Share

29 B

Ibu menarik napas panjang dan memelukku. “Akhirnya kamu punya teman, Nak.”

“Iya, Bu. Lalu siapa teman Cici dan Ahmad di rumah? Apa Bapak dan Raka sudah pulang?” cecarku, teringat dengan dua bayi yang seumuran itu.

Kak Sri berlari duluan dan Ibu mengikuti. “Ayo, kalian pulang sekarang,” seru Ibu ketika dia menoleh dan melihat kami masih berdiri di tampat yang sama.

“Ayo, Kak,” ujar anak-anak itu. Kami banyak mengobrol sambil berjalan dan ikut tertawa melihat wajah-wajah polos itu. Dulu saat masih seusia mereka, dalam pandanganku sangat enak jadi orang dewasa. Tidak selalu dibatasin dan bebas mau melakukan apa yang menurutku baik. Sekarang, aku merindukan masa-masa seperti mereka, bisa tertawa bahagia tanpa harus memikirkan persoalan hidup orang dewasa. Tapi beginilah hidup, tidak bisa berhenti dan terus berputar, kecuali kematian yang menghentikan proses di dunia ini.

Seperti janjiku pada mereka, aku akan mentraktrir es krim. Tak jauh dari rumah ada warung yang lumayan besar dan terse
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status