Queen dan Kartika melepas kepulangan Rania bersama Surya Wijaya. Sedari tadi Kartika harus menahan diri untuk tidak turut bicara, karena hanya akan menambah runyam keadaan. Kartika harus memendam amarah karena Rania yang tidak mau mengerti dan memahami keadaan Queen.Beruntung Surya Wijaya bisa menjadi penengah yang handal bagi pasangan ibu dan anak itu, meskipun statusnya hanya seorang ayah sambung bagi Queen, tetapi dia mau memahami apa yang dirasakan oleh Queen.Queen dan Kartika melangkah bersama memasuki rumah. Wanita sepuh itu memegang erat tangan cucunya seolah tidak ingin terpisahkan. Tetapi dia harus bisa menerima, saat Queen dan Ageng rujuk nanti, cucunya tersebut pasti akan meninggalkannya lagi, dan dia akan sendiri.Queen menatap wajah sendu Kartika, sosok yang sejak kecil selalu menjadi pelarian baginya. Ada rasa bersalah, karena merasa mendatangi sang nenek hanya saat dia butuh saja. Sedangkan pada saat bahagia, dia akan asik dengan kehidupannya sendiri.“Ageng akan menj
“Ini penting. Mari kita hancurkan Ageng bersama!”Mike tersenyum menyeringai mendengarkan ajakan dari sang kakak yang dia anggap hanya lelucon belaka. Mereka tahu, tidak mudah untuk menghancurkan anggota keluarga Wardana, yang secara bisnis dan personal seolah tanpa cela.”Papa punya bukti-bukti KDRT yang dilakukan Ageng terhadap Queen,” ucap Zachary tegas. “Kau bisa memintanya, atau mungkin mencurinya jika terpaksa.”Zachary mencoba merayu dan mempengaruhi adiknya yang sedang labil. Anak tertua keluarga Wijaya itu berusaha menabur racun dalam hati dan pikiran adiknya yang sedang terluka.Mike terdiam, pikirannya berputar. Bukti KDRT, Ageng yang kasar, Queen yang menderita, semua itu menari-nari di pikirannya yang sudah kacau karena alkohol.“Keluarga Wardana begitu hebat menjaga reputasi mereka selama ini. Aku yakin kau tahu apa efeknya jika sampai bukti-bukti KDRT yang dilakukan oleh Ageng tersebar ke publik,” lanjut Zachary dengan nada yang lebih lembut untuk meyakinkan.Mike meras
Sampai hari berganti Queen belum mendapat kabar tentang Ageng. Ingin rasanya menghubungi Cyrus lagi untuk menanyakan kabar terbaru Ageng, tetapi malu. Sudah pasti sahabat Ageng itu akan menggodanya habis-habisan seperti waktu itu.Queen duduk di dekat jendela, memandang keluar. Pagi itu tenang, cahaya matahari masuk melalui celah tirai, menghangatkan ruangan. Pikiran Queen melayang-layang, penuh dengan kegelisahan.“Belum ada kabar dari Ageng?” Suara Kartika berhasil membuyarkan lamunan Queen. Wanita sepuh itu menghampiri cucunya yang sedang melamun di dekat jendela.Queen menggeleng pelan, terlihat tidak bersemangat. “Belum,” jawab singkat Queen terdengar sedih.“Benar-benar sedang ngganggur kamu?”Queen menatap wajah sang nenek dengan tatap mata seolah bertanya balik ‘apa maksudnya Nenek bertanya demikian?’“Kalau ada pekerjaan, kamu tidak akan suntuk waktu menunggu kabar dari Ageng. Kamu bisa seharian di depan laptop lupa dengan semuanya. Lupa makan, lupa istirahat, lupa punya masa
Mike bergeming di posisinya, berhadapan dengan sang ayah, yang menatapnya begitu tajam hingga terasa mampu menembus dinding kebohongan. Mike merasakan keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya, tangannya gemetar memegang berkas yang baru saja diambilnya dari laci meja kerja Surya Wijaya.“Apa yang sedang kau lakukan di sini, Mike?” tanya Surya Wijaya sekali lagi, menunjukkan jika dia menginginkan jawaban yang secepatnya dari putranya tersebut.Gugup, Mike merasa semua kosakata yang ada di otaknya raib dengan tiba-tiba. Hingga membuatnya tidak mampu untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh sang papa.Saat tatap matanya tertuju pada berkas yang berada di tangannya, Mike merasa telah menemukan alasan yang tepat.“Sa saya, sedang mencari draft kontrak terbaru, saya akan mempelajarinya,” ucap Mike dengan terpatah-patah dan tanpa berani menatap mata Surya Wijaya.Surya Wijaya bergeming, dia memandangi putranya dengan tatap mata yang sulit untu dimengerti.“Ta
Rania membimbing Queen dengan antusias memasuki rumah mewah keluarga Wijaya. Rumah besar itu penuh dengan keindahan, namun ada keheningan yang aneh menyelimuti. Rania berharap Queen bisa merasa nyaman dan tidak canggung selama berada di rumah tersebut.Queen dan Rania melewati ruang tamu yang luas, dihiasi dengan perabotan elegan dan lukisan mahal. Setiap detail dalam rumah keluarga Wijaya mencerminkan keindahan dan kemewahan gaya klasik, menciptakan suasana yang elegan dan penuh kehangatan.“Ada yang ingin bertemu denganmu.” Senyum menghiasi wajah pucat Rania yang sampai saat ini masih harus rutin melakukan pengobatan.Queen hanya mengangguk dan mengikuti langkah Rania. Dia sudah memutuskan untuk datang, jadi harus bersikap sebagai tamu yang baik, meskipun merasa ada yang masih mengganjal di benaknya. Ia mencoba mengabaikan perasaan aneh itu, meyakinkan dirinya bahwa ini adalah keputusan yang tepat.Rania membawanya menuju ke taman, tempat yang dia anggap paling nyaman untuk berbinca
Keheningan menyelimuti gazebo. Victoria memandang Rania dengan mata yang membeliak lebar, menunjukkan jika tidak percaya dengan apa yang baru saja didenganya. “Apa? Apa aku tidak salah dengar?” cecar Victoria dengan air mata yang mulai menetes di pipinya. “Ya, kamu tidak salah dengar. Queen adalah anak mama juga, dia saudaramu.” Rania mengulang kembali ucapannya. Kenapa Mama tidak pernah bilang sebelumnya?” Nada suara Victoria terdengar penuh kekecewaan. Rania mencoba meraih tangan Victoria, tetapi gadis itu menarik diri. “Maafkan mama! Mama ingin menunggu waktu yang tepat.” Tentu Rania tidak akan mengatakan alasan yang sebenarnya, jika dahulu Surya Wijaya melarangnya untuk bertemu dengan kedua anaknya yang lahir dari pernikahan dengan Eddy. Victoria berdiri, tatapannya penuh dengan kemarahan. “Dan Mama pikir sekarang adalah waktu yang tepat? Setelah bertahun-tahun? Bagaimana bisa Mama menyembunyikan ini dari aku?” Surya mencoba menenangkan situasi. “Victoria! Tolong … pahami
Setelah sempat mengalami penundaan penerbangan akhirnya, sampai juga Ageng di tanah air. Tampak Arya Suta langsung yang menjemput kedatangannya di bandara. Dengan pelukan hangat Arya Suta langsung memeluk putranya.“Pa!” Suara Ageng terdengar serak. Perjalanan panjang dari London, ditambah dengan penundaan penerbangan karena cuaca buruk, membuatnya sangat lelah.“Sudah dapat kabar dari Cyrus?” tanya Arya Suta saat mengurai pelukan.Ageng menganggukkan kepala dengan seulas senyum di bibirnya. Terlihat rona kebahagiaan di wajah lelah Ageng.“Aku ingin langsung menemui Queen, Pa.” Ageng sudah tidak sabar untuk bertemu dengan istrinya. Ada banyak hal yang ingin dia bicarakan untuk masa depan rumah tangga mereka, ada banyak hal yang ingin dia lakukan untuk melepas rindu.Arya Suta tersenyum sambil menggelengkan kepalanya saat menatap wajah putranya. Gejolak jiwa muda memang sulit untuk dilawan. Arya Suta bisa memahami jika putranya sudah sangat merindukan Queen, dan dia juga tahu apa yang
Arya Suta tidak salah duga, mungkin ini juga yang dia alami saat masih muda. Saat ini Ageng dan Queen sudah bergumul panas di ranjang mereka. Rasa lelah yang sempat mendera seakan telah menemukan obatnya. Pasangan suami istri yang baru saja melewati prahara dalam rumah tangganya kini dengan begitu rakus meraup kenikmatan.Tampaknya bagi Ageng dan Queen, aktifitas ini untuk merayakan rekonsiliasi mereka yang akhirnya memutuskan untuk tetap mempertahankan pernikahan. Tidak bisa dipungkiri jika cinta masih begitu besar di hati keduanya.Di bawah selimut tebal yang menutup tubuh polos mereka, Queen merasakan telapak tangan Ageng yang dengan lembut mengusap perutnya. Dalam ingatannya kebiasaan ini Ageng lakukan sejak dia tidak pernah lagi menggunakan pengaman saat bercinta. Queen baru menyadari jika sudah cukup lama suaminya mengharap hadirnya malaikat kecil dalam pernikahan mereka.“Terima kasih, karena mau memaafkan aku dan kembali kepadaku.” Ageng melabuhkan kecupan hangat di punggung p