Share

38. Berlin kecil

"Kau kenapa?" tanya Devan begitu melihat wajah Berlin yang terlihat pucat selama perjalanan menuju bandara.

"Hm? Tidak apa-apa," jawab Berlin lirih.

"Kau sakit? Tidak enak badan? Ada luka yang terbuka lagi?" cecar Devan sembari meraba-raba perban luka di tubuh Berlin.

"Tidak ada. Aku baik-baik saja," tukas Berlin.

"Baik-baik saja apanya? Bibirmu pucat," cetus Devan.

"Aku ... seperti ingin mun—"

Belum sempat Berlin menuntaskan kalimatnya, gadis itu tiba-tiba memuntahkan isi perutnya tepat di celana Devan.

Pria itu benar-benar terkejut saat melihat kakinya yang sudah kotor karena muntahan Berlin.

"BERHENTI!" pekik Devan pada supir yang mengemudikan mobilnya.

"M-maaf, Tuan. Aku ... aku takut naik pesawat," rengek Berlin pada Devan.

"Apa kau bilang?" tanya Devan dengan dahi berkerut.

"Aku sangat gugup sampai aku tidak tahan ingin memuntahkan isi perutku. Maafkan aku. Aku akan bersihkan," ujar Berlin dengan air mata berlinang.

"Jangan sentuh! Bersihkan dirimu di toilet sana! Cari toilet um
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status