“Aku sudah kehilangan ibuku. Aku tidak mau merasakan kehilangan untuk yang kedua kalinya. Aku takut kau tak bisa menerima kenyataan kalau aku lumpuh untuk selamanya. Maka dari itu, aku terpaksa berbohong padamu,” jelas Aram yang lantas membuat Riana merasa sedih.Hatinya iba pada Aram yang sampai takut akan kehilangan dirinya.“Siapa bilang aku akan meninggalkanmu hanya karena tahu kau lumpuh untuk selamanya? Aku tidak mempermasalahkan hal itu.”“Tapi Riana, setiap wanita pasti akan mengharapkan seorang pasangan yang sempurna dan normal. Sementara aku? Aku tidak bisa berjalan lagi. Kau akan menghabiskan seluruh hidupmu bersama dengan pria cacat ini.”“Memang apa salahnya aku menghabiskan seumur hidupku denganmu? Bagiku tidak ada orang yang betul-betul sempurna di dunia ini, Aram. Semua orag memiliki kekurangan dengan versi masing-masing. Begitu pun dengan aku. Jadi kau tidak perlu merasa rendah diri.”“Aku dan Kenzie tidak akan meninggalkanmu. Kami akan selalu ada bersamamu. Aku selal
Riana yang tadinya sempat melihat Mahesa membawakan bunga lily untuknya pun, kini berpura-pura tak melihat bunga itu.“Sayang. Ada tamu ya? Kenapa tidak disuruh masuk ke dalam?” suara Aram terdengar makin dekat.Sepertinya lelaki itu memajukan kursi rodanya menuju ke ruang tamu.Sebelum Aram melihat bunga yang ia bawa, Mahesa melihat ke arah tempat sampah yang ada di dekatnya, kemudian membuang buket bunga lily yang cantik it uke dalamnya.Barulah kursi roda Aram sampai di depan mereka.“Mahesa? Ternyata kau.” Aram menyipitkan mata.“Hai. Kupikir kau belum pulang dari Jerman. Aku datang ke sini mau bertemu dengan Kenzie,” sapa Mahesa sambil memaksakan sebaris senyum.“Sebentar lagi hari pernikahanku dengan Riana. Bagaimana mungkin aku akan tetap di Jerman, sementara persiapan pernikahan kami sudah lima puluh persen,” balas Aram sambil tertawa pelan.Mahesa mengangguk-anggukan kepala, lalu matanya sempat melirik ke arah Riana dengan hati yang terasa patah saat mengingat bahwa wanita c
“Ma, kenapa Mama diam saja? Kenapa tidak jawab pertanyaanku?” Kenzie kembali mendesak Riana untuk menjawab pertanyaannya yang amat sulit.“Emhh … Sayang, bisa tolong tidak usah bahas soal ini lagi. Mama mohon pengertian dari Kenzie. Cobalah untuk menerima Om Aram sebagai calon papa barunya Kenzie. Mama tidak minta apa pun. Hanya itu saja permintaan Mama.” Alih-alih menjawab pertanyaan anaknya, Riana malah mengalihkan pembicaraan.Diraihnya kedua tangan Kenzie sambil menggenggamnya dengan erat.Mata Kenzie menatap sorot penuh harap yang terpancar di kedua bola mata ibunya.Meski berat, akhirnya Kenzie menganggukan kepala.“Baik Ma.”“Terima kasih banyak, sayang. Terima kasih sudah mau mengerti Mama. Mama sayang Kenzie.” Tangan Riana menarik bocah itu ke dalam pelukannya.Lalu mendekapnya dengan hangat.Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang berdiam di balik pintu yang terbuka dan mendengarkan seluruh percakapan mereka sejak tadi.Dan orang itu adalah Aram. Tadi Aram berniat menyusul R
“Sayang, maaf ya. Aku tidak bisa ikut ke acara pernikahan Riana dan Aram karena aku sibuk dengan jadwal pemotretanku,” ucap Nessie dari seberang telepon.Mahesa yang baru masuk ke dalam mobil pun hanya berdeham singkat.“Tidak apa-apa. Nanti akan kusampaikan kalau kau tidak bisa hadir di sana.”Setelah itu, Mahesa pun mengakhiri panggilan dan memutuskan untuk segera berangkat ke rumah Aram.Meski sepanjang perjalanan, jantung Mahesa berdetak resah. Hatinya pun meragu. Seakan berat untuk memantapkan hati menyaksikan pernkahan antara Aram dengan wanita yang selama ini menjadi pujaan hatinya.Singkat waktu, mobil Mahesa pun sampai di pelataran rumah Aram yang luas. Sudah ada beberapa mobil yang terparkir di depan sana, termasuk speda motor.“Selamat datang, Tuan!” Mahesa disambut oleh security yang berjaga di depan gapura pernikahan yang dihias dengan bunga dan background yang amat cantik.Setelah menyerahkan undangan, Mahesa pun duduk di sebuah kursi kosong, bergabung dengan para tamu u
“Aku ingin bertanya satu hal. Apa kau mencintai Riana? Tolong jawab pertanyaanku dengan jujur!” Aram bertanya dengan raut serius.Mahesa melayangkan pandangannya pada wanita cantik yang saat ini menundukan wajah. Namun dalam hatinya, Riana pun penasaran dengan jawaban lelaki itu.“Ya. Aku sangat mencintai Riana. Bahkan sejak pertemuan kedua kami,” jawab Mahesa, membuat mata Riana terangkat dan bersitatap dengan bola mata sebiru laut milik Mahesa.Kedua sudut bibir Aram melengkungkan senyum.“Lalu dengan Nessie? Apa kau juga mencintainya?”“Hubunganku dengan Nessie hanya karena atas paksaan ayahku. Dulu ayahku sakit keras dan meminta agar aku menerima perjodohan dengan Nessie. Aku terpaksa setuju. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa cinta pun tidak pernah tumbuh di dalam hubungan kami.”“Bahkan saat ayahku masuk penjara, aku pernah nyaris memutuskan Nessie karena kupikir mungkin saja dia juga terlibat dalam penculikan Kenzie. Tapi pada akhirnya kami tetap melanjutkan hubungan karena …
Nessie sedang duduk di sebuah kursi santai yang disiapkan khusus untuknya setelah selesai pemotretan untuk sebuah majalah bergengsi.Tiba-tiba seorang temannya datang dan duduk di dekatnya.“Hai, Jane. Tumben sekali kau mau bertemu denganku. Ada apa?” tanya Nessie, sambil dipakaikan bedak padat oleh make up artist.“Apa kau sudah mendengar kabar mengejutkan dari pernikahan Dokter Aram dan Riana?” Jane malah balik bertanya. Membuat kening Nessie berkerut heran.Nessie menggelengkan kepala. “Kabar apa? Setahuku hari ini adalah hari pernikahan mereka. Itu saja. Kau datang ke sana kan? Tadinya aku juga mau datang bersama Mahesa tapi tidak jadi karena jadwal pemotretanu sangat padat.”“Justru itu. Aku datang ke acara pernikahan mereka. Tapi acara pernikahan mereka tidak berjalan sebagaimana mestinya.”“Apa maksudmu, Jane? Tolong jelaskan, jangan bertele-tele!” pinta Nessie, kedua alisnya saling bertautan.“Setelah sampai di atas pelaminan, tiba-tiba saja Dokter Aram memutuskan untuk membat
“Mahesa, aku menagih janjimu waktu itu. Katamu kau akan bertanggung jawab jika aku sampai hamil. Sekarang aku hamil darah dagingmu. Kau tidak akan mengingkari ucapanmu sendiri kan?” Nessie mengguncang kedua lengan Mahesa.Mahesa mengangkat wajah. Helaan napas berat keluar dari mulutnya.“Baik. Aku akan bertanggung jawab atas kehamilanmu. Aku akan menikahimu,” balas Mahesa.Seketika, senyum lebar langsung tersngging di bibir Nessie. Wanita cantik itu pun segera memeluk Mahesa dengan erat. Mengalungkan kedua tangannya di leher kekar milik lelaki itu.“Terima kasih, sayang. Aku tahu kalau kau pasti akan menepati janjimu,” ucap Nessie.Dengan berat, kedua tangan Mahesa terangkat dan membalas pelukan itu. Pelukan yang sama sekali tak menggetarkan hatinya.“Kenapa semuanya harus menjadi seperti ini? Harapanku untuk bisa menikahi Riana harus pupus karena kini Nessie mengandung anakku. Andai saja malam itu aku sadar, aku tidak akan pernah menyentuh Nessie. Tapi bagaimana pun, ini semua sudah
Malam hari, Riana merasa sakit hati melihat Kenzie yang sedang sibuk menggambar keluarga kecilnya di ipad yang dulu pernah Mahesa berikan untuknya.“Gambarku bagus kan, Ma?” bocah itu mengangkat pandangannya pada Riana yang berdiri di sampingnya sambil memegang segelas susu rasa vanilla.“Iya, sayang. Gambarmu makin hari makin bagus. Terlihat sangat rapi juga.”“Papa pasti akan senang melihat gambarku ini. Oh ya, sejak kemarin Papa kenapa tidak datang ke rumah kita ya, Ma? Memangnya Papa tidak menelpon Mama?” tanya Kenzie.Riana terdiam. Bingung bagaimana menjelaskannya.“Mungkin Papamu sibuk dengan pekerjaannya, jadi dia tidak sempat ke sini. Sudah, diminum dulu susunya. Setelah itu, pergi tidur,” perintah Riana sambil menaruh segelas susu itu di atas meja, tepat di depan Kenzie.“Baik Ma.”Dengan cepat, Kenzie meneguk susunya.Di saat yang sama, terdengar suara ketukan pintu dari arah ruang tamu.“Nah, itu pasti Papa!” Kenzie berdiri dari duduknya, menaruh gelas yang susunya masih b