Share

Bab 6. Membagongkan

"Sekuntum mawar meraaah, aaaah. Yang ku berikan kepadamuuu di malam itu" Elyna menggoyangkan tubuhnya saat Arien bernyanyi. Bahkan Azura pun ikut berjoget.

Malam ini adalah hari paling bahagia dalam hidup Arien. Pasalnya ia akan bertemu dengan gadis pujaan hatinya dan memberi mawar itu padanya. Meskipun nanti ia akan ditolak, setidaknya ia sudah mencoba mengungkapkan perasaan.

"Terima kasih gadis baik. Aku tidak tau lagi harus bagaimana untuk membalas kebaikanmu" ucap Arien sambil menunduk ke arah Elyna.

"Tidak usah sungkan, kamu juga sangat baik. Jika bukan karena jaket yang kamu berikan, pasti sekarang aku sudah mati kedinginan" ucap Elyna sambil menepuk pelan bahu laki-laki itu.

Arien itu hanya tersenyum. Ia hampir terjungkal saat melihat sosok peri yang duduk bersila di bahu gadis baik itu. Peri sudah lama punah di areanya karena suhu yang sangat panas. Ia jadi ingat dengan peri miliknya dulu yang meninggal karena sayapnya yang meleleh. Miris sekali bukan.

"Apa peri itu temanmu?" Ucap Arien hati-hati. Ia tidak mau sampai menyinggungnya.

"Ah iya, perkenalkan dia Azura, teman mungilku. Dia juga membantuku mencari mawar merah ini" Elyna memberi isyarat pada Azura untuk mendekat ke arah Arien.

"Oh iya? Wah terima kasih banyak. Dan kau, imut sekali" Elyna tidak bisa menghentikan tawa saat Arien menoel-niel kaki Azura. Ternyata bukan hanya dirinya yang gemas dengan Azura, laki-laki itu juga.

"Ehm, bolehkah aku memberi peri ini hadiah?" tanya Arien semangat. Ia memiliki banyak pakaian peri lucu yang belum sempat dipakai oleh peri miliknya. Setidaknya barang itu akan lebih bermanfaat jika dipakai oleh peri bernama Azura ini.

"Tentu saja boleh. Teman mungilku pasti akan senang jika mendapat hadiah dari Arien baik hati sepertimu"

Laki-laki itu pun masuk ke dalam rumahnya kemudian mengambil beberapa pakaian peri. Elyna hampir saja histeris melihat pakaian yang lucu itu. Ia pun langsung mengucapkan banyak terima kasih. Sedangkan Azura, peri itu sedang terbang kesana kemari karena kegirangan.

"Kamu mau ikut ke rumah gadis pujaanku?"

Azura mengangguk dengan semangat. Astaga, apa-apaan sih kutu kupret satu itu. Ia kan ingin segera menyelesaikan misi ini untuk memastikan apakah ini semua nyata atau hanya mimpi perdananya. Duuuh.

"Baiklak" ucap Arien kemudian menjentikkan jarinya.

Detik itu juga mata Elyna langsung membola begitu melihat seekor kuda putih yang berlari ke arahnya. Ya ampun, keanehan apa lagi yang ada di mimpi ini.

Pria itu langsung menunggangi kudanya kemudian menyodorkan tangan ke arah Elyna. Ia yang tidak paham pun hanya mengernyitkan dahi bingung.

"Ayo naik" ooh, Elyna baru paham. Sedangkan Azura sudah ngakak karena menertawakan kebodohannya. Awas saja, ia akan merampas hadiah dari Arien nanti.

Dengan ragu-ragu Elyna pun meraih tangan itu dan duduk di atas tubuh kuda. Ya ampun, ini pertama kalinya ia berkuda. Excited sekali.

Tak mau ketinggalan, Azura pun segera mendekat dan nangkring di atas kepala Elyna. Kurang ajar sekali kan? Ingatkan Elyna untuk mengadukan sifat kutu kupret ini pada si Yuta. Biar saja makhluk aneh itu menegurnya.

Bibir Elyna tidak bisa berhenti tersenyum. Ia sudah seperti princess yang sedang berduaan dengan pangeran. Ah bukan, lebih tepatnya brondong. Ya mau bagaimana lagi, Arien terlalu muda untuknya yang sudah berumur 25 tahun.

Kuda itu berhenti tepat di sebuah rumah megah yang dipenuhi banyak orang. Ada apa ini? Sepertinya sedang ada pesta. Asyik, Elyna tidak sabar untuk makan-makan.

Ia pun langsung turun dari kuda. Arien sendiri sedang mengikat kudanya di salah satu pohon. Mencium bau makanan membuat perut Elyna berbunyi. Padahal ia baru saja menyantap junkfood.

"Ini ada apa? Kok rame banget?" Tanya Elyna penasaran. Pasalnya semua tamu yang datang memakai pakaian terbaik.

"Gadis pujaanku berulang tahun. Sebab itu aku mau memberikan hadiah istimewa ini" ucap Arien sambil mengeluarkan bunga mawar merah dari dalam bajunya. Bunga itu ia masukkan ke dalam wadah kaca dan dihiasi dengan lampu kerlap kerlip. Indah sekali.

"Ayo masuk" dengan langkah riang Elyan pun langsung mengikuti Arien. Duh melihat kue yang berjejeran membuatnya ngiler.

"El, kayaknya aku ngga mau pulang deh. Makanan disini enak-enak" Elyna hanya mengangguk mengiyakan. Ia sangat setuju dengan pendapat Azura.

Elyna dan Azura kompak tertawa ngakak melihat wajah perempuan bertudung putih yang bermake up tebal. Ya ampun, dia sudah mirip dengan ondel-ondel.

Saat berjalan menuju ke arah perempuan itu, mereka menjadi pusat perhatian. Terutama Arien yang membawa mawar merah. Tentu saja mereka terpesona. Bunga itu hanyalah bunga mitos dan sekarang Arien membawakannya spesial untuk orang yang dicintainya.

Begitupun dengan perempuan itu, dia sampai menganga tidak percaya ada yang membawakannya bunga itu. Ini pertama kali dalam hidupnya menyaksikan keindahan bunga mawar merah.

Selangkah lagi Arien sampai di hadapan sang pujaan hati, tiba-tiba terjadi goncangan yang dahsyat. Elyna yang bingung pun langsung menangkap Azura dan membawanya dalam genggaman.

Gempa itu semakin kencang. Bahkan sekarang hujan mulai turun dengan derasnya. Ada apa ini? Ia tidak akan mati sekarang kan?

Mata Elyna langsung melotot begitu melihat tsunami di kejauhan. Ya ampun, bencana ini pasti nyata seperti halnya badai pasir tadi pagi. Ia harus lari menyelamatkan diri.

Tak hanya Elyna, semua orang pun berbondong-bondong menyelamatkan diri. Rumah demi rumah sudah mulai hanyut.

"Yuta, tolong keluarin gue dari mimpi gila ini" teriak Elyna kencang.

Dan ting!

Elyna hampir terjungkal saat tiba-tiba dirinya berada di atas bulan. Heh, kenapa dia bisa ada disini? Ya ampun, otak Elyna tidak sampai untuk mencerna semua ini.

"Selamat El. Akhirnya selesai juga misi pertamamu. Bagaimana? Seru kan?" Ucap Yuta sambil bertepuk tangan ria. Darimana makhluk itu muncul? Kenapa ia sama sekali tidak melihatnya tadi.

"Sebentar, gue bingung. Kenapa tadi ada gempa, hujan, bahkan tsunami? Padahal kan gue mau tau endingnya" ucap Elyna kecewa. Azura yang berada di genggaman Elyna pun ikut mengangguk.

"Oh, gempa itu berasal dari guncangan Mama Arien yang membangunkannya. Kalau hujan, dari percikan air yang dijatuhkan ke wajahnya. Dan untuk tsunami... Mmpptt" Yuta menghentikan kalimatnya karena menahan tawa.

"Kenapa?" Tanya Elyna dan Azura kompak.

"Mamanya menyiram seember air karena Arien yang susah bangun. Hahahah. Makanya di dunia mimpi penuh dengan bencana"

Ya ampun. Andai ia tidak di bulan, pasti Elyna sudah guling-guling. Liat saja, Azura sampai terbang tak tentu arah karena tertawa. Ia baru tau akan seperti itu jadinya jika dibangunkan dari mimpi secara paksa.

"Berarti bencana badai pasir itu?"

"Karena Arien terjatuh dari atas kasur. Hidungnya menghirup debu-debu di lantai. Sebab itu di alam mimpi terjadi badai pasir" jelas Yuta sambil mengusap air matanya. Misi pertama Elyna ini membuatnya tidak bisa berhenti tertawa.

Jika semua mimpi begini, Elyna rela seumur hidup berbuat kebaikan di alam mimpi. Tapi ia sedikit kesal karena ending dari mimpi itu yang menggantung. Sungguh membagongkan.

*****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status