... ini semakin membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Bagaimana bisa, Bupati yang sangat dingin itu bisa melakukan hal itu?"Kenapa dia tidak memintanya? Apakah dia memang tidak mau menunjukkan--"Brak!Saat Sera masih saja menempelkan telinganya, tanpa dia duga pintu itu terbuka dan membuat dia akan terjatuh. Sera memejamkan kedua matanya dengan sangat ketakutan. Namun, ternyata dia tidak menyangka berada di dalam dekapan Bupati. Apalagi sang Bupati hanya mengenakan handuk yang menutup tubuhnya bagian bawah."Tuan, maafkan--""Apa yang kau lakukan!" bentak Anggoro. "Kenapa kau bangun tengah malam?" Bupati segera menarik Sera menuju ke ranjang. "Sekarang kau cepat tidur saja. Jangan pernah melihat aku," uc
Pamela tidak menyangka ketika mendengar sang anak mengatakan hal yang sangat luar biasa mengejutkan. Wanita itu tetap terlihat tenang dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan."Satria anakku. Apa yang kau katakan? Tentu saja Ibu ke sini karena dirimu. Ibu merindukan kamu. Ibu akan membalas dendam apa yang sudah dia lakukan kepadamu." Pamela semakin mendekati Satria, kemudian menundukkan tubuhnya dan menatap dengan tajam. Dia lanjut, berkata, "Aku akan melakukan apa pun untuk membalas wanita itu. Bukankah kau ingin menjadi pemain sepak bola? Satria, dia sudah menghancurkan cita-citamu. Ibu berjanji akan membuat dia lumpuh seperti dirimu.""Bukankah saat di mobil Ibu mengancam ayahku? Membuat ayahku sangat marah sampai kalian bertengkar hebat. Hingga ayahku tidak melihat seorang wanita melintas di jalanan." Satria kini mengusap rambut Pamela yang sedikit berantakan. Kemudian lanjut berkata, "Aku juga pernah melihat Ibu akan meracuni Ayah. Apa yang sebenarnya Ibu akan lakukan? Aku ragu