Share

PART 4 : SEPERTI MONSTER

"Kamu mau berpacaran dengan dia?" tanyanya ibunya yang serius, membuat Nicky tak paham.

"Pacar? Mah Puspita masih anak-anak," ucap Nicky yang tak percaya dengan ucapannya ibunya, yang benar saja? Walau mungkin anak itu sudah masuk SMA namun umurnya berbeda cukup jauh darinya.

Ibunya hanya tersenyum tipis. "Dia akan segera dewasa sebentar lagi, kamu harus cepat punya pacar, Nicky!"

"Kenapa?" tanya Nicky heran, dia masih harus belajar lebih banyak lagi untuk S2nya, jadinya baginya pacaran hanya menghambat ilmu yang akan dia dapat nantinya.

"Mama mau liat kamu bahagia dengan pilihanmu!" ucap ibunya yang masih memandang pergerakan Puspita, dia nampak Ramah dengan pelayan.

Kadang jika ada perlu anak itu akan kemari untuk mencari ayahnya.

Tak lama Nicky memeluk ibunya dari belakang, sudah sangat lama dia juga merindukan wanita tak bersayap ini. "Kalau ada mama, aku adalah orang yang paling bahagia di dunia ini."

Wanita paruh baya itu terbatuk kecil, lalu dia memegang tangan putranya yang sudah sangat besar. "Mama tidak mungkin selamanya ada di dunia ini, Nicky!"

Nicky melepaskan pelukannya dan menatap sang ibunda tercinta dengan heran, sebesar apapun seorang putra jika bersama ibunya dia tetap anak manja.

Dan setelah ibunya, isterinya lah yang akan memanjakannya.

"Mama mau ninggalin aku?" tanya Nicky yang heran.

Ibu Nicky memegang pipi putranya. "Semua manusia akan berpisah!"

Saat sedang bicara serius, Puspita yang merasa semuanya sudah mulai terlihat rapih, memilih untuk berpamitan sebelum pulang. "Permisi nyonya, tuan muda. Saya pamit pulang dulu ya, mama saya nelpon tadi."

"Ini Udah malem, kenapa gak mau nginep aja?" tanya ibunya yang membuat Puspita heran sama halnya dengan sang anak.

"Mah?" tanya Nicky yang heran.

Ibunya menyipit mata lebih heran. "Kenapa Puspita anak gadis, kamar pembantu masih banyak kan?"

Puspita merasa lega dengan ucapan itu, walau ibu Nicky adalah wanita yang baik, berhati lembut namun sang Tuan besar rumah ini membuat dia sangat segan.

Tatapan matanya yang amat berbeda dengan Nicky, membuat dia takut dan sering menunduk ketika melihatnya.

"Gak apa-apa kok nyonya, saya pulang aja, lagian rumahnya gak jauh kok."

"Jangan pulang sendiri, Puspita! Kamu anak gadis, Nicky antar dia pulang!" ujar ibunya.

Ucapan ibunya benar, tak baik gadis seperti Puspita pulang sendiri ditengah gelapnya malam. Dia pun berjalan mendekati gadis belia itu. "Ayo pulang!"

Puspita menunduk beberapa kali. "Maaf merepotkan nyonya, tuan muda."

Tiba-tiba Nicky mendorong kepala hingga dia maju beberapa langkah karena tak siap. "Kenapa kamu tiba-tiba sangat sopan, sudah ayo pergi!"

"Nicky! Kamu jangan kasar padanya!" ujar ibunya yang khawatir kalau Puspita merasakan sakit kepala, akibat tangan anaknya itu.

"Paling gagar otak doang, mah."

Puspita menatap Omnya dengan tatapan tajam, siap untuk memukul wajahnya, namun ia harus menahan emosi demi terlihat alim di depan ibunya.

"Saya pamit, nyonya," ucap Puspita yang kembali memberikan hormat, lalu menarik pria itu keluar.

Ibu Nicky hanya menggeleng sambil tersenyum, ia harap anak itu atau siapapun nanti yang akan menjadi pasangan anaknya, bisa menggantikan perannya, membuat anak itu tersenyum dan menyemangati jika terjadi sesuatu yang membuat dia terpuruk.

Puspita menariknya sampai di depan pintu yang tertutup, hingga tak terlihat keduanya walau ada orang di dalam. "Om itu apa-apa sih?"

"Apanya yang apa?"

"Gak boleh gitu kalau di depan nyonya, Om."

"Mama maksud kamu?"

Puspita mengangguk, siapa lagi yang akan ia sebut nyonya selain ibunya juga ibu pria di depannya ini.

"Kenapa emangnya? Mama baik kok."

"Masalahnya kalau Tuan besar tau, aku takut Om."

"Papa ya? Ya dia memang agak menyeramkan."

"Tuh kan, intinya jangan banyak tingkah, pura-pura aja kalau kita ini tuan dan bawahan, ngerti!" ujar Puspita.

Walau umurnya masih belia, cerewet mirip sekali dengan ibu-ibu komplek. "Ya ya ya, tapi papa juga orang yang baik."

"Matanya sangat berbeda dengan om, Tuan besar lebih tajam," ucap Puspita yang berkata jujur, hingga tak lama ayah Nicky datang dari arah belakang.

Menatap putranya yang sedang bersama seorang gadis, yang nampak tak asing baginya. Ayahnya berjalan mendekat, namun yang ia dengar celoteh jujur Dari bibir gadis itu.

Nicky yang melihat ayahnya ada di belakang Puspita, hanya menutup mulutnya sambil tersenyum, anak ini akan mendapatkan masalah besar karena memberikan review yang sangat jujur untuk ayahnya.

"Aku tidak tau, takdir apa yang mengantarkan ibu om yang sangat cantik, lembut dan penyayang itu, pada monster macam tuan Besar, pasti ada yang salah dalam otaknya."

"Jadi kamu pikir saya begitu?" tanya ayah Nicky yang bicara dengan nada berat dan terdengar begitu marah.

Puspita terbelalak sambil menatap Nicky yang tertawa kecil, sialan! Pria tua ini malah menjebaknya.

Bruk! Puspita tiba berlutut di depan ayah Nicky, yang sekarang menatap sangat tajam padanya, ia hanya menatapnya sekilas lalu kembali menunduk dengan tubuh bergetar.

Ia yakin nyawanya tamat hari ini juga. "Maafkan saya Tuan besar, maaf saya tidak bermaksud."

"Beraninya kamu membicarakanku dari belakang, punya banyak nyawa kamu ya?" tanya ayah Nicky yang benar-benar kesal dengan tutur kata gadis muda ini.

Ternyata selama ini, sikap sopannya dia menyembunyikan segala macam cacian untuknya dalam hati. Sedangkan Nicky yang merasa khawatir dengan kondisi Puspita yang mulai terdengar Isak tangis mendekati ayahnya.

"Pah, Puspita cuma bercanda."

"Bercanda? Mencaci itu becanda menurut kamu? Inilah anak jaman sekarang, dilembutkan malah menjadi-jadi, PENJAGA! PECUT ANAK INI SEBANYAK 20 KALI!"

Mata Puspita menatap tak percaya pada pria didepannya ini, ternyata yang di takuti akhirnya terjadi, dia menggeleng dengan air mata ketakutan. "Tuan Besar saya mohon, ampuni saya! Saya tidak bermaksud."

"Pah, aku yang salah pah! Kenapa papa pukul Puspita pah?"

Tangan pada bawahan itu segera menari Puspita, menuju ruang eksekusi. Dengan tangisan histeris mereka membawanya dengan paksa. "Tuan besar maafkan saya, Om tolong Om!"

Karena tak ada jawaban dari ayahnya, Nicky pun berlari menuju Puspita yang di tarik, namun kala langkahnya jauh ayahnya berkata dengan keras yang membuat kakinya berhenti melangkah. "Jika kamu menyelamatkannya! Hukumannya lebih dari ini, hal ini belum seberapa, jika papa tidak ingat dia umur berapa sudah papa masukkan anak itu ke kandang harimau."

Nicky mengepal, dia menoleh sebentar menatap punggung ayahnya yang masih terdiam seperti tadi. Selama ini ia memang pernah mendengar kejamnya ayahnya, namun dihadapannya dia hanya ayah yang baik memberikan segala yang dia minta.

Tapi kenapa sekarang ketika dewasa, semua kekejaman itu akhirnya terlihat. "Puspita benar, papa memang mirip seperti monster."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status