Share

15. Rahasia Diana

Aku masuk ke rumah pasca kepergian Ibu. Kutarik koper yang tergeletak begitu saja di depan pintu, terlihat pintu kamar pun masih tertutup rapat.

Aku mendengus kesal karena merasa diabaikan oleh Dista. Ah, andai Bella yang jadi istriku, pasti saat ini ia sudah menyambutku dengan tingkah manisnya.

"Itaa! Buka pintunya! Aku mau masuk," teriakku seraya mengetuk pintu kamar kami.

Tak berapa lama pintu pun terbuka. Terlihat mata Dista sembab seperti habis menangis.

Dasar cengeng! Baru ribut dengan Ibu begitu saja sudah nangis.

"Kamu udah masak? Aku lapar!" Tanyaku dengan ketus karena Dista sama sekali tak ada inisiatif menawarkan makan padaku, membuat aku makin kesal saja.

"Sudah."

Astaga ... Datar sekali ia menjawab pertanyaanku. Tak ada niatannya sama sekali menyiapkan makanku. Benar-benar Dista ini makin hari makin banyak minusnya.

Kuletakkan koper di sudut kamar dengan kasar. Lalu bergegas berganti baju.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status