"Iya, benar."Pintu lift terbuka pada lantai di mana apartemen David berada. Lila melangkah keluar bersama suaminya."Tapi ...." Mereka berdua kini berhenti di depan pintu."Tapi kenapa?" tanya David sembari menghadap sang istri."Aku kan masih nifas, Mas," jawab Lila.David terdiam seketika. Dia benar-benar lupa. Gara-gara merasa senang setelah mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya, dia malah melupakan hal penting yang sedang dialami oleh sang istri."Kamu benar. Aku lupa akan hal itu. Maaf ...." ucap David terlihat sedih. Dia lagi-lagi merasa bersalah karena mementingkan keinginan pribadinya sendiri. Seolah dia tak peduli pada keadaan sang istri."Sudah, Mas. Tidak apa-apa. Sekarang kita masuk," ajak Lila dengan lembut."Ya."Keduanya segera masuk kembali ke apartemen. Saat itu juga mereka menyadari bahwa ponsel David terus berdering dengan berisik di atas meja ruang tengah."Sebentar," ucap David bergegas mengambil ponselnya."Iya."Lila memilih pergi ke tempat cuci untuk mencu
David menatap ke arah seorang pria paruh baya bertubuh sedikit tambun dengan sebagian rambut yang sudah memutih. Di sampingnya ada wanita yang David duga adalah istrinya."Jadi kamu yang sengaja menabrak ibuku?" tanya David dengan dingin.Sang pemilik rumah kaget bukan main saat melihat pria paling berpengaruh di kota mengunjungi rumahnya secara tiba-tiba. David sudah terkenal sejak kemunculannya di layar kaca."Ma-maaf, Tuan Davidson. Tapi saya benar-benar tidak pernah mencelakai siapa pun ...." cicit pria itu.David segera duduk di hadapannya bersama Farhan yang berdiri di belakangnya. Pria itu menatap tajam penuh ancaman pada sang tuan rumah."Tuan Davidson, maaf jika saya lancang, tapi suami saya tidak pernah mencelakai siapa pun. Bahkan kami belum pernah melihat bagaimana ibu Tuan Davidson," timpal dari istri pria tersebut."Pak Heru." David memanggil nama pria di hadapannya dengan dingin. "Kami sudah mendapatkan bukti dari kejahatan Anda. Jadi jangan mengelak lagi," lanjutnya.H
"Silakan ikuti kami dengan tenang atau Anda ingin pihak berwajib terlibat?" tanya David dengan nada yang terdengar mengancam.Tubuh Heru seketika menegang, wajahnya semakin pucat."Pah ...." Sang istri memanggil suaminya yang tak memberi respon, seolah Heru membenarkan bahwa dia bersalah dalam kejadian kecelakaan di depan restoran Lotus.'Apa yang harus kukatakan? Bagaimana istri dan anakku akan menerima apa yang aku lakukan selama ini?' batin Heru dengan cemas.David mengeratkan rahangnya, berusaha untuk menahan amarah yang membuncah di dalam dirinya. Dia ingin melabrak Heru, namun dia tidak ingin melampiaskannya di depan keluarga Heru. Akan tetapi ingatan akan kesedihan Lila ikut menyayat hati David, membuatnya kembali marah."Apakah Anda sedang mencoba menghindar dari tanggung jawab?" gerutu David memberikan tatapan tajam pada Heru.Heru masih bungkam. Dia sendiri nyatanya tidak mengenal Helena."CEPATLAH MENGAKU!" bentak David tiba-tiba, membuat semua orang di ruangan itu terkejut
Tiba-tiba saja sunyi senyap. David tengah memikirkan sesuatu tentang Tiara yang lancang."Sekarang katakan di mana Tiara berada!" desaknya kemudian.Heru kembali menelan ludahnya susah payah. Sementara sang istri menunggu suaminya itu menjawab. Wanita itu mengira jika orang yang meminjam mobil suaminya merupakan seorang pria, nyatanya merupakan seorang wanita. Rasa curiga pun mulai muncul di hatinya karena dia dan suaminya tak pernah punya teman bernama Tiara."Dia ...." gumam Heru mulai panik."Cepat katakan atau Anda yang akan menanggung hukuman berat!" desak David lagi.Heru tersentak."Pah, katakan saja," bujuk sang istri ikut mendesak Heri untuk berbicara.Heru menelan ludahnya untuk ke sekian kalinya saat dia ketakutan."Tuan, tapi saya benar-benar tidak tahu dia akan menggunakan mobil saya untuk melakukan kejahatan ...." cicit Heru memohon."Saya hanya menanyakan di mana Tiara berada," tegas David dengan tatapan tajam.Heru tak dapat berkilah lagi. Dia harus segera mengaku. "Ti
Lilara segera mengakhiri panggilan karena masih merasa aneh dengan perubahan drastis dari sikap suaminya. Sementara David terus melanjutkan perjalannya bersama sang asisten kepercayaan."Pak David," panggil Farhan."Hm.""Maaf jika saya lancang menanyakan hal ini. Tapi ... Apakah Pak David merubah rencana pernikahan Bapak dengan Nona Lilara?" tanya Farhan dengan hati-hati.David menatap ke depan. "Aku tidak merubahnya," jawabnya.Farhan pun terdiam. Dia takut salah bicara dan membuat suasana hati sang bos berubah jelek."Aku hanya memperbaruinya. Dan kami tidak akan bercerai apa pun yang terjadi. Bukan juga aku ingin mengambil anak darinya, tapi aku ingin memiliki keluarga yang utuh bersamanya," tegas David. Ekspresi wajahnya begitu lembut saat mengucapkan kalimat tersebut.Farhan terkejut mendengar pengakuan sang bos. Namun pria itu pun akhirnya tersenyum. "Saya ikut senang mendengarnya, Pak. Saya berdoa agar Pak David dan Nona Lila bahagia," ujar pria itu.David melipat kedua tangan
Sore itu David pulang dengan perasaan lega. Sebelum pulang ke rumahnya, dia mampir dulu ke sebuah toko kue untuk membelikan oleh-oleh Lilara."Cake stroberi sama cokelat masing-masing dua," ujar David sembari menunjuk kue yang dimaksud."Ah. Baik," sahut sang pegawai toko kue yang baru saja tersadar dari pesona pelanggannya yang tampan."Tolong dibungkus," lanjut David."Ba-baik ...." sahut wanita muda tersebut.Dengan gugup dia segera membungkuskan kue pesanan David. Sementara pria itu sedang memilih kue, dia tak peduli menjadi pusat perhatian. Apa lagi kebanyakan pembeli kue merupakan wanita. Bahkan para pegawainya pun ikut terpana pada pesona sang pria tampan."Gila, ganteng banget tuh cowok ....""Bener. Gagah juga. Kelihatannya dia orang kaya.""Ho oh.""Tapi wajahnya kaya familiar gitu, ya?""Emang siapa?" "Lupa. Makanya dia kaya aktor gitu.""Aktor apa, ya? Bintang film, kah?"Beberapa obrolan terdengar bahkan sampai ke telinga David. Pria itu menjadi perbincangan hangat para
"Mas nggak tidur di kamar Mas David sendiri?" tanya Lila yang sudah berbaring lebih dulu.Malam itu David kembali tidur di kamar Lila. Pria itu semakin lama semakin suka menempel dengan istrinya. David tersenyum penuh arti. "Kita kan sudah menikah, jadi tidak baik tidur terpisah. Sebaiknya kita tidur bersama. Kalau perlu malah kamu yang pindah ke kamarku yang lebih luas," ujarnya.Lila menatap dengan dahi mengernyit."Tapi sekarang aku yang akan tidur di sini." David melanjutkan sembari ikut naik ke atas tempat tidur. Dia pun memeluk Lila dengan lembut."Hahhh. Aku suka tempat ini," gumamnya sembari menenggelamkan wajahnya di dada Lila."Mas ...." cicit Lila merasakan geli."Aku benar-benar ingin menebus kesalahanku, Sayang. Jadi biarkan aku membuat pernikahan ini menjadi pernikahan paling indah untukmu. Maafkan aku karena sikapku yang tidak baik dan menyakitimu. Aku tidak akan menjadi pria berengsek lagi," ujar David sembari mendongak menatap wajah Lila yang begitu dekat.Lila mengh
Sudah satu bulan berlalu sejak kecelakaan tragis yang merenggut anak Lila, namun Lila harus bangkit dan kini kembali bekerja di perusahaan. Dia mengejutkan semua orang dengan prestasinya, bahkan mampu menyelesaikan proposal yang langsung disetujui oleh suaminya sendiri."Senang bekerja sama dengan wanita cantik seperti Anda, Nona Lilara Olivia," ucap David dengan senyum lebar saat menjabat tangan istrinya sendiri."Terima kasih, Tuan Davidson Roe Alexander. Saya juga sangat senang bekerja sama dengan pria gagah seperti Anda," sahut Lila, tersenyum pada suaminya. Wanita itu tak mau kalah dengan suaminya.Helena, Norman, dan Farhan menyaksikan momen keharmonisan tersebut. Mereka ikut senang melihat hubungan dua pemilik perusahaan yang kini semakin kuat tak hanya sebagai partner bisnis, tapi juga menjadi sebuah keluarga yang utuh.Kini Mentari dan RH berada di bawah naungan perusahaan besar DR, yang menjadi pengingat akan usaha Lila untuk menjadi pemimpin yang baik. Setidaknya dia ingin