Share

Rindu 3.b

Aku memeluk bunga-bunga itu. Lalu lanjut melangkah ke ruangan. Pak Rahmat membantuku membukakan pintu karena dua tanganku penuh. Ada rasa takut yang di sana itu Wisnu meski dengan cara yang seperti ini pasti bukan dia. Tapi agak trauma saja pada orang itu. Dan bersyukur, alhamdulillah. Ternyata bukan.

Abang berdiri dengan pakaiannya yang formal. Dia melihat ke kaca yang kubuat serupa di kantornya. Dengan sebelah tangan masuk ke kantung celana, dia melirik lalu mendekat. Berhenti di jarak dua langkah. Wajah yang kurindukan itu memandang lekat.

Kami bertatapan lama. Mata itu, hidung itu, bibir itu. Abang menghela napas dan menelan saliva, terlihat dari jakunnya yang naik-turun.

Sungguh betapa kagetnya, ini pertama kali dalam hidup, dia tiba-tiba berlutut di depanku. Aku sampai tersentak dan langsung mundur.

“Abang nak minta maaf. Abang tak bisa tanpa Adik. Pulang, ya ....” Dua netranya berkaca-kaca.

Ya Allah mana mungkin aku tega. Rasanya ingin memeluknya dan membuat dia berdiri. D
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status