Share

Bab 5. Jodoh Do Min Joon

Hacuuuuh

Elyna menggosok-gosok hidungnya yang gatal. Semakin dekat dengan perbatasan maka suhu pun semakin dingin. Untung saja Arien tadi memberinya jaket.

"Kamu masih kedinginan El?" Tanya Azura si peri lucu dengan nada khawatir.

Hacuuuh

"Ok, ngga usah dijawab" Elyna hanya meringis. Duuuh, niatnya ingin membantu orang malah ia jadi sakit begini. Kacau kacau.

"Mau istirahat dulu?" Azura mengelus-ngelus bahunya. Ia juga kedinginan. Bahkan rasanya sayapnya akan membeku sebentar lagi.

"Eh eh" 

"Azuraaaa" hembusan angin yang kencang membuat Azura terpental jauh. Elyna yang melihat itu langsung berlari menghampirinya yang terduduk lemas.

"Lo ngga apa-apa?" Peri itu hanya menggeleng lemah. Duuuh, bagaimana ini. Elyna harus apa.

"Kayaknya sayapku uda mulai membeku deh"

Hah? Sebentar, jangan bilang ini seperti yang di film thinker bell. Sayap itu akan mudah patah jika terlalu beku dan akan lemas jika mencair. Ya ampun, ia baru saja mendapatkan hadiah ini. Ok El, kau harus menyelamatkan si mungil Azura.

Ia merobek sedikit bajunya dan membungkus Azura agar hangat. Elyna juga meniup-niup wajah peri itu agar tidak tertidur. Dia tidak boleh sampai mati. Elyna tidak rela.

"Ish, uda El. Bau jigong tau" ucap Azura sambil tertawa. 

Dasar kutu kupret. Awas saja, ia akan menyentilnya saat misi ini selesai. Bukannya berterima kasih malah ngatain. Tapi memang benar sih, ia belum sikat gigi tadi.

Elyna pun membawa Azura ke pelukannya kemudian melanjutkan perjalanan. Menurut peta, sebentar lagi ia akan sampai di perbatasan. Semoga saja.

"Akhirnya sampai juga" Elyna mengangguk mengiyakan ucapan Azura. Ia langsung menganga begitu melihat pohon-pohon didepannya yang dipenuhi salju. Ternyata benar, tempat ini memang ada.

Ia menyusuri tempat itu dengan hati-hati. Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa ada yang menunggu perbatasan ini. Apalagi terdapat mawar merah langka disini.

"Ehm, El. Sejak tadi aku bingung, kita ngapain kesini ya?" Tanya Azura sambil tetap menikmati pemandangan sekitar. Ini pertama kalinya ia menjelajahi dunia mimpi.

"Cari bunga mawar merah. Itu tugas dari dewa" Elyna menelusuri tiap tempat dengan matanya. Ia harus teliti karena tanaman disini hampir semuanya dipenuhi oleh salju. Padahal ini masih di perbatasan.

"Hah? Bunga mawar merah? Ngapain nyari segala sih. Kan kamu punya kekuatan"

Heh? Bilang apa tadi si krucil itu? Kekuatan? Dewa memang bilang ia diberi kekuatan untuk menuntaskan misi ini. Elyna hanya tau kekuatannya berupa terbang. Memangnya ada lagi?

"Emang bisa? Gue cuma tau kalo gue bisa terbang" ucap Elyna santai sambil merapatkan jaket. Duh, semakin dingin saja disini.

"Emang bener ya kata Yuta, kapasitas otakmu sangat kecil. Ck ck ck" ucap Azura sambil geleng-geleng kepala. Astaga, tidak Yuta tidak Azura, kenapa suka sekali menghinanya sih. Elyna jadi dongkol sendiri.

"Ya terus gimana caranya?" Tanyanya penasaran.

"Tinggal buat aja. Kamu pikirin apa yang kamu butuhkan. Simsalabim, pasti langsung ada di depan matamu"

Baiklah mari kita coba. Elyna memejamkan mata kemudian memikirkan apa yang ia butuhkan. Ok sudah, apakah yang diinginkannya sudah ada di depan mata?

"El? Kamu lapar ya?"

Eh? Lapar? Maksudnya? Ia pun langsung membuka matanya. Detik itu juga Elyna dan Azura tertawa ngakak saat melihat sebuah meja yang dipenuhi oleh makanan.

Ya memang sih, karena perutnya yang lapar ia jadi memikirkan makanan. Duuh, memalukan.

"Ya uda makan dulu aja. Aku juga lapar" ucap Azura semangat. Kapan lagi ia bisa menikmati hidangan super lezat seperti pizza, ramen, dan aneka jajanan itu. Dewa selalu memberi para peri makanan sehat seperti sayur dan daging. Tentu saja ia bosan.

"Ehm, kalau aku minta rumah kecil disini bisa ngga? Ya kali makan di tengah salju gini. Dingin lah" 

"Ngga tau. Coba aja"

Elyna pun memejamkan matanya kembali. Ia ingin sebuah rumah minimalis yang hangat untuk tempatnya dan Azura makan. Ah satu lagi. Ia ingin baju yang sangat tebal untuk peri mungilnya.

Azura bertepuk tangan riuh melihat sebuah rumah kecil di hadapannya. Elyna pun langsung masuk ke dalam rumah itu dan tersenyum begitu melihat jaket milik Azura yang tersimpan rapi di lemari kaca.

Dengan telaten, Elyna membuka balutan kain yang membungkus Azura dan memakaikannya jaket tebal itu. Duuh lucunya, dia seperti jenglot versi imut. Canda jenglot.

"Makasih Elyna" ucap Azura sambil tersenyum. Ternyata dibalik sifatnya yang barbar, perempuan itu punya banyak sisi perhatian. Azura senang bisa membantunya.

"Ya uda yok makan. Gue yakin lo ngga pernah rasain makanan ini" Azura hanya mengangguk cepat. Ia tidak sabar melahap makanan manusia itu. Duh, perutnya jadi keroncongan sekarang.

Elyna dan Azura pun makan dengan lahapnya. Bahkan mereka tidak sadar bahwa hari yang semakin malam. Mereka tidak tau bahaya apa yang menanti di luar sana.

*****

Ini benar-benar gila. Elyna tidak menyangka bahwa perbatasan ini adalah markas para serigala. Ya ampun, kalau begini caranya bagaimana ia bisa menemui Arien. Duuh.

Elyna dan Azura masih terjebak dalam rumah minimalis. Mereka tidak mau mengambil resiko dan keluar dari tempat aman ini. Jika mereka mati bagaimana?

Bunga mawar merah sudah ada di tangan Elyna. Bunga itu ia buat dengan kekuatannya. Karena cerita yang dituturkan oleh Arien itu adalah mitos dari warga sekitar. Ia baru tau saat Azura bertanya pada dewa dari hati ke hati.

"Terus sekarang gimana El? Kamu ada ide?" Elyna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bagaimana ya? Masalahnya ia baru pertama kali melihat serigala secara langsung. Jadi Elyna tidak tau langkah apa yang harus diambil untuk menghadapinya.

"Bentar, gue coba teleport dulu" Ucap Elyna sambil merenggangkan tubuhnya. Ia memejamkan mata dan memfokuskan pikirannya untuk teleport menuju rumah Arien.

"Uda?" Tanya Elyna pelan.

"Apanya?"

Mata Elyna langsung membola saat menyadari bahwa dirinya masih ditempat yang sama. Heh, kenapa ia masih disini. Aduh, terus gimana caranya ia teleport.

"Mungkin harus lari kayak di drama my love from the star" usul Azura. Jangan salah, meskipun ia peri tapi para dewa memberikan fasilitas seperti manusia kecuali makanan tentunya. Contohnya televisi, makanya ia bisa menonton drama korea.

Elyna tertawa ngakak mendengar usul itu. Ya ampun, ia tidak menyangka Azura bisa tau drama favoritnya. Ia jadi penasaran bagaimana kehidupan Yuta dan Azura di alam Dewa.

Kalian tau kan drama my love from the star? Tokoh utama pria bernama Do Min Joon yang merupakan jodohnya berasal dari bintang dan memiliki banyak kekuatan. Salah satunya teleportasi. 

Elyna ingat betul pria itu melakukan teleport dengan membuka pintu atau berlari. Jika ia membuka pintu disini, yang ada malah jadi santapan serigala. Jadi satu-satunya cara adalah ia harus berlari.

"Ok ok mari kita coba" Satu, dua, tiga. Dengan kecepatan penuh Elyna pun berlari dengan kencang.

"El, awaaas"

Jedug

"Aaawww" Elyna terpental jauh karena menabrak sesuatu yang keras. Aduh, dahinya terasa panas sekarang. Ini tidak benjol kan?

"Kamu ngga apa-apa?" Elyna hanya mengangguk pelan.

"Kok ngga bisa ya. Kamu uda mikirin kan kalo mau teleport?" tanya Azura bingung.

Ya ampun, dongo sekali sih otaknya ini. Kenapa ia bisa lupa memikirkan hal itu. Dasar bodoh bodoh bodoh.

Ok El, mari kita coba lagi. Tak lupa, Elyna memikirkan untuk teleport ke rumah Arien. Fokus dan mulai. Ia langsung berlari dengan kencang dan...

Ssssrrrttt

"Yeaay berhasil" teriak Azura semangat.

Elyna tersenyum bahagia saat melihat rumah Arien terpampang nyata di hadapannya. Akhirnya, berhasil juga. Aaah senangnya.

Sepertinya ia dan Do Min Joon benar-benar jodoh. Lihat saja? Mereka sama-sama memiliki kekuatan teleport. Biarkan dirinya halu sekejap saja.

*****

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status