Share

Tiga Syarat

“Ngapain ngendap-ngendap gitu, Bang?”

Astagfirulloh. Aku mengusap-usap dada. Bagaimana bisa tiba-tiba Hamdan ada di belakangku dan menepuk pundak ini? Untung saja aku tak punya riwayat penyakit jantung.

“Kalau aku jantungan, Bang Hamdan mau tanggung jawab? Gak boleh ngagetin gitu loh,” protesku. Dia menautkan alis, memandangiku dari kepala sampai kaki.

“Perasaan gak ngangetin kok. Berarti pikiran Abang terlalu fokus sampai kaget begitu. Kalaupun jantungan, gampang kok. Kan udah di rumah sakit,” balasnya santai, lalu tertawa sekilas setelah aku memelotot. Dia pun ketularan menyebalkan kayak Rian.

Aku berjalan mendahului, mengintip dari balik kaca pintu kamar. Aku tersenyum bahagia dan juga merasa terasing. Bapak dan Ibu sedang makan di sana. Sedangkan Alina disuapi Rian. Lalu aku? Di sini dalam keadaan masih lapar.

Aku mengucapkan salam seraya membuka pintu dan menghampiri mereka. Ibu terlihat berbinar bahagia melihatku datang.

“Kamu sudah pulang, Nak? Sini duduk!” Ibu menepuk lantai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Segampang itu ya? Raka Raka...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status