Mike merasa kehilangan jejak Queen saat diri tidak bisa mengejar Ageng yang secara tiba-tiba membawa Queen pergi meninggalkan acara grand opening. Dia sudah mencoba untuk berlari tetapi tampaknya Ageng begitu cepat menyingkirkan Queen dari hadapannya.“Dia istri orang, jangan membuat malu keluargamu.”Mike segera menggerakkan kepalanya menoleh ke arah sumber suara. Tampak Zachary di sana mengikuti dan mengawasinya. Sebagai seorang kakak sulung tentu, Zachary tidak ingin jika Mike melakukan kesalahan yang bisa menghancurkan reputasi dan kehormatan keluarga Wijaya.“Kau tidak perlu ikut campur dalam urusanku dengan Queen,” ucap Mike yang langsung menuju ke tempat mobilnya terparkir.Tentu bukan untuk mengejar dan mencari keberadaan Queen, tetapi berada di tempat tersebut sudah tidak menarik lagi Mike. Apalagi ada sang kakak yang selalu mengganggunya.Mike merasa hatinya begitu hampa oleh rasa kehilangan dan kebingungan. Dia berjalan menuju mobilnya dengan langkah yang berat dan gontai.
Seperti orang yang ling lung, Ageng berdiri di balkon sendiri menatap gelap malam. Dinginnya malam sungguh tidak dia rasakan lagi, hanya panas dan gerah setelah menikmati beberapa kali percintaan dengan Queen. Kini Ageng hanya mengenakan celana training, tampak beberapa tanda merah dan juga bekas gigitan serta cakaran membekas di tubuh kekarnya.Ageng merasa telah kalah, bukan karena harus membayarkan sisa mahar untuk Queen, tetapi karena dia merasa tidak bisa melepaskan diri dari pesona perempuan yang telah dia nikahi tersebut. Lalu bagaimana dengan Davianna ke depannya? Ageng terlihat bingung dalam menentukan sikap.Ageng kembali teringat nasihat sang papa sesaat sebelum pernikahanya, nasihat yang seharusnya dia dengar jauh sebelum dia memutuskan untuk membuat sandirwara yang akhirnya sangat dia sesali hari ini.“Kata istri dalam Bahasa Jawa disebut garwo. Sigaraning nyawa atau kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia itu artinya belahan jiwa. Apa yang membuat seorang istri adalah sep
Seandainya hari ini tidak ada rapat penting mungkin Ageng akan lebih memilih untuk terus bersama Queen yang sedari tadi belum juga bangun. Tentu dengan niat tulus untuk menemani dan membantu aktifitas Queen yang sepertinya sedikit terganggu, tetapi sepertinya jika Ageng tidak pergi ke kantor hari ini, keadaan Queen akan semakin buruk dan memprihatinkan.Queen tidak berbohong tentang tubuhnya yang rasanya remuk semua. Meskipun saat ini Queen sudah tidak bisa memejamkan matanya tetapi dia tetap saja tidak bisa menggerak tubuhnya. Bahkan sejak membuka mata, Ageng sama sekali tidak menunjukkan itikad baik untuk membantunya, justru terus mengungkungnya dalam pelukannya.Queen kaget saat Ageng dengan tiba-tiba menjatuhkan tubuhnya tepat di sampingnya. Satu kecupan kembali mendarat di dahi bibir Queen, tetapi untuk kali ini hanya singkat karena sepertinya Ageng sudah sangat terburu-buru.“Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu,’ ucap Ageng sambil membelai lembut pipi Queen. “Kau mau makan
Tampaknya rencana Ageng tidak berjalan dengan lancar. Setelah keluar dari ruang kerjanya, ternyata Cyrus sudah berdiri di luar menantinya."Kata om Arya, ada masalah dengan pembebasan lahan di proyek baru kalian,” ucap Cyrus saat berpapasan dengan Ageng."Iya, kami sedang mengurusnya, karena jika tidak segera diurus bisa membuat proyek tertunda. Dan tentu itu akan sangat merugikan perusahaan.""Sepertinya ini masalah serius, dan melibatkan mafia pertanahan.”Ageng mengangguk lemah dan menghembuskan napas secara kasar, menyadari masalah berat yang sedang dihadapi oleh perusahaan milik keluarganya."Sebaiknya kita membicarakan ini di kantin saja sambil minum kopi, sepertinya kau sangat kelelahan dan kurang tidur," ucap Cyrus kala melihat penampilan Ageng yang tidak seperti biasanya, terlihat lelah dan sedikit berantakan.Dua pria bersahabat itu akhirnya melangkah menuju ke kantin bersama. Ditemani dua cangkir kopi panas perbincangan antara Ageng dan Cyrus mengalir untuk mencari solusi d
“Maaf, Ci! Hari ini saya izin nggak masuk kerja. Saya sedang sakit,” ucap Queen dengan suara serak dan ponsel yang menempel di pipinya.Meski tidak sepenuhnya berbohong, tetapi ada banyak kebenaran yang di sembunyikan oleh Queen. Terutama saat sang bos bertanya tentang sakit yang sedang dialami oleh Queen saat ini.“Kamu sakit apa sih Queen? Padahal kerjaan lagi rame-ramenya kamu malah sakit begini, lalu yang handle pekerjaan kamu siapa?” Suara cempreng istri bos menyapa gendang telinga Queen. “Yang sakit apanya sih? Coba nanti saya carikan obat dari sin she yang manjur, kalau karyawan pada sakit begini nanti saya bisa rugi.”Ya, istri si bos memang cukup peduli kepada kesehatan para karyawannya, walau pun sebenarnya untuk meningkatkan produktifitas. Sehingga membuat mereka akan bekerja lebih keras lagi dengan keadaan tubuh yang selalu fit.Untuk kasus pada sakit yang saat ini sedang diderita oleh Queen, tentu dia tidak bisa mengatakan atau mengaku begitu saja tentang anggota tubuhnya
“Kalian sudah dengar sendiri apa yang diucapkan oleh Ageng,” ucap Cyrus saat mengambil ponselnya dari atas meja. “Aku juga sudah mengirimkan rekaman ini kepada Erick.”Setelah mendengar pengakuan dari Ageng dan mendapatkan bukti yang bisa ditunjukkan kepada para sahabatnya, Cyrus langsung mengajak bertemu Bryan dan Derian. Dan di sinilah tiga sahabat itu sekarang, di kafe milik Derian yang baru buka beberapa bulan yang lalu.Bryan dan Derian saling bertukar pandang. Ada rasa kecewa pada gurat wajah keduanya, meskipun mungkin karena sebab yang berbeda. Jika Derian tentu karena dia harus rela melepas pundi-pundi uang yang harus dia dapatkan dengan susah payah. Sementara itu Bryan tampak harus ikhlas menerima jika wanita yang dia cintai telah memberikan keperawanannya kepada pria lain, meskipun itu adalah suami sahnya.“Aku harap kalian tidak menunda-nunda lagi untuk mentransfer uang kepada Queen. Ya … walaupun dia tidak akan kekurangan uang saat ini.” Meskipun Cyrus yakin jika kedua sah
Queen mengerutkan dahinya saat melihat jumlah saldo dari tabungannya. Tampak ada dua transaksi dana masuk dalam jumlah yang tidak sedikit. Queen menghembuskan napas ke atas hingga membuat rambut poninya bergerak.Untuk saat ini, Queen tidak tahu apakah dia harus bersyukur atau menyesal atas limpahan uang yang masuk ke dalam rekeninganya. Empat setengah miliar dana masuk ke rekeningnya di hari yang sama, tetapi itu semua harus dia bayar dengan kehilangan keperawanannya. Ya, dia melepasnya kepada pria yang tidak menginginkannya, itulah penyesalan terbesar yang dirasakan oleh Queen.Queen melihat kea rah penanda waktu yang ada di ponselnya. Hari ini ada hal penting yang harus segera dia lakukan, sebelum izin liburnya habis. Ya, Queen harus mendapatkan surat izin sakit dari seorang dokter sebagai bukti jika dia benar-benar sakit dan tidak membohongi bos tempatnya bekerja.“Sudah rapi?” tanya Ageng sambil mengeliat kala baru bangun dari tidurnya.“Ya, aku ada perlu sebentar,” jawab Queen s
@Bryan Hutama[ Lunas ]@Queen Savita[ Terima kasih ]Singkat, itulah percakapan melalui pesan antara Queen dan Bryan. Keduanya tampak bingung akan membicarakan apa lagi. Terutama Queen, untuk membicarakan hal tersebut terasa sangat memalukan. Dia merasa beruntung, tanpa harus menagih, Bryan dan teman-temanya sadar diri untuk langsung mentransfer uang taruhan tersebut.Dalam hati sebenarnya, Queen ingin bertanya, dari mana Bryan bisa mengetahui jika dia dan Ageng telah melakukan hubungan suami istri. Ada kecurigaan pada diri Queen jika Ageng tanpa rasa malu menceritakan semua yang terjadi malam itu kepada teman-temannya. Queen hanya mendengus kasar, saat membayangkan Ageng berbicara tentang durasi, gaya bercinta mereka, atu juga tentang keperawanan. Entah mau ditaruh di mana mukanya saat bertemu dengan teman-teman suaminya nanti.Tiba-tiba terdengar suara dering ponsel Queen meraung-raung, menandakan ada panggilan yang masuk. Nama Bryan terpampang jelas di layar ponsel milik Queen. D