Share

30. Keakraban

Berlin dan Devan duduk dengan canggung berdua di dalam ruangan Devan tanpa mengeluarkan suara sedikitpun. Vernon sudah pergi menghilang entah kemana, meninggalkan kedua orang itu agar bisa saling berbincang dengan leluasa tanpa gangguan.

“Maaf!” ucap Devan tiba-tiba memecah keheningan.

“Kau berharap aku akan mengucapkan hal itu?” sinis Devan.

“Kau masih ingin menertawaiku?” sambungnya lagi.

“Aku tidak berpikir sejauh itu. Kenapa kau terus menuduh yang tidak-tidak sejak tadi?” sungut Berlin.

Devan menatap nanar ke arah Berlin dengan wajah muram. “Apa aku terlihat payah? Kau  pasti menganggapku gila, kan?” tanya Devan dengan senyum kecut.

“Aku tidak beranggapan begitu. Tuan memang sakit, kan? Aku bisa memahaminya, tidak perlu malu dan merasa kecil hati.”

“Semua orang memperlakukanku seperti pasien rumah sakit jiwa,” ungkap Devan dengan ekspresi murung.

“Tuan hanya sakit. Tidak perlu berpikir berlebihan,” hibur Ber
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status