Share

Pengantin Baru

"Nda! Keburu siang!" Untuk ketiga kali Niar mengetuk. Dinda sontak menyikut perut Fahri karena lelaki itu masih saja bergeming dan makin mengeratkan pelukan.

Fahri meringis, karena sikutan Dinda telak mengenai ulu hatinya. "Jadi perempuan nggak ada lembut-lembutnya," rutuk Fahri mengusap perutnya yang terasa nyeri.

"Ish, ngomongnya aja kepaksa nikahin Nda, tapi masih aja peluk-peluk sok mesra," rutuk Dinda sembari mengikat dan menggelung rambutnya ke atas tengkuk.

Sama dengan dengan yang Dinda rasakan sebelumnya, Fahri merasakan sensasi aneh mengaliri darahnya saat melihat kulit tengkuk perempuan yang telah resmi ia persunting belum 24 jam itu. Dinda terlihat berbeda tanpa kerudung yang menutup kepalanya. Rambut hitam sedikit bergelombang, terlihat kontras dengan kulitnya yang putih. Bibir tipisnya pun terlihat kemerahan, alami tanpa pewarna bibir.

"Uda sana buruan siap-siap ke mesjid," seru Dinda sebelum ia membuka pintu kamar dan menghilang dari balik pintu yang kembali ia tutup.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status