Share

Pesan Berisi Teror

"Kamu tau jawabannya, Al. Jangan meragukan kesungguhan hati aku." Arkana tersenyum. "Kita balik, ya. Aku antar kamu, ke mana pun itu." 

Ketika akhirnya Arkana meninggalkan aku sendiri di hotel, kalimatnya masih saja menggema di kepala. Mumet.

Aku mengaktifkan ponsel. Pesan masuk beruntun, panggilan tak terjawab, semua dari Bram. 

[Kamu di mana, Baby? Pulang, please. Maafin aku.]

[Jangan pergi lagi, Sayang. Aku gak bisa tanpa kamu.]

[Aku salah. Aku terlalu cemburu. Aku percaya kamu seutuhnya. Pulang, ya. Aku siap dihukum sama kamu.]

[Baby, maaf.]

[Babe, kangen.]

Beragam pesan masuk lainnya. Aku scroll sampai ke bawah. Satu pengirim pesan menarik perhatianku. Tanpa nama dan aku pun tak mengenal kontaknya. 

Ketika aku membuka pesan masuk itu, hati seperti sedang dicabik-cabik. Foto candid Bram bersama Nadhira, candle light dinner. Mereka berdua tampak mesra dan tersenyum bahagia.

Aneka foto c

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status