Share

Bab 19.b

Alina berjalan ke depan Wisnu lalu melanjutkan kalimatnya, “Tapi itu dulu sebelum kamu berkhianat. Sekarang perasaan itu sudah berubah benci dan jijik.” Alina menjeda.

“Maka sekarang dengarlah ini. Saya sudah tidak punya perasaan apa pun padamu. Cinta saya sudah bukan untukmu tapi untuk yang lain. Jika saya tidak bisa tidur malam-malam, itu bukan karena saya masih memendam kecewa. Tapi karena saya sedang merindu. Merindukan Bang Rasya ... Paham!”

Tengku Arasya yang sempat tegang jadi tersenyum. Lalu dadanya menghangat. Sempat-sempatnya dia berbunga-bunga dalam kondisi riuh begitu.

“Baiklah. Itu cukup. Kalau begitu saya akan pergi. Dari kamu dan dari keluarga ini.” Wisnu berjalan meninggalkan tempat keributan.

Warga yang melihat ber-huh-ria.

“Heh! Tunggu-tunggu-tunggu. Ini maksudnya apa?” Shena melebarkan langkah. Berjalan ke tengah kerumunan.

“Ada apa ini Pak?” Shena mendongak menuntut jawab.

“Suamimu baru saja menyelinap masuk kamar Lina,” jelas bapak yang posisinya jauh lebih
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status