"Mau kemana kalian pagi pagi begini?"
"Mati aku," batin Rayyan.Rayyan menoleh ke belakang. "Hehehe, itu Pi, mengajak Mami jogging," bohong Rayyan.Ryu menelisik pakaian istrinya dan juga Rayyan."Mami pergi jogging dengan baju satin begini?" omel Ryu."Mami ganti baju dulu," ujar Leona kemudian langsung berlari ke dalam kamar.Ryu memandang Rayyan dengan tatapan curiga. "Kamu, nggak ada niat bawa kabur Mami kan?" tuduhnya."Hehehe, nggak lah Pi, masa aku menculik Mami," elak Rayyan."Kalau begitu, Papi dan Raina ikut jogging, kamu tunggu disini. Papi mau ganti baju dulu," titah Ryu."Ya Tuhan, itu singa tua kenapa juga ikutan segala, gimana caranya gua pergi kalau begini?" kesal Rayyan.Ryu dan juga Raina telah selesai berganti pakaian."Ayo kita berangkat," ajak Ryu.Rayyan memandang sang Mami seolah meminta pertolongan sementara Leona hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu apa yang harus dia lakukan.Akhirnya, mereka berempat"Kamu mau melakukan apapun?" ulang Leona dengan senyum liciknya."Apapun Tante," jawab Nayumi."Oke aku akan membujuk Revan," ujar Leona kemudian pergi meninggalkan gadis itu."Mama sudah melihatnya?" tanya Revan begitu sang Mami keluar dari kamar Nayumi."Sudah," jawab Leona datar."Lalu, hukuman apa yang cocok untuknya?" tanya Revan."Lebih baik kau jadikan istri saja dia, kamu ambil rumah sakit milik Ayahnya, lalu jadikan dia pembantu di rumahmu," jawab Leona.Mata Revan seketika itu membola. "Apa Mama sudah gila? Aku tidak sudi memiliki istri seperti dia," amuknya."Jangan kau jadikan dia istri beneran Revan, jadikan saja dia pembantumu, dengan begitu, dia akan menderita bukan, lalu disaat dia putus asa barulah kau ceraikan dia setelah itu terserah kamu," usul Leona.Revan tersenyum menyeringai, sepertinya, itu sedikit menyenangkan. "Baiklah, aku akan memanggil pengacara untuk mengambil alih rumah sakit itu," ujarnya.Leona tersenyum tipis
"Ya Tuhan, lindungi aku," pinta Leona dalam hati.Tak lama, pintu diketuk dari luar. Nayumi melirik ke arah Rehan, jantungnya sudah bertalutan. Dia sudah berpikiran Revan menyuruh dokter datang kemudian mengambil hatinya."Bukakan pintu," titah Revan.Nayumi kemudian membuka pintu kamarnya. Matanya membola saat melihat seorang wanita cantik dengan pakaian kekurangan bahan."Jangan bilang kamu memanggil pelacur dan melakukannya di hadapanku," amuk Nayumi."Kenapa? Mau protes? Atau kamu ingin hati Mama kamu menjadi santapan Rocky disana," kata Revan penuh amarah."Dan satu lagi, dia bukan pelacur. Tutup saja mata dan telinga kamu," kecam Revan."Kemarilah sayang," titah Revan pada wanita tidak tahu diri itu.Wanita itu pun berjalan dengan melenggak lenggokkan bokongnya kemudian duduk di pangkuan Revan."Kunci pintunya," titah Revan pada Nayumi."Apa kamu tidak memberi tahu padanya statusku sayang?" tanya wanita itu pada Revan."Dia tidak per
"Apa kamu mau menjadi istri keduaku?" ulang Revan."Jadi, kamu sudah menikah?" Maria malah balik bertanya.Revan hanya diam. Lelaki itu pun kembali meneruskan pekerjaannya. Dia sudah tidak berminat lagi pada Maria. Biarlah dia akan mencari wanita lain untuk membuat batin Nayumi tersiksa.Melihat Revan yang hanya diam membuat Maria langsung mendekatinya. Maria tidak ingin kehilangan kesempatan, tak masalah meski jadi istri kedua, ketiga, atau keempat sekalipun. Yang penting dia bisa memiliki Revan."Saya mau Dok," ujar Maria lantang.Revan tersenyum tipis. Dia lalu mengeluarkan sebuah kertas berisi perjanjian kontrak pernikahan antara di dan juga Maria."Baca, kemudian tanda tangani," titah Revan.Maria pun menandatangani surat itu dengan semangat. Dia tidak peduli apa isinya. Yang penting dia bisa memiliki Revan."Tidak kau baca terlebih dahulu?" tanya Rehan."Tidak perlu Dok, bagi saya bisa menjadi istri Dokter adalah anugerah terbesar dalam hidu
"Apa aku harus menggodanya supaya dia mau tidur denganku seperti kata Maria?" batin Nayumi.Revan memegang dahi Maria, masih sedikit hangat. "Panasnya sudah turun," gumamnya.Lelaki itu pun keluar. "Nayumi, ambilkan Maria makan, aku harus kembali ke rumah sakit," teriaknya."Iya Tuan, nanti akan saya bawakan ke kamar," sahut Nayumi.Wanita itu pun ikut keluar bersama sang suami. Saat Revan hendak memasuki mobilnya, Nayumi mengambil tangannya kemudian menciumnya.Deg deg degJantung Revan berdetak kencang, seolah darahnya mengalir deras dari ujung kepala hingga ujung kaki."Hati hati Kak," teriak Nayumi saat Revan melajukan mobilnya.Di perjalanan, Revan selalu memegangi dadanya. "Kenapa aku jadi deg degan saat dia mencium tanganku tadi," gumamnya.Lelaki tampan itu pun tersipu malu sepanjang perjalanan.Di rumah, Nayumi akhirnya menyuruh Bibi untuk menyuapi Maria, meski dia tidak menyukainya, bukan berarti Nayumi harus berbuat jahat padanya.
Maria segera kembali ke kamarnya, mendengar suara mereka saja membuat hatinya terasa teriris. Lalu apa kabar dengan Nayumi yang bahkan hampir setiap hari mendengar suara dia bercinta dengan Revan."Kenapa aku tidak bisa memejamkan mata? Kenapa malah suara mereka terus terngiang ngiang di telingaku?" gumam Maria dengan deraian air mata.Esoknya, Maria masih terbaring di ranjang, kondisinya yang masih belum sehat ditambah menangis semalaman membuat keadaannya semakin bertambah buruk."Kenapa panasnya naik lagi? Padahal semalam sudah turun," gumam Revan saat memegang dahi sang istri."Nayumi, aku pergi dulu, nanti siang kalau suhu tubuh Maria masih panas kamu hubungi aku, nanti akan aku suruh sopir membawanya ke rumah sakit," ujar Revan."Baik Kak," sahut Nayumi.Panggilan Nayumi sudah mulai berubah, sejak tadi pagi, Revan melarangnya memanggilnya Tuan."Jangan lupa, nanti siang kirim makanan ke rumah sakit," titah Revan.Nayumi hanya mengangguk. Wanita
"Revaaaan, Nayumi cintaa sama kamuu," teriak Nayumi saat sang suami berlalu meninggalkannya.Revan menghentikan langkahnya. Dia kemudian berbalik dan berlari menghampiri sang istri. "Coba ulangi …""I Love You," bisik Nayumi di telinga sang suami.Revan memeluk tubuh Nayumi sejenak. Lelaki itu kemudian menatap wajah sang istri. "I Love You More," ucapnya.****Seorang gadis cantik tengah duduk di kursi penjara. Dia sudah mencari tahu tentang lelaki yang akan dia temui. Dia adalah dokter senior yang sangat pandai. Namun sayang, dia tersandung masalah hukum. Dan dia di sini, untuk membelanya."Siapa kamu?" tanya Rehan saat melihat gadis asing di hadapannya."Perkenalkan Dok, nama saya Raina. Saya yang akan membantu Anda memenangkan kasus ini di pengadilan. Sebelumnya, saya ingin Anda bercerita yang sejujurnya tentang kasus ini.Rehan memandang wajah Raina. Cantik, itulah kata yang bisa dia simpulkan saat ini. Bulu matanya yang lentik, bibirnya yang seksi dan body-nya yang seperti model A
Hari hari Rehan kini menjadi lebih berwarna, pasalnya Raina selalu mengunjunginya setiap pagi dan sarapan bersama seperti pagi ini."Raina, bagaimana perkembangan kasusku? Apakah kamu sudah mendapat bukti yang cukup untuk memenangkan kasus ini?" tanya Rehan mengawali pembicaraan mereka.Raina kemudian membuka tasnya dia lalu mengambil dokumen yang akan dia tunjukkan pada Rehan."Dokter bisa membacanya, kalau menurut Dokter masih ada bukti yang lain, Dokter bisa bilang padaku," ujar Raina.Rehan pun mulai membuka map biru itu. Wajahnya yang serius menambah kesan seksi lelaki itu. Raina menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran liar yang ada di otaknya."Ini sudah cukup. Kamu memang pintar Raina. Terima kasih banyak ya," ujar Rehan.Raina hanya tersenyum saja menanggapinya membuat laki laki matang yang dihadapannya itu gemas ingin sekali mencium bibir seksinya."Kapan sidang pertamanya?" tanya Rehan."Mungkin bulan depan," jawab Raina."Kalau kamu butuh bantuan, kamu bisa minta tolon
"Kenapa aku tidak bisa tidur?" gumam Raina sambil memegangi bibirnya.Terlintas kembali ciuman panas yang mereka lakukan kala itu. Raina pun tersenyum-senyum sendiri. Raina memutuskan untuk tidak menemui Rehan terlebih dahulu. Dia ingin membuat lelaki itu gusar sendiri."Kamu sudah siap?" tanya Rehan saat mereka bertemu di persidangan.Ini adalah pertemuan yang pertama sejak hari itu. Raina tidak pernah lagi mendatanginya karena kebodohan Rehan yang dengan lancang menciumnya.Raina pun mengangguk. Wanita cantik itu pun mulai melakukan pembelaan disertai bukti-bukti yang cukup saat hakim menunjuknya untuk bicara. Apalagi, Rehan juga melakukan semuanya sesuai dengan prosedur kesehatan.Setelah beberapa kali sidang, Rehan akhirnya dibebaskan karena memang tidak terbukti bersalah. Rehan segera memeluk tubuh mungil pengacaranya saat ketuk palu hakim terdengar."Terima kasih Raina, terima kasih. Berkat kamu, saya bisa bebas," ujar Rehan penuh haru."Sama-sama Dokter. Sudah menjadi tugas saya