"Bagus, bagus sekali! Bocah, kamu tunggu saja!"Sembari berbicara, Bagas mengeluarkan ponselnya dan memotret Tobi. Kemudian, dia menoleh ke arah Kamila dan berkata, "Kamila, yang kukatakan sebelumnya itu masih berlaku sampai hari ini.""Lewat dari hari ini, aku juga nggak akan segan-segan lagi."Setelah meninggalkan kata-kata itu, dia pun meninggalkan mereka berdua. Dia sekarang sudah punya fotonya Tobi. Mencari informasi mengenai pria itu bukanlah hal sulit lagi.Dia pasti akan membuat bocah itu membayar harga mahal.Melihat Bagas berlalu, Kamila segera berkata dengan cemas, "Tuan Tobi, apa yang kamu lakukan? Kalau kamu menyinggung Pak Bagas, ke depannya kamu nggak akan bisa bertahan di perusahaan lagi.""Kamu khawatir aku akan menyusahkanmu?" tanya Tobi."Bukan begitu!"Kamila segera menyangkal dan berkata, "Lagian ini semua nggak hubungannya denganku. Sekalipun kamu nggak di sini, Pak Bagas juga nggak akan melepaskanku. Kelihatannya aku sudah nggak bisa bertahan di perusahaan ini la
"Ya.""Oh ya, bisakah kamu ceritakan lebih banyak mengenai rahasia perusahaan? Terutama yang biasa kalian diperbincangkan secara diam-diam itu?" tanya Tobi dengan penasaran."Buat apa bahas itu?""Penasaran!""Tunggu nanti saja. Lagian aku juga sudah mau meninggalkan perusahaan. Oh ya, sudah jam segini, aku harus naik ke atas dulu.""Baiklah!"Begitu sampai di pintu masuk lantai pertama, mereka harus menggesek kartu karyawan agar bisa masuk.Tobi tampak tak berdaya. Dia tidak memiliki kartu karyawan.Kamila memandangnya dengan ragu. Bukankah dia karyawan perusahaan, mengapa tidak punya kartu?"Hmm, aku lupa bawa hari ini.""Kalau begitu, ikut aku saja," kata Kamila buru-buru. Dia memberi tahu satpam bahwa Tobi adalah kliennya, kemudian membawa pria itu masuk bersama.Gedung ini cukup baru, apalagi ada banyak lift dan semuanya sangat bersih. Tak lama kemudian, mereka berdua pun tiba di lantai lima belas. Grup Maharta menempati dua lantai, yakni lantai lima belas dan enam belas.Sesampai
Tak disangka, Tobi masih bisa memberikan petunjuk dengan mudah. Dia makin membuat gadis-gadis cantik itu merasa tercerahkan dan memperoleh banyak pengetahuan baru.Semuanya bertambah bersemangat. Ternyata, Tobi itu desain yang genius.Kamila tercengang. Padahal, dia hanya mengarang masalah Tobi itu kakak kelasnya. Di luar dugaan, pengetahuan desain Tuan Tobi begitu hebat dan dia bisa menaklukkan semua orang dengan mudah.Apa Tuan Tobi memang sehebat itu? Pantas saja, dia bisa tertarik dengannya dari awal. Ternyata mereka memiliki kesamaan."Kak, kamu lulusan universitas mana? Terus, kamu kerja di mana? Kamu hebat sekali.""Kak, kamu punya pacar? Kalau belum, menurutmu, aku bagaimana? Jangan khawatir, asalkan kamu bersamaku, kamu nggak perlu melakukan apa pun. Aku akan mengurus semuanya.""Aku juga sama. Aku bisa mengurus semua pekerjaan rumah. Kalau kamu nggak mau aku bekerja, aku juga akan berhenti dan sepenuhnya mengurus rumah tangga.""Aku, aku juga. Aku akan melahirkan anak untukmu
"Keluar dari departemen desain?""Aku nggak diterima di sini?"Tobi hanya menanggapi kata-kata itu dengan senyuman. Dia kemudian berkata dengan nada datar, "Hanya berdasarkan kamu? Sayangnya, kamu nggak berhak bicara seperti itu kepadaku. Terlebih lagi, seharusnya kalian itu menyambutku.""Menyambutmu?""Memangnya kamu siapa?""Tobi, aku peringatkan kamu, kesabaranku ada batasnya. Kalau kamu terus omong kosong seperti ini, jangan salahkan aku nggak sungkan lagi. Aku akan panggil polisi," ucap Gita dengan marah.Sejak kemarin, dia sudah sangat membenci Tobi. Hari ini, dia pasti harus melampiaskan semua emosinya kepada pria itu.Kalau bawahannya tidak dicuci otak oleh bajingan ini hingga membuat semua orang mengira dirinya salah, mana mungkin dia bisa begitu mudah diajak kompromi?Kamila juga ikut menimpali, "Tuan Tobi, kamu menyelinap masuk ke perusahaan kami dan itu sudah nggak benar. Cepat pergi dari sini.""Nggak, aku nggak bisa pergi begitu saja," kata Tobi. Lagi pula, tujuan kedata
"Kamu!"Padahal dia tidak bermaksud memecat Monika. Bagas bertambah geram. Dia hanya bisa melampiaskan emosinya kepada Tobi dan berkata dengan nada lantang, "Satpam! Kenapa masih belum datang? Apa sudah mati semuanya?""Di ... di sini!"Setelah beberapa saat, satpam pun berlari dengan terengah-engah menghampirinya.Melihat satpam berlari mendekatinya, Bagas langsung memerintahnya, "Kenapa masih bengong? Cepat pukul dia. Pukul sampai kakinya patah, lalu bawa ke kantor polisi. Bilang dia sudah mencuri hasil desain kita."Mendengar perintah itu, satpam langsung bergegas mengambil tindakan.Kamila ketakutan. Wajahnya pucat pasi, tetapi tidak ada yang bisa dia lakukanGita menatap Tobi dengan dingin. Bajingan ini pantas mendapatkannya. Siapa suruh dia tidak mau dengar. Andai dia pergi dari tadi, bukankah dia akan baik-baik saja?Mungkin karena mereka terlalu berisik, bahkan sekretarisnya wakil direktur Simon, Jordan, juga mendatangi mereka. Bagaimanapun, direktur baru akan mulai menjabat ha
Melihat adegan itu, wajah Kamila menjadi pucat. Saking takutnya, dia sampai menutup matanya.Untungnya, Tobi yang berada di samping itu mendengus dingin, maju selangkah, kemudian hanya dengan beberapa gerakan kecil, dia telah berhasil mematahkan tangan satpam-satpam itu.Rasa sakit yang begitu menusuk itu langsung membuat mereka terjatuh ke lantai dan mengeluarkan jeritan nyaring. Satu per satu dari wajah mereka memperlihatkan ekspresi kesakitan.Meski kaki mereka tidak patah, mereka tidak bisa bangkit lagi.Semua orang terpana. Tak disangka, Tobi yang terlihat lemah itu justru menyimpan kemampuan yang luar biasa.Kamila membuka matanya dengan kaget. Dia mendapati dirinya tidak terluka sedikit pun. Untuk sesaat, dia tidak paham sebenarnya apa yang telah terjadi.Raut wajah Bagas berubah, tetapi dia masih tetap berkata dengan marah, "Bagus, Nak. Pantas kamu begitu sombong, ternyata kamu bisa seni bela diri. Sayangnya, kamu tahu kan sekarang bukan zaman dulu lagi? Tunggu saja, aku panggi
Begitu mendengar kata-kata itu, semua orang tercengang.Baik Gita, Kamila, Monika dan desainer lainnya, sorot mata mereka semuanya memperlihatkan tatapan tidak percaya.Siapa sangka, pemuda tampan ini adalah direktur baru perusahaan mereka. Bukankah biasanya pria tua dan dewasa, setidaknya berusia tiga puluhan atau empat puluhan yang akan menjabat sebagai direktur?Sejak kapan ada direktur muda seperti ini?Melihat penampilan Jordan yang mendadak berubah, jantung Bagas langsung berdebar-debar. Apalagi, saat mendengar perkataan Jordan selanjutnya, ekspresinya berubah drastis, kakinya terasa tak bertenaga dan hampir berlutut.Wajahnya seperti baru saja melahap habis ribuan lalat mati. Apalagi, membayangkan kelakuannya barusan, yang memandang rendah Tobi, bahkan ingin membereskannya.Berakhir sudah!Tak ada yang bisa menyelamatkannya lagi."Pak, Pak Tobi, aku ....""Kenapa? Kamu masih ingin mengusirku?" tanya Tobi dengan dingin."Bu ... bukan. Pak Tobi, Anda salah paham. Saya benar-benar
"Baik!" ucap Jordan dengan sopan. Dia juga harus segera melaporkan masalah ini kepada Pak Simon."Oke, cepat pergi. Ingat, semua karyawan harus hadir dalam waktu sepuluh menit. Kalau nggak, kalian akan menanggung konsekuensinya," ucap Tobi dengan dingin."Ya!"Jordan dan Bagas segera melakukan perintahnya.Setelah keduanya berjalan pergi, barulah Gita terhenyak. Dia memandang Tobi dengan tatapan kaget. Jelas-jelas, wajahnya terlihat canggung.Apalagi, teringat dia berulang kali meremehkan Tobi, bahkan tidak memercayai kata-katanya.Ternyata dia tidak berbohong saat mengatakan dia juga bekerja di Grup Maharta. Hanya saja, dia bukan karyawan biasa, melainkan direktur baru.Gita malah terus-terusan memandang rendah dirinya. Masih dengan ekspresi canggung di wajahnya, Gita pun berkata dengan hati-hati, "Pak Tobi, aku ....""Nggak perlu dibahas lagi. Ke depannya, lakukan pekerjaanmu dengan baik saja."Gita memang tidak sopan kepadanya, bahkan omongannya terdengar kasar, tetapi wanita itu ti