Share

48 B

“Udahlah, kalian pergi saja. Jadi pastikan jangan kena hujan, panas dan debu, ya.”

“Beres, Tan. Akan dipasangi plastik tranparan di pintunya biar aman dan nyaman. Ayo, Tuan putri.”

Bang Rian mengulurkan tangan pada putriku dan mereka berjalan duluan.

“Hati-hati, Nak,” ujar Ibu yang sejak tadi ikutan senyam-senyum. Sedangkan Bapak, aku belum melihatnya. Entah sudah tidur di kamar, karena bagi Bapak perjalanan jauh itu sangat melelahkan sekali. Mungkin karena efek badan yang sudah menua juga.

Aku naik ke becak dan duduk di bagian pinggir pintu dan Cici sudah duduk di sebelah sopir. Motor yang digunakan untuk menggandeng becak ini adalah motor besar dan masih mengkilap. Becaknya juga model untuk angkutan wisatawan sehingga tetap cantik digunakan jalan-jalan.

“Darimana dapat ini, Bang?”

“Sewa, Dik. Aku takut kalau naik mobil, kamu dan Cici malah tidur. Ini lebih bebas memandang semua jalanan.”

“Memangnya kita mau kemana?”

“Ya, keliling-keliling saja. Nanti kalau lapar atau haus, kita mamp
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status