Share

Bab 5 : Peradaban Maju

Ketika menggeser layar ponsel pintar, tak sengaja Li Jing menemukan gosip yang beredar di Youtube, tentang rencana pertunangan Ying Fei dan Han. Dari video yang beredar, tampak keduanya malu-malu untuk mengakui adanya hubungan serius. Ying Fei selalu membantah, tetapi dari sorot matanya terlihat seolah-olah memang sangat menyukai Han yang berada di samping kanan. Han pun demikian, meski tak membenarkan berita tersebut, dia selalu memperhatikan Ying Fei. 

Menyaksikan itu, Li Jing menjadi sangat kesal sehingga meletakan ponsel pintar di meja. Dia segera berdiri dari sofa dan melangkah pergi menuju ke kamar, lalu berpapasan dengan Larasati yang membawa teh panas serta sepotong kue di kedua tangan. Tak sengaja Larasati menabrak pria tersebut dan menumpahkan kue ke kemeja putih yang dia kenakan.

Tatapan dingin Li Jing membuat Larasati menarik napas dalam-dalam. Meski kesal  bidadari itu masih bersikap ramah. 

"Kau tak apa?" tanyanya seraya bergerak akan mengelap baju Li Jing. Tak disangka, Li Jing justru menolak dengan menghempaskan tangan Larasati sebelum sempat menyentuhnya. 

"Lain kali pakai matamu saat kau jalan!" Setelah memberi peringatan lantas Li Jing melanjutkan langkah dan menaiki anak tangga. 

Larasati terkejut bukan main, tak tahu mengapa sang aktor menjadi emosi tingkat dewa. Bahkan bidadari tersebut sampai berbalik, matanya bergerak mengikuti ke mana pria bercelana jogger abu-abu tersebut pergi. 

Setelah memperhatikan Li Jing beberapa saat, bidadari itu pun membereskan kue dan tumpahan teh di lantai. 

"Kenapa dia? Membosankan sekali!" umpatnya. 

Seorang pelayan yang melihat datang menghampiri. "Biar saya saja, Nona."

"Terima kasih, Bi," ucap Larasati. Dia membiarkan si pelayan membantu.

"Saya dengar, tadi Tuan memaki Nona," ungkap pelayan sembari memungut pecahan gelas dengan hati-hati. 

Larasati tersenyum menyikapi. "Tidak apa, Bi. Mungkin aku memang kurang berhati-hati."

"Ketika saya memperhatikan Nona Larasati pertama kali, sepertinya ... Nona berasal dari tempat yang jauh?" tebak pelayan yang berdiri membawa pecahan gelas. Larasati menepuk-nepuk kedua telapak tangan untuk menghilangkan sisa kue yang menempel. 

"Aku hanya lupa di mana tinggalku. Semenjak kecelakaan tidak banyak yang bisa aku ingat." Bidadari tersebut beralasan, dia memasang wajah sedih untuk meyakinkan. 

"Apa Nona juga tidak memiliki KTP?" tanya pelayan tua bertubuh gemuk tersebut. 

Larasati meninggikan sebelah alis. "KTP?" 

"Kartu kecil yang berisikan semua informasi tentang Nona, biasanya akan ada foto Nona di bagian atas kartu?" Pelayan menjelaskan. 

Larasati tak mengerti. "Sepertinya aku kehilangan benda tersebut." 

"Baiklah, tak apa. Tapi Nona harus berhati-hati jika keluar dari rumah. Para polisi adat bisa saja menangkap dan membawa Nona ke banjar jika mereka tau Anda tidak memiliki identitas. Yang jadi masalah saat ini Nona lupa ingatan," kata pelayan.

Larasati tersenyum mendengarnya. "Tak perlu khawatir, aku bisa menjaga diri, Bi" 

"Saya percaya Nona." Pelayan tak menaruh curiga. 

"Oh, iya, hari ini saya memasak bebek betutu. Mau mencicipi? Masih ada sisa dua porsi di dapur?" tanya pelayan. 

"Tentu saja, sepertinya ini makanan enak," jawab Larasati yang tak menolak. 

"Mari." Pelayan mempersilakan. Keduanya pun segera melangkah menuju ke dapur. 

***

Setelah selesai mencicipi masakan yang di tawarkan pelayan, Larasati menuju ruang televisi. Karena jenuh, dia mengambil sebuah majalah dari meja, lalu membacanya dengan posisi masih berdiri. Hingga tak lama kemudian terdengar derap langkah kaki menuruni anak tangga. Ketika Larasati menoleh, Li Jing yang telah berpakaian rapi melangkah cepat keluar dari rumah. 

Perhatian Larasati teralihkan, dia segera menaruh majalah kembali ke meja dan mengikuti di belakang. Namun, Li Jing telah memasuki mobil yang kemudian melaju cepat keluar dari halaman. 

Masih tak putus asa, Larasati berlari mengejar hingga mobil Li Jing menghilang di kejauhan.

Asing dengan perkotaan membuat bidadari bergaun putih selutut itu menghentikan langkah seraya berputar dan mengedarkan pandangan. Lampu-lampu menerangi setiap bangunan besar yang menjulang tinggi, sedang dia sendiri tengah berdiri di antara kendaraan sedang berlalu lalang.

Setelah 900 tahun, Larasati baru menyadari bahwa dunia telah berubah menjadi peradaban yang maju memenuhi ramalan sang ayah Sri Aji Jayabhaya. 

Klakson-klakson dan umpatan benci, segera menyadarkan Larasati dari keterpakuan. Dia kembali berlari seraya berubah wujud menjadi seekor burung pipit putih yang terbang cepat mengejar mobil Li Jing. 

***

Li Jing memarkir mobil di halaman sebuah gedung, turun ke karpet merah dan memasuki acara penghargaan Asian Film Awards yang diselenggarakan khusus untuk para aktor kelas ternama. Jepretan dari para wartawan menghampiri pria tersebut. Dia segera bergabung bersama para tamu lain. 

Larasati yang berwujudkan burung pipit, turun seraya menjelma menjadi sesosok bidadari cantik. Dia mengenakan pakaian khas abadinya, gaun berwarna gading bermotif batik emas yang begitu mewah. Dengan anggunnya bidadari itu melangkah menuju karpet merah, tetapi dua orang pengawas tamu tiba-tiba menghentikan dia. 

"Maaf, Nona tidak diizinkan masuk," ucap yang bertubuh dempak, sementara yang agak kurus dan berkulit putih hanya kompak mengadang. 

Larasati tersenyum sinis, lalu mengibaskan sebelah tangannya disertai kilauan matra pelemah jiwa. Seketika kedua pengawas terpengaruh hingga terlihat seperti sedang mabuk. Tak lama kemudian mereka segera menyingkir untuk memberi jalan. 

"Silakan, Nona." 

Ketika Larasati memijakkan kaki ke sepanjang karpet merah, semua mata segera tertuju padanya. Mereka tercedak kagum melihat sosoknya yang teramat cantik menawan. Pesona Larasati memang begitu indah, membuat siapa pun tak akan berhenti memujinya, memujanya yang sangat sempurna. 

"Wah!" 

"Siapa dia?" 

"Cantik sekali!" 

"Artis barukah?" 

Para wartawan tak melewatkan kesempatan, mereka mengabadikan momen tersebut dalam lensa kamera. 

Sementara itu, di dalam gedung, Li Jing menatap ke arah Ying Fei dan Han. Keduanya sedang menerima wawancara atas hubungan mereka yang menjadi trending topik beberapa pekan terakhir. Tentu saja media masih tak puas, sebab belum mendapat jawaban pasti apakah sang idola sudah berpacaran atau masih berteman.

"Tidak ... tidak. Aku dan dia hanya berteman, kami memang tak memiliki hubungan apa pun," ungkap Ying Fei sembari malu-malu mengangkat kedua tangannya, lalu dia menoleh Han di samping kiri. 

"Kalian terlalu berlebihan, dan seolah mendukung jika kami berdua memang berpacaran." Han mengimbangi. 

"Ah, rupanya masih juga tak mau mengakui. Tapi baiklah para penggemar akan menunggu kelanjutan dari hubungan kalian. Semoga kalian memang benar-benar memiliki kedekatan seperti yang diharapkan." Wartawan menoleh Han bergantian dengan Ying Fei. 

Tidak jauh dari mereka, Larasati yang telah bergabung dalam pesta, mencari Li Jing dan menemukan pria berblazer hitam tersebut di antara para aktor lain. Melihat Li Jing  terus memperhatikan Ying Fei, Larasati segera mengerti apa yang terjadi. Dia tersenyum angkuh saat mengalihkan pandangan pada Ying Fei dan Han, tanpa ragu mengangkat sebelah tangan kemudian memetik jemari. Semua mata tertuju padanya, mereka terdiam untuk sejenak. 

Akan tetapi, tak disangka, lampu-lampu di dalam gedung tiba-tiba meledak secara bersamaan. Para tamu sontak histeris, mereka panik mencari perlindungan. Termasuk Ying Fei yang memundurkan diri dan mendekat pada Han di belakang. Sentuhan kedua tangan Han di pundak Ying Fei berusaha menenangkan, meski pandangan pria tersebut terus tertuju pada Larasati. 

Di waktu yang sama, Li Jing juga menoleh, bahkan sampai-sampai mendelik menyaksikan apa yang dilakukan Larasati. Dengan langkah terburu-buru dia menghampiri, lalu menyambar tangan bidadari itu. 

"Kau!" serunya seraya memicingkan mata. Sebelum beralih kepada semua orang yang sedang memperhatikannya bersama Larasati, termasuk Ying Fei dan Han. 

Menyadari kehadiran Larasati menimbulkan banyak masalah, Li Jing segera mengamankan sang Bidadari. 

"Pergi," ajak Li Jing seraya menggeret Larasati untuk berlari cepat ke luar dari gedung.

Para tamu bergerak mengejar termasuk juga beberapa wartawan, sehingga Li Jing dan Larasati harus sesekali menoleh ke belakang. 

Setelah tiba di halaman, Li Jing segera membuka pintu dan memasukkan Larasati ke dalam mobil, disusul dirinya kemudian dari sisi kanan yang duduk di kursi kemudi. Mobil pun melesat jauh.

***

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status