Di saat bersamaan, ahli bela diri yang sebelumnya menyerang Tobi telah kembali ke Sekte Suganda. Tak disangka, bahkan Evan pun tidak mampu mengobati cedera di tangan dan kakinya itu.Padahal, Evan bukan hanya pandai membuat racun, tetapi dia juga memiliki keterampilan medis yang sangat baik.Untungnya, kakinya masih punya harapan untuk pulih. Hanya saja, dia mungkin akan membutuhkan waktu yang lebih lama."Apa yang terjadi?" tanya Evan dengan marah.Pria itu segera menceritakan apa yang telah menimpa dirinya hingga bisa membuatnya cedera begitu parah, bahkan sengaja membumbui kata-kata Tobi dengan hal-hal yang tidak masuk akal."Benarkah?""Beraninya dia meremehkan Sekte Suganda yang telah berusia ribuan tahun. Dia juga bilang akan menghancurkan seluruh Sekte Suganda dalam hitungan menit?" kata Evan dengan geram."Benar, dia bilang begitu! Dia juga meminta Anda untuk segera melepaskan Nyonya Muda. Kalau nggak, dia akan membuat Anda mati mengenaskan.""Dia berani bilang begitu!""Sialan
Hal ini sudah menunjukkan seberapa dalam perasaan Jessi kepada Tobi.'Baiklah, makin kamu bersikap seperti ini, aku makin ingin menghancurkannya. Setelah berhasil berkultivasi, aku akan memberitahumu kebenaran dari semua ini dan membiarkanmu tersiksa sampai mati'Jadi, Evan berusaha menekan kebencian di dalam hatinya. Bagaimanapun, kultivasinya kini masih membutuhkan energi dalam tubuh Jessi. Dia pun berkata, "Baiklah, pegang kata-katamu itu. Kamu yakin akan menuruti perintahku dan membantuku berkultivasi?""Ya, aku janji akan menuruti semua perintahmu," jawab Jessi dengan putus asa. Asalkan bisa menyelamatkan Kak Tobi, dia merasa pengorbanannya sepadan."Baiklah. Kalau begitu, aku akan melepaskan nyawanya kali ini."Evan berpura-pura menyetujui permintaan Jessi, tetapi tak berselang lama, dia telah menelepon ayahnya dan menceritakan kejadian itu.Kemungkinan besar, lawan adalah ahli bela diri yang baru memasuki alam Guru Besar. Berdasarkan Kekuatan Transformasi tingkat puncak yang dim
Tak lama kemudian, dia pun sudah sampai di depan pintu vila Keluarga Lianto.Setelah memarkir mobil, bahkan sebelum Tobi sempat keluar dari mobil, ibunya Widia telah menyambutnya dengan hangat. Ternyata ibunya Widia telah menunggunya sedari tadi.Dia sangat bersemangat saat mengetahui Tobi adalah Raja Naga. Meski dia tidak paham apa yang dilakukan Sekte Naga, setidaknya dia tahu Sekte Naga memiliki status yang hampir sama dengan keluarga kaya di Jatra.Walau masih tidak sebanding dengan empat keluarga teratas, tetapi dia merasa masih jauh lebih baik ketimbang Keluarga Capaldi."Tobi ...."Sebelum ibunya Widia menyelesaikan kata-katanya, Tobi mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar dia berhenti berbicara. Dia pun mengangkat ponselnya yang berdering, "Jessi?""Jangan panggil aku begitu!"Suara Jessi terdengar dari seberang sana, apalagi nadanya begitu dingin. "Tobi, dulu aku sopan kepadamu karena kamu pernah menyelamatkan nyawaku. Tapi sejak aku menikah dengan Tuan Evan, kita sudah
"Tentu saja nggak!""Aku hanya menjelaskan saja." Ibunya Widia tiba-tiba menemukan sebuah ide dan memikirkan alasan yang bagus. Dia pun menambahkan, "Sebenarnya, aku bisa melakukan semua hal itu sebelumnya juga demi kebaikanmu.""Demi kebaikanku?" tanya Tobi yang tak kuasa menahan senyumnya."Benar. Aku menggunakan kata-kata kasar dan tindakan buruk untuk membangkitkan motivasimu. Agar kamu bisa makin kuat dan bisa memberikan masa depan yang lebih baik kepada Widia.""Tapi tak disangka, kamu adalah Raja Naga dari Sekte Naga. Sudah pasti kamu nggak membutuhkan hal-hal seperti itu, jadi sikapku sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya.""Oh, begitu rupanya. Terima kasih banyak, Bibi.""Sama-sama, tapi jangan panggil aku Bibi lagi. Kita semua satu keluarga. Panggil Ibu saja.""Aku rasa nggak perlu seperti itu!"Begitu menjatuhkan kata-kata itu, Tobi juga tidak peduli dengan ekspresi canggung di wajah ibunya Widia. Setelah keluar dari mobil, dia pun berjalan masuk.Ibunya Widia terhenya
Kakek Muhar sengaja menegur keluarganya sendiri. Setelah itu, barulah dia menunjukkan sikap seperti itu.Tobi tentu akan memberi muka kepada Kakek Muhar, apalagi sebelumnya beliau juga pernah memperlakukannya dengan baik. Dia berkata, "Kakek Muhar, kamu terlalu sungkan. Lagian masalah sudah berlalu, aku juga nggak memasukkannya dalam hati.""Baguslah. Asal kamu bisa berpikir begitu, aku sudah tenang.""Tak disangka, kamu punya wawasan yang begitu luas di usia semuda ini. Pantas saja kamu bisa mencapai kesuksesan seperti itu!""Ayo, kami khusus menyiapkan hidangan enak dan anggur berkualitas khusus untukmu. Anggaplah ini sebagai permintaan maaf resmi dari Keluarga Lianto."Kakek Muhar bergegas mempersilakan Tobi duduk.Widia dan Candra juga ada di sana. Keduanya langsung menyapa Tobi. Apalagi, Candra menyambutnya dengan begitu antusias.Akhirnya keluarganya mengetahui seberapa hebat kakak iparnya dan menerimanya sepenuhnya. Terlebih lagi, status dan kekuatan kakak ipar memang sangat men
Kata-kata itu seketika membuat pipi Widia merona.Melihat adegan yang begitu harmonis, Widia merasa sangat bahagia. Apalagi, saat kakeknya meletakkan tangannya di tangan Tobi, entah kenapa, dia mendadak merasa kikuk.Sekarang, dia malah digoda oleh ibunya lagi.Semuanya terlihat sangat senang, tetapi Candra berkata dengan nada canggung, "Kakek, Ayah, Ibu, kalian sekarang menganggap Kak Tobi hebat dan sangat kuat. Kalian terus-menerus menyanjungnya.""Tapi, kalau ke depannya ada tuan muda yang lebih hebat muncul, kalian nggak boleh mengusir Kak Tobi lagi.""Dasar bajingan! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"Kakek Muhar tampak marah dan ingin menampar Candra, terutama saat melihat tatapan Tobi. Beliau buru-buru berkata, "Lantaran aku sudah mengakui Tobi sebagai cucu menantuku, aku nggak akan berubah pikiran lagi.""Jangankan orang biasa, sekalipun tuan muda dari Keluarga Yudistira di Jatra datang, kami juga nggak akan merusak kebahagiaan Widia dan Tobi.""Benar, bocah nakal sepertimu
"Benar. Tobi, jangan merendah lagi. Kudengar, nggak ada seorang pun di Kota Tawuna yang nggak takut kepadamu. Bahkan keluarga terkaya, Keluarga Yusnuwa, Keluarga Sunaldi dari empat keluarga besar, semuanya takut kepadamu," ucap ibunya Widia dengan antusias.Dia sangat bersemangat ketika memikirkan hal ini.Kali ini, dia telah menjadi orang yang berkuasa dan bisa berlagak di Kota Tawuna sesuka hatinya.Saat dia keluar nanti, siapa lagi yang berani memandang rendah dirinya? Dia mau semuanya hormat kepadanya dan menyanjungnya.Memikirkan hal ini, ibunya Widia tak kuasa menahan senyumnya."Oh ya, Tobi, kamu hebat sekali, tapi aku penasaran. Sebagai Raja Naga dari Sekte Naga, apa status dan kekuatanmu bisa dibandingkan dengan tuan muda dari empat keluarga hebat di Jatra?" tanya Herman ingin tahu.Menurut penilaian mereka, Tobi memang kuat, tetapi dibandingkan dengan empat keluarga hebat di Jatra, dia mungkin masih kalah jauh.Bagaimanapun juga, empat keluarga besar itu termasuk keberadaan p
"Hah ....""Kamar yang mana?" Widia juga tidak tahu ruangan mana yang disiapkan oleh keluarganya."Kamar yang mana lagi? Tentu saja, di kamarmu.""Kalian sudah menikah begitu lama, kalau nggak tidur di kamar yang sama, apa kalian mau tidur terpisah? Bukankah itu aneh sekali?" ucap ibunya Widia.Padahal sebelumnya mereka juga tidak tidur sekamar, tetapi juga tidak ada yang menganggap mereka aneh.Entah karena pengaruh mabuk atau tidak, tak disangka, Kakek Muhar juga mendukung mereka berdua tidur bersama. "Widia, bukankah selama ini kamu ingin bersama Tobi? Sekarang, kami semua sudah merestuimu, apa kamu nggak mau bersamanya lagi?""Bukan begitu!""Aku hanya takut, setelah aku membawanya masuk, kelak kalian akan memarahiku," kata Widia tak berdaya."Mengapa kami memarahimu? Kami malah berharap bisa menggendong cucu secepat mungkin," goda ibunya Widia.Kakek Muhar mungkin mabuk, tetapi dia juga sangat menantikan hal ini. Dia sudah tidak sabar ingin menggendong cicitnya.Widia hanya bisa m