Share

Bab 3. Perempuan Bertudung Putih

Daripada stress memikirkan sekuntum mawar merah, lebih baik Elyna mencari sang pemilik mimpi. Sebelum menyelesaikan tugas, ia harus tau kan titik masalahnya.

Niatnya ingin mencari Arien terpaksa berhenti karena beberapa warga berteriak akan ada badai pasir. Elyna yang masih bingung dengan misinya, hanya diam sambil memproses ucapan mereka.

Badai pasir? Apa itu berbahaya? Terus Elyna harus bagaimana? Bersembunyi? Tapi dimana? Ah, ini kan di dunia mimpi. Bagaimana mungkin ada badai pasir segala. Ok El, mari kita lanjutkan mencari Arien.

Beberapa menit kemudian, bencana itu memang datang. Elyna yang panik pun langsung berlari menjauh dari badai itu, tapi apa? Sialnya ia malah terjebak di dalamnya.

Elyna sudah berpegangan pada salah satu pagar. Dan naasnya, pagar itu tak cukup kuat untuk menahan bebannya. Ia pun terbawa ke tengah-tengah badai yang gelap. Bahkan matanya seperti disumpal oleh beberapa pasir. Ini sungguh menyakitkan.

Intensitas badai itu semakin tinggi. Ia bagai buah yang dimasukkan ke dalam blender. Berputar kesana kemari, terbang terbawa angin kemudian dijatuhkan ke tanah secara biadab, bagaimana? Nikmat sekali kan. Nikmat darimananya, ini gila. Padahal Elyna hanya ingin menyelesaikan tugas, tapi kenapa sial sekali.

"Berhentiiiii" teriaknya saat tidak kuat lagi karena terpontang panting di dalam badai ini. Nyawanya seperti berada diujung tanduk.

Entah keajaiban darimana, badai itu langsung menghilang seperti tidak pernah ada. Elyna yang saat itu melayang di udara langsung jatuh mencium tanah. Astaga, ternyata kesialannya tidak hanya di dunia nyata, di dunia mimpi pun ia tetap sial.

Elyna sudah seperti gelandangan sekarang. Duduk lesehan di pinggir jalan, baju compang camping plus kotor, dan jangan lupakan rambut panjangnya yang berantakan. Bagaimana penampilannya? Menawa sekali kan.

Ia pun membersihkan tubuhnya dan langsung bangkit mencari Arien lagi. Elyna harus segera menyelesaikan misi ini untuk tau apakah ini memang nyata atau hanya mimpi perdananya.

Elyna meringis saat beberapa orang keluar dari rumah mereka sambil menahan tawa karena melihat penampilannya. Duh, memalukan sekali.

"Permisi, ini aku ada jaket. Pakai aja. Sekarang lagi musim badai. Takutnya malah kamu sakit" ucap seorang laki-laki sambil menyodorkan jaket berwarna coklat ke arahnya.

Dengan senang hati, Elyna mengambil jaket itu sambil tersenyum. Ia sedikit terkejut saat melihat wajah laki-laki muda yang baik hati itu. Yes, akhirnya ketemu juga dengan Arien. Ok, sepertinya misi ini bisa dimulai sekarang.

"Terima kasih. Kamu baik sekali. Sebenarnya aku adalah utusan yang dikirim oleh dewa untuk membantu orang baik. Apakah kamu butuh bantuan?" Tanya Elyna sambil memakai jaket itu.

Ya ampun, maafkan Elyna. Ia tidak bermaksud berbohong. Cosplay menjadi utusan dewa sebentar saja tidak apa-apa kan? Hei kura-kura si makhluk aneh, Elyna pinjam jabatanmu sampai misi ini selesai ya. Tolong izinkan.

"Serius? Sebenarnya aku memang butuh bantuan. Bagaimana kalo kita bicara di rumahku?"

Elyna langsung menganga saat melihat rumah Arien. Ini mustahil. Bagaimana mungkin rumah iglo berada di tengah-tengah gurun begini. Benar-benar aneh.

"Kamu tinggal disini?" Ucap Elyna sambil menunjuk iglo.

"Ah bukan. Itu tempat untuk menyimpan mayat"

Heh? Apa tadi dia bilang? Tempat menyimpan mayat? Ya ampun, kenapa mimpi ini kocak sekali sih. Duh, sepertinya ia lebih betah disini daripada dirumahnya sendiri.

"Mari masuk" Arien mempersilahkan Elyna masuk dan menyuruhnya duduk di atas kursi yang terbuat dari anyaman. Ah, akhirnya ia bisa istirahat juga. Ia pun melepas jaketnya karena merasa suhu tubuhnya sudah kembali normal.

Setelah meyakinkan Arien bahwa ia benar-benar utusan dewa, laki-laki itupun menceritakan apa yang menganggu hatinya. Elyna langsung mendengarnya dengan seksama.

Ternyata Arien ini sedang patah hati. Perempuan yang ia suka tidak mau menerima cintanya karena Arien dari keluarga miskin. Dia adalah perempuan paling cantik di area ini. Bahkan kecantikannya membuat semua laki-laki terpesona padanya.

Karena kelebihan yang dimiliki, perempuan cantik itu menjadi angkuh dan menilai seorang pria dari harta. Oleh sebab itu, sang pemilik mimpi juga ingin memberi sesuatu yang mahal untuknya. Ia ingin membuktikan bahwa pria miskin juga bisa memberi sesuatu yang indah untuk orang yang dicintainya.

Bunga mawar adalah salah satu barang paling mahal disini. Karena kondisi alam yang gersang, tidak memungkinkan mawar untuk tumbuh. Apalagi mawar merah, bunga itu adalah bunga paling langkah di daerah ini.

Elyna menggaruk kepalanya kasar setelah mendengar cerita itu. Kalau begitu, bagaimana caranya ia menyelesaikan misi ini? Ia saja tidak melihat ada satupun mawar merah. Boro-boro mawar, disini hanya ada tumbuhan kaktus yang berserakan.

"Kamu tau dimana mencari bunga mawar merah?" Laki-laki itu menggelengkan kepala pelan. Astaga, kacau ini mah.

"Eh tapi, dari cerita yang beredar, bunga mawar merah hanya tumbuh di perbatasan area gurun dan salju. Itu cuma kata orang sih"

Heh? Apa tadi? Perbatasan area gurun dan salju? Astaga memangnya ada tempat seperti itu. Aneh sekali sih mimpi Arien satu ini.

"Terus kamu tau jalan untuk menuju ke perbatasan?"

"Sebentar" ucap laki-laki itu kemudian masuk ke dalam rumah.

"Ini" Dia menyodorkan sebuah kertas usang seperti peta. Jangan bilang ini peta menuju area perbatasan. Oh god, membaca g****e maps aja ia tidak bisa.

"Ya uda ayo" Elyna langsung bangkit dari duduknya. Entah kenapa ia jadi tertarik untuk menuntaskan misi ini.

"Ehm, aku ngga bisa ikut. Aku harus sekolah"

Ya terus? Ia harus sendirian begitu? Kalau ia tersesat bagaimana? Atau dimakan serigala? Mati mati.

"Ok deh. Aku berangkat kalau begitu"

"Hati-hati" ucap laki-laki itu sambil melambaikan tangan ke arahnya. Duh, itu bukan lambaian perpisahan kan? Semoga saja tidak.

Baru saja Elyna akan memulai perjalanan, Arien itu tiba-tiba menyeretnya. Hei, ia bukan kambing. Laki-laki itu membawanya bersembunyi di belakang tumpukan jerami. Ada apa sih ini?

"Kamu liat perempuan bertudung putih itu? Cantik kan? Dia perempuan yang buat aku jatuh cinta dan patah hati di waktu yang bersamaan" Ucap Arien sambil menatap dengan mata terpesona.

Heh? Itu kan tetangganya. Sebentar-sebentar, sepertinya ia harus lebih mendekat untuk memastikan kebenaran itu. Elyna pun keluar dari persembunyiannya dan memfokuskan pandangannya pada perempuan bertudung putih itu.

Nah kan benar. Itu memang tetangganya. Bagaimana bisa dia berada disini? Seingatnya tetangganya itu juga sangat angkuh. Bahkan dia tidak pernah menyapanya, menoleh saja tidak.

"Bunga mawar merah itu buat dia?" Arien mengangguk dengan semangat.

Baik, Elyna akan membantunya dengan senang hati. Ia pun pamit pada Arien dan segera memulai perjalanan menuju perbatasan gurun dan salju.

"Hei kamu"

"Iya?" Elyna langsung menoleh ke belakang begitu mendengar suara itu. Dahinya langsung berkerut saat mengetahui bahwa yang memangggilnya adalah si perempuan bertudung putih.

"Kamu bukan asal sini kan?" Ia hanya mengangguk pelan. Kenapa memangnya?

"Oh pantes, cantikmu ngga alami"

Hei, apa tadi yang diucapkan perempuan gila itu? Cantiknya tidak alami? Hello, dia tidak liat tubuh dan wajahnya yang lusuh karena diterjang badai. Jadi dimana letak ketidak alamiannya? Ia bahkan seperti menyatu dengan alam.

"Oh iya? Terus bedak diwajahmu itu apa? Terbuat dari batu kapur?" Dia pikir Elyna tidak bisa membalas? Asal dia tau, mulutnya ini lebih tajam daripada silet.

"Kau putri darimana? Berani-beraninya mengataiku?"

"Putri? Aku utusan dewa yang sedang mencari nyawa untuk diserahkan pada beliau. Kenapa? Kau mau menyerahkan nyawamu?" Astaga, kenapa otaknya memilih cosplay menjadi malakaikat maut sih. Dasar bodoh.

"Utusan dewa? Kau lebih mirip buronan para dewa" ucap perempuan itu kemudian pergi meninggalkan Elyna yang mulai berapi.

Apa katanya? Buronan para dewa? Sepertinya itu bocah belum pernah merasakan ulekan cabai gendot di mulutnya. Awas saja, ia akan balas dendam nanti.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status