Tak lama kemudian, dia pun sudah sampai di depan pintu vila Keluarga Lianto.Setelah memarkir mobil, bahkan sebelum Tobi sempat keluar dari mobil, ibunya Widia telah menyambutnya dengan hangat. Ternyata ibunya Widia telah menunggunya sedari tadi.Dia sangat bersemangat saat mengetahui Tobi adalah Raja Naga. Meski dia tidak paham apa yang dilakukan Sekte Naga, setidaknya dia tahu Sekte Naga memiliki status yang hampir sama dengan keluarga kaya di Jatra.Walau masih tidak sebanding dengan empat keluarga teratas, tetapi dia merasa masih jauh lebih baik ketimbang Keluarga Capaldi."Tobi ...."Sebelum ibunya Widia menyelesaikan kata-katanya, Tobi mengangkat tangannya dan memberi isyarat agar dia berhenti berbicara. Dia pun mengangkat ponselnya yang berdering, "Jessi?""Jangan panggil aku begitu!"Suara Jessi terdengar dari seberang sana, apalagi nadanya begitu dingin. "Tobi, dulu aku sopan kepadamu karena kamu pernah menyelamatkan nyawaku. Tapi sejak aku menikah dengan Tuan Evan, kita sudah
"Tentu saja nggak!""Aku hanya menjelaskan saja." Ibunya Widia tiba-tiba menemukan sebuah ide dan memikirkan alasan yang bagus. Dia pun menambahkan, "Sebenarnya, aku bisa melakukan semua hal itu sebelumnya juga demi kebaikanmu.""Demi kebaikanku?" tanya Tobi yang tak kuasa menahan senyumnya."Benar. Aku menggunakan kata-kata kasar dan tindakan buruk untuk membangkitkan motivasimu. Agar kamu bisa makin kuat dan bisa memberikan masa depan yang lebih baik kepada Widia.""Tapi tak disangka, kamu adalah Raja Naga dari Sekte Naga. Sudah pasti kamu nggak membutuhkan hal-hal seperti itu, jadi sikapku sekarang tentu saja berbeda dari sebelumnya.""Oh, begitu rupanya. Terima kasih banyak, Bibi.""Sama-sama, tapi jangan panggil aku Bibi lagi. Kita semua satu keluarga. Panggil Ibu saja.""Aku rasa nggak perlu seperti itu!"Begitu menjatuhkan kata-kata itu, Tobi juga tidak peduli dengan ekspresi canggung di wajah ibunya Widia. Setelah keluar dari mobil, dia pun berjalan masuk.Ibunya Widia terhenya
Kakek Muhar sengaja menegur keluarganya sendiri. Setelah itu, barulah dia menunjukkan sikap seperti itu.Tobi tentu akan memberi muka kepada Kakek Muhar, apalagi sebelumnya beliau juga pernah memperlakukannya dengan baik. Dia berkata, "Kakek Muhar, kamu terlalu sungkan. Lagian masalah sudah berlalu, aku juga nggak memasukkannya dalam hati.""Baguslah. Asal kamu bisa berpikir begitu, aku sudah tenang.""Tak disangka, kamu punya wawasan yang begitu luas di usia semuda ini. Pantas saja kamu bisa mencapai kesuksesan seperti itu!""Ayo, kami khusus menyiapkan hidangan enak dan anggur berkualitas khusus untukmu. Anggaplah ini sebagai permintaan maaf resmi dari Keluarga Lianto."Kakek Muhar bergegas mempersilakan Tobi duduk.Widia dan Candra juga ada di sana. Keduanya langsung menyapa Tobi. Apalagi, Candra menyambutnya dengan begitu antusias.Akhirnya keluarganya mengetahui seberapa hebat kakak iparnya dan menerimanya sepenuhnya. Terlebih lagi, status dan kekuatan kakak ipar memang sangat men
Kata-kata itu seketika membuat pipi Widia merona.Melihat adegan yang begitu harmonis, Widia merasa sangat bahagia. Apalagi, saat kakeknya meletakkan tangannya di tangan Tobi, entah kenapa, dia mendadak merasa kikuk.Sekarang, dia malah digoda oleh ibunya lagi.Semuanya terlihat sangat senang, tetapi Candra berkata dengan nada canggung, "Kakek, Ayah, Ibu, kalian sekarang menganggap Kak Tobi hebat dan sangat kuat. Kalian terus-menerus menyanjungnya.""Tapi, kalau ke depannya ada tuan muda yang lebih hebat muncul, kalian nggak boleh mengusir Kak Tobi lagi.""Dasar bajingan! Omong kosong apa yang kamu bicarakan?"Kakek Muhar tampak marah dan ingin menampar Candra, terutama saat melihat tatapan Tobi. Beliau buru-buru berkata, "Lantaran aku sudah mengakui Tobi sebagai cucu menantuku, aku nggak akan berubah pikiran lagi.""Jangankan orang biasa, sekalipun tuan muda dari Keluarga Yudistira di Jatra datang, kami juga nggak akan merusak kebahagiaan Widia dan Tobi.""Benar, bocah nakal sepertimu
"Benar. Tobi, jangan merendah lagi. Kudengar, nggak ada seorang pun di Kota Tawuna yang nggak takut kepadamu. Bahkan keluarga terkaya, Keluarga Yusnuwa, Keluarga Sunaldi dari empat keluarga besar, semuanya takut kepadamu," ucap ibunya Widia dengan antusias.Dia sangat bersemangat ketika memikirkan hal ini.Kali ini, dia telah menjadi orang yang berkuasa dan bisa berlagak di Kota Tawuna sesuka hatinya.Saat dia keluar nanti, siapa lagi yang berani memandang rendah dirinya? Dia mau semuanya hormat kepadanya dan menyanjungnya.Memikirkan hal ini, ibunya Widia tak kuasa menahan senyumnya."Oh ya, Tobi, kamu hebat sekali, tapi aku penasaran. Sebagai Raja Naga dari Sekte Naga, apa status dan kekuatanmu bisa dibandingkan dengan tuan muda dari empat keluarga hebat di Jatra?" tanya Herman ingin tahu.Menurut penilaian mereka, Tobi memang kuat, tetapi dibandingkan dengan empat keluarga hebat di Jatra, dia mungkin masih kalah jauh.Bagaimanapun juga, empat keluarga besar itu termasuk keberadaan p
"Hah ....""Kamar yang mana?" Widia juga tidak tahu ruangan mana yang disiapkan oleh keluarganya."Kamar yang mana lagi? Tentu saja, di kamarmu.""Kalian sudah menikah begitu lama, kalau nggak tidur di kamar yang sama, apa kalian mau tidur terpisah? Bukankah itu aneh sekali?" ucap ibunya Widia.Padahal sebelumnya mereka juga tidak tidur sekamar, tetapi juga tidak ada yang menganggap mereka aneh.Entah karena pengaruh mabuk atau tidak, tak disangka, Kakek Muhar juga mendukung mereka berdua tidur bersama. "Widia, bukankah selama ini kamu ingin bersama Tobi? Sekarang, kami semua sudah merestuimu, apa kamu nggak mau bersamanya lagi?""Bukan begitu!""Aku hanya takut, setelah aku membawanya masuk, kelak kalian akan memarahiku," kata Widia tak berdaya."Mengapa kami memarahimu? Kami malah berharap bisa menggendong cucu secepat mungkin," goda ibunya Widia.Kakek Muhar mungkin mabuk, tetapi dia juga sangat menantikan hal ini. Dia sudah tidak sabar ingin menggendong cicitnya.Widia hanya bisa m
Tubuh Widia makin lemas, bahkan bajunya sudah berantakan. Dia benar-benar tenggelam di dalam permainan itu, menikmati sensasi unik yang belum dia rasakan sebelumnya.Meski Tobi tidak mabuk, alkohol jelas telah meningkatkan nafsunya. Dia makin bersemangat, tidak terkendali, dan melakukan semua yang dia inginkan.Namun, di saat itu, pintu kamar tiba-tiba terbuka. Terdengar suara ibunya Widia yang memanggilnya, "Widia!"Setelah selesai memanggilnya, ibunya Widia langsung tercengang. Bukankah Tobi sudah mabuk? Mereka sudah melakukannya begitu cepat? Dia buru-buru berbisik pelan, "Kalian lanjut."Kemudian, dia segera menutup pintu. Setelah itu, dia diam-diam mengumpat, 'Apa yang telah kulakukan?'Benar-benar gila.Bagaimana kalau perbuatannya barusan akan merusak suasana hati mereka? Bukankah dia akan menyesal nantinya?Ternyata begitu melihat keduanya masuk ke kamar, ibunya Widia berencana untuk membantu putrinya. Jika tidak, putrinya itu pasti malu, apalagi Tobi sudah mabuk.Kemungkinan b
Widia merasa ada kalanya Tobi terlalu berlebihan. Kenapa dia mesti berpura-pura menjadi Raja Naga dari Sekte Naga? Apa dia tidak tahu Raja Naga itu keberadaan yang menakutkan dan hebat?"Pura-pura apanya?" tanya Tobi tidak mengerti.Widia memelototi Tobi dan berkata, "Masih pura-pura lagi. Kamu mengira kamu itu Raja Naga sungguhan? Kalau aku nggak mengelabui Kakek dan yang lainnya, mana mungkin mereka bisa menganggapmu sebagai Raja Naga?"Namun, Tobi memang pintar berpura-puraAwalnya, dia sempat khawatir akan terbongkar. Dia hendak mengingatkan Tobi untuk berpura-pura menjadi Raja Naga dari Sekte Naga.Tak disangka, Tobi justru bisa menutupi segalanya dengan rapi, seolah-olah dialah Raja Naga Sekte Naga yang sebenarnya.Jika Widia tidak mengetahui kebenaran itu, mungkin dia juga akan tertipu.Namun, ada bagusnya juga, apalagi sikap orang tua dan kakeknya langsung berubah drastis. Hanya saja, dia masih khawatir suatu hari nanti kebenaran ini pasti akan terungkap. Saat itu, mungkin situ