Kata-kata itu seketika membuat pipi Widia merona.Melihat adegan yang begitu harmonis, Widia merasa sangat bahagia. Apalagi, saat kakeknya meletakkan tangannya di tangan Tobi, entah kenapa, dia mendadak merasa kikuk.Sekarang, dia malah digoda oleh ibunya lagi.Semuanya terlihat sangat senang, tetapi Candra berkata dengan nada canggung, "Kakek, Ayah, Ibu, kalian sekarang menganggap Kak Tobi hebat dan sangat kuat. Kalian terus-menerus menyanjungnya.""Tapi, kalau ke depannya ada tuan muda yang lebih hebat muncul, kalian nggak boleh mengusir Kak Tobi lagi.""Dasar bajingan! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"Kakek Muhar tampak marah dan ingin menampar Candra, terutama saat melihat tatapan Tobi. Beliau buru-buru berkata, "Lantaran aku sudah mengakui Tobi sebagai cucu menantuku, aku nggak akan berubah pikiran lagi.""Jangankan orang biasa, sekalipun tuan muda dari Keluarga Yudistira di Jatra datang, kami juga nggak akan merusak kebahagiaan Widia dan Tobi.""Benar, bocah nakal sepertimu
"Benar. Tobi, jangan merendah lagi. Kudengar, nggak ada seorang pun di Kota Tawuna yang nggak takut kepadamu. Bahkan keluarga terkaya, Keluarga Yusnuwa, Keluarga Sunaldi dari empat keluarga besar, semuanya takut kepadamu," ucap ibunya Widia dengan antusias.Dia sangat bersemangat ketika memikirkan hal ini.Kali ini, dia telah menjadi orang yang berkuasa dan bisa berlagak di Kota Tawuna sesuka hatinya.Saat dia keluar nanti, siapa lagi yang berani memandang rendah dirinya? Dia mau semuanya hormat kepadanya dan menyanjungnya.Memikirkan hal ini, ibunya Widia tak kuasa menahan senyumnya."Oh ya, Tobi, kamu hebat sekali, tapi aku penasaran. Sebagai Raja Naga dari Sekte Naga, apa status dan kekuatanmu bisa dibandingkan dengan tuan muda dari empat keluarga hebat di Jatra?" tanya Herman ingin tahu.Menurut penilaian mereka, Tobi memang kuat, tetapi dibandingkan dengan empat keluarga hebat di Jatra, dia mungkin masih kalah jauh.Bagaimanapun juga, empat keluarga besar itu termasuk keberadaan p
"Hah ....""Kamar yang mana?" Widia juga tidak tahu ruangan mana yang disiapkan oleh keluarganya."Kamar yang mana lagi? Tentu saja, di kamarmu.""Kalian sudah menikah begitu lama, kalau nggak tidur di kamar yang sama, apa kalian mau tidur terpisah? Bukankah itu aneh sekali?" ucap ibunya Widia.Padahal sebelumnya mereka juga tidak tidur sekamar, tetapi juga tidak ada yang menganggap mereka aneh.Entah karena pengaruh mabuk atau tidak, tak disangka, Kakek Muhar juga mendukung mereka berdua tidur bersama. "Widia, bukankah selama ini kamu ingin bersama Tobi? Sekarang, kami semua sudah merestuimu, apa kamu nggak mau bersamanya lagi?""Bukan begitu!""Aku hanya takut, setelah aku membawanya masuk, kelak kalian akan memarahiku," kata Widia tak berdaya."Mengapa kami memarahimu? Kami malah berharap bisa menggendong cucu secepat mungkin," goda ibunya Widia.Kakek Muhar mungkin mabuk, tetapi dia juga sangat menantikan hal ini. Dia sudah tidak sabar ingin menggendong cicitnya.Widia hanya bisa m
Tubuh Widia makin lemas, bahkan bajunya sudah berantakan. Dia benar-benar tenggelam di dalam permainan itu, menikmati sensasi unik yang belum dia rasakan sebelumnya.Meski Tobi tidak mabuk, alkohol jelas telah meningkatkan nafsunya. Dia makin bersemangat, tidak terkendali, dan melakukan semua yang dia inginkan.Namun, di saat itu, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Terdengar suara ibunya Widia yang memanggilnya, "Widia!"Setelah selesai memanggilnya, ibunya Widia langsung tercengang. Bukankah Tobi sudah mabuk? Mereka sudah melakukannya begitu cepat? Dia buru-buru berbisik pelan, "Kalian lanjut."Kemudian, dia segera menutup pintu. Setelah itu, dia diam-diam mengumpat, 'Apa yang telah kulakukan?'Benar-benar gila.Bagaimana kalau perbuatannya barusan akan merusak suasana hati mereka? Bukankah dia akan menyesal nantinya?Ternyata begitu melihat keduanya masuk ke kamar, ibunya Widia berencana untuk membantu putrinya. Jika tidak, putrinya itu pasti malu, apalagi Tobi sudah mabuk.Kemungkinan b
Widia merasa ada kalanya Tobi terlalu berlebihan. Kenapa dia mesti berpura-pura menjadi Raja Naga dari Sekte Naga? Apa dia tidak tahu Raja Naga itu keberadaan yang menakutkan dan hebat?"Pura-pura apanya?" tanya Tobi tidak mengerti.Widia memelototi Tobi dan berkata, "Masih pura-pura lagi. Kamu mengira kamu itu Raja Naga sungguhan? Kalau aku nggak mengelabui Kakek dan yang lainnya, mana mungkin mereka bisa menganggapmu sebagai Raja Naga?"Namun, Tobi memang pintar berpura-puraAwalnya, dia sempat khawatir akan terbongkar. Dia hendak mengingatkan Tobi untuk berpura-pura menjadi Raja Naga dari Sekte Naga.Tak disangka, Tobi justru bisa menutupi segalanya dengan rapi, seolah-olah dialah Raja Naga Sekte Naga yang sebenarnya.Jika Widia tidak mengetahui kebenaran itu, mungkin dia juga akan tertipu.Namun, ada bagusnya juga, apalagi sikap orang tua dan kakeknya langsung berubah drastis. Hanya saja, dia masih khawatir suatu hari nanti kebenaran ini pasti akan terungkap. Saat itu, mungkin situ
Tidak salah lagi. Saat itu, Tobi bilang dirinya adalah Raja NagaSaat memikirkan hal ini, jantung Widia berdebar.Meski Tobi bukan Raja Naga, dia masih bisa mengelabui Kakek dan orang tuanya. Dia bisa bilang Tobi menggunakan identitasnya sebagai Raja Naga dan membantu mereka dalam menyelesaikan masalah-masalah sebelumnya, 'kan?Termasuk kali ini juga, mengintimidasi Keluarga Capaldi.Lagi pula, sejak awal, Tobi sudah membual dan mengatakan dia bisa dengan mudah menangani Keluarga Capaldi. Bisa dikatakan, ini sepenuhnya sesuai dengan karakternya.Setelah memikirkan semua ini, Widia memberi tahu Kakek Muhar dan orang tuanya bahwa Tobi sebenarnya adalah Raja Naga dari Sekte Naga yang baru menjabat itu.Begitu mendengar penjelasan itu, Kakek Muhar dan yang lainnya tercengang, seakan-akan tidak percaya sama sekali. Namun, setelah Widia perlahan menjelaskan kebenarannya. Tak disangka, semuanya begitu cocok.Lagi pula, dari awal, Tobi-lah yang mengatasi semua masalah itu.Setelah mencerna sej
"Ada bagusnya juga. Bukankah mereka yang ingin menyatukan kita? Saat itu, mereka juga nggak bisa memaksa kita berpisah lagi.""Benar juga, sepertinya istriku sudah bertekad untuk bersamaku.""Siapa yang ingin bersamamu? Aku hanya, hanya ...."Sebelum Widia menyelesaikan kata-katanya, Tobi memeluknya lagi dan berkata, "Kamu hanya memikirkanku setiap hari, berharap aku bisa sukses dan membiarkan semua rintangan yang menghalangi kita musnah seluruhnya.""Sebenarnya kamu nggak perlu berjuang sekeras itu. Meski suamimu bukanlah Kaisar Langit, aku juga termasuk pemimpin di bumi.""Membual lagi."Kali ini, Widia tidak lagi melepaskan dirinya. Dia hanya bersandar dalam pelukan Tobi. Walau dia sedang beradu mulut dengan Tobi, tetapi hatinya tetap merasa bahagia.Dia yakin Tobi pasti akan memiliki pencapaian di masa depan.Meski Tobi tidak memiliki latar belakang, berdasarkan penampilannya akhir-akhir ini sudah cukup membuktikan keunggulan dan kekuatannya.Asalkan memberinya waktu, dia pasti aka
"Jangan khawatir, Bibi, aku pasti akan menjaganya. Aku hanya khawatir kamu akan berubah pikiran." Tobi teringat dengan apa yang dikatakan Widia tadi malam. Andai mereka tahu kebenarannya, entah reaksi seperti apa yang akan mereka berikan."Mana mungkin. Kamu lupa? Bukannya aku sudah bersumpah kemarin?""Benar juga. Sumpah seperti ini nggak bisa dianggap main-main. Bagaimana kalau menjadi kenyataan?" kata Tobi sambil tersenyum.Mendengar kata-kata itu, ibunya Widia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Namun, mungkin itu karena dirinya selalu bersikap kasar kepada Tobi sebelumnya, jadi wajar saja sekarang dia balas menyerangnya.Jadi, ibunya Widia hanya bisa menahan diri. Dia buru-buru menyuruh Tobi duduk untuk menikmati hidangan mewah.Tak lama kemudian, Widia juga keluar dari kamar.Melihat keluarganya yang begitu perhatian kepada Tobi, dia diam-diam menahan senyum pahit.Dia hanya berharap keluarganya tidak begitu cepat mengetahui identitas palsu Tobi.Setelah menyelesaikan sarapan, m