Share

Bab 15.b

"Bang, ngopi." Bang Wisnu mengacungkan gelas hitam. Dia membalas hanya dengan kode telapak tangan.

"Bang. Makan dulu." Aku memanggilnya. Bang Rasya langsung meninggalkan lokasi.

Kami membuat tenda di kebun cengkih. Tempat yang sengaja dibuat untuk menjamu para pekerja.

"Bang saya lihat sikap Abang berbeda pada Bang Wisnu."

"Wisnu. Dia bukan abang awak.”

"Iya. Maksud saya Wisnu."

Duh. Kenapa selalu lupa. Aku menepuk jidat.

"Sikap Abang biasa saja tidak ada yang beza."

"Aku lihat beda."

"Itu perasaan adik je. Abang sedang bekerja, masa harus ngobrol-ngobrol seperti kemarin."

"Abang hanya menonton."

"Iya itu kerjaan. Lagi pula semua sudah menjadi tanggung jawab mereka pun."

"Saat fondasi sudah berdiri, apa Abang akan pulang?"

"Tak, masih ada urusan."

"Urusan-urusan terus. Urusan apa?"

"Nanti juga awak tahu, Dik."

"Bila pernikahan kita bagaimana. Abang harus urus berkas di Malaysia bukan?"

"Ada pengacara, Abang nak minta dia urus berkas. Adik tahu aman je, tak sah banyak pikir. Yang penti
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status