Share

28 A

“Alin, kamu belum tidur rupanya, Dik?” Bang Raka main nyelonong masuk saja dan duduk di tepi ranjang.

“Kalau masuk kamar perempuan dewasa, ketuk pintu dulu, Bang,” protesku. Bang Raka terkekeh sambil menggaruk-garuk kepala.

“Ya maaf. Lagian pintu kamarnya terbuka sedikit. Mau ngetuk pintu, takut membangunkanmu yang lagi tidur. Eh, rupanya malah duduk main hape. Kamu kenapa sih?”

“Gak ada, Bang.”

“Tapi sepertinya kamu baru nangis, ya? Tapi gak apa-apa. Itu tandanya kamu berperasaan. Adik Abang tidak seputus asa dulu sampai tak mau menangis atau tertawa.”

Aku tersenyum tipis dan menganggukkan kepala. Hanya Bang Raka saudaraku, temanku berebutan apa saja saat masih kecil hingga remaja. Kami sering bertengkar, tapi tak lama kemudian akur lagi. Bagaimana aku bisa marah padanya?

“Ada apa Abang ke sini?”

“Apa tak boleh Abang masuk kamarmu lagi?” Dia malah balik nanya.

“Bukan gitu, Bang. Abang juga sudah berkeluarga. Jangan sampai nanti ada yang cemburu karena Abang menghabiskan waktu banyak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hany Mahanik
Sengajakah orang itu, atau tidak?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status