Tepat saat dirinya mengajukan pertanyaan itu, ingatan samar soal kejadian semalam datang dan membanjiri pikiran Jolie.
Di bar hotel, Jolie ingat dirinya kalah dalam permainan truth or dare dengan teman-temannya. Karena itu, dia pun diwajibkan memilih seorang pria tertampan di tempat tersebut untuk dicium.
Berada di bawah kendali alkohol, keberanian Jolie meningkat berkali-kali lipat. Dia pun langsung memandang seisi bar dan berakhir menemukan seorang pria tampan yang duduk sendirian.
Jolie tidak yakin percakapan apa yang terjadi, tapi dia ingat jelas bagaimana dirinya sedikit berdebat dengan pria tersebut dan malah berakhir menarik kerah sang pria untuk kemudian menciumnya!
Saat Jolie berniat menjauhkan diri, pria tersebut malah melingkarkan tangan di pinggangnya dan berkata, “Jolie, kau yang memulai semua ini ….”
Setelah itu, mereka pergi meninggalkan bar, memesan kamar, dan ….
AAARGH!
Jolie ingin menggila!
Bagaimana dia bisa berujung menghabiskan malam pertama bersama teman baik kakaknya sendiri?!
Dengan ekspresi pahit dan frustrasi, Jolie menatap ke arah Revan dengan wajah marah.
‘Revan Lazuardi Ararya! Bisa-bisanya dia mengambil kesempatan ketika aku tidak dalam keadaan sadar!’ maki Jolie dalam hati seraya mengangkat tangan, berniat ingin memukul pria yang masih tertidur pulas itu.
Namun, tangan Jolie membeku di udara. Nurani tidak mengizinkannya, terutama karena sebenarnya ini juga salah Jolie yang tidak hati-hati!
Dia yang mabuk dan menghampiri Revan, bahkan tampak sedikit memaksa pria itu untuk meladeninya. Demikian, bagaimana bisa Jolie membebankan semua kesalahan di pundak Revan?
Bingung harus apa, Jolie pun terdiam dan berpikir.
‘Dibandingkan membangunkan Kak Revan untuk meminta pertanggungjawaban, bukankah lebih baik aku menyembunyikan masalah ini agar tidak diketahui siapa pun?’ batin Jolie. ‘Dengan begitu, Papa dan Mama tidak akan kecewa, dan Kak Filbert juga tidak akan memakiku habis-habisan ...’
Usai berpikir demikian, Jolie pun mengambil satu keputusan.
‘Ya! Sebaiknya, aku segera pergi!’
Cepat-cepat, Jolie meraih pakaiannya yang berserakan di lantai, mengenakannya, lalu pergi meninggalkan ruangan setelah memastikan tidak ada barangnya yang tertinggal.
Tak perlu waktu lama, Jolie pun sampai di rumah. Kebetulan, orang tua Jolie sedang pergi bersama dengan kakak laki-lakinya untuk mengurus perihal bisnis keluarga mereka di kota sebelah. Demikian, selain para pelayan—yang tentunya tidak akan berani bertanya—tidak ada yang benar-benar tahu alasan Jolie tidak pulang tadi malam!
Masuk ke dalam kamar dan merebahkan dirinya di atas ranjang, Jolie yang sempat tegang akhirnya menghembuskan napas lega dan berujar, ‘Aman ... semua pasti aman. Aku cukup melupakan yang terjadi malam kemarin dan semuanya akan baik-baik saja ....’
Sayang, satu minggu kemudian, saat anggota keluarganya kembali, Jolie dikejutkan dengan satu kabar.
“Kakak mau mengadakan pesta ulang tahun malam ini!? Kenapa aku baru tahu sekarang?!” pekik Jolie dengan mata membesar. Kepanikan menyelimuti hatinya saat sang kakak menginfokan perihal rencananya mengadakan pesta malam hari itu dan memerlukan bantuan Jolie.
Filbert Kailash Manara, kakak laki-laki tertua Jolie, menatap sang adik dengan aneh. “Ya, makanya ‘kan Kakak kasih tahu kamu sekarang, Jolie,” balasnya. “Pertanyaan kamu kok aneh sih?”
Sadar dia terlalu berlebihan, Jolie menelan ludah dan berusaha menahan kegugupannya. “Ya, siapa tahu ‘kan aku sibuk dan nggak bisa ikut bantu ....”
“Memang kamu sibuk?”
“Nggak ....”
“Ya, apa masalahnya!?” Filbert memutar bola matanya akibat sikap sang adik.
Sembari menggigit bibirnya, Jolie bertanya lagi, “Kakak ... undang siapa saja nanti malam?”
“Geng SMA,” jawab Filbert cuek selagi menonton berita siang itu. “Sama ada teman-teman bisnis juga.”
Mata Jolie seketika membesar. “Geng SMA?” ulangnya, langsung tampak gugup. “Berarti … Kak Revan ada?” Dia ingat kalau Revan satu geng dengan kakaknya semasa SMA.
Sontak, Filbert menatap Jolie curiga. “Kenapa mencari Revan?” Perlahan, senyuman terhibur terlukis di bibirnya. “Kamu ... masih naksir, ya?!”
Mendengar ucapan sang kakak, mata Jolie membesar. “Nggak!” bantahnya. “Sembarangan!”
Memang, dulu Jolie punya histori pernah menyukai Revan. Pria itu bisa dikatakan sebagai cinta pertama Jolie. Akan tetapi, itu sudah lama, dan semua sudah berubah!
Sekarang, pria itu adalah pria yang paling Jolie benci, terutama setelah apa yang terjadi di antara mereka di malam yang lalu!
Terkekeh puas melihat reaksi adiknya, Filbert pun menjawab, “Nggak ada Revan. Dia ‘kan kerja di luar negeri.”
Mendengar jawaban Filbert, Jolie agak bingung. ‘Kakak nggak tahu Kak Revan sudah kembali dari Capitol?’
Menepis pertanyaan tersebut, Jolie berakhir mengangkat dua bahunya dengan acuh tak acuh.
Apa pedulinya Filbert tahu atau tidak tentang kembalinya sosok Revan? Malah, lebih bagus kalau kakaknya itu tidak tahu! Dengan begitu, Revan tidak akan diundang maupun menghadiri pesta ulang tahun sang kakak!
Kondisi seratus persen aman!
Atau paling tidak ... itu yang Jolie kira.
Karena di malam itu, Jolie hanya bisa mematung saat pria berwajah dingin dan tampan itu tersenyum penuh arti ke arahnya dan menyapa, “Lama tidak bertemu, Jolie.”
Sebenarnya, apa sih alasan Luke mulai cerita serupa ini. Pertama, karena baru banget nonton hidden love, dan kedua lagi menggilai banget premis 'jadian sama temen kakakku'!! Suer deh, Luke ter-yuanyuan banget nonton Hidden Love. Untuk yang suka cerita adik yang suka sama temen kakaknya (yang guanteng dan serba plus-plus), rekomen banget nonton Hidden Love!!!
*Beberapa saat sebelumnya*Malam itu, kediaman keluarga Jolie terlihat sangat ramai. Dengan panggung berisi band profesional di taman belakang, MC yang menghibur, dan juga hidangan makanan yang dipesan dari restoran hotel bintang lima, pesta ulang tahun Filbert dirayakan secara meriah.“Jolie! Lama nggak ketemu!"“Astaga, kamu makin cantik aja sih!”“Gila! Kerasa makin tua aja nih kita-kita jadinya!”Canda dan tawa dari teman-teman SMA Filbert yang menghadiri pesta malam itu membuat Jolie tersenyum manis. Memang sudah selama itu sejak dirinya bertemu dengan teman satu geng kakaknya tersebut.“Kakak bisa aja. Kalau bicara cantik, Jolie nggak sebanding dengan Kakak dong.”Balasan Jolie membuat teman-teman Filbert tertawa. “Ampun, ternyata bukan makin cantik aja, tapi makin manis juga mulutnya!”“Kalau makin manis gini, biasanya makin banyak yang suka deh! Kamu pasti sudah punya pacar ‘kan, Jol?”“Eh iya, bener tuh! Mana pacarnya? Kok nggak dibawa?”Pertanyaan tersebut tak elak membuat Jo
Kenapa Revan berada di sini!? Bukankah Filbert bilang temannya yang satu ini tidak diundang?!Tidak, bukan hanya itu, bukankah Filbert juga tahunya Revan masih di luar negeri!?Lalu, kenapa sekarang dia ada di sini!?Selagi deretan pertanyaan itu berputar di otak Jolie, terdengar sebuah suara berseru, "Revan! Kenapa tidak mengabari kalau bakal datang? Aku kira kamu masih di luar negeri, Bung!" Filbert buru-buru turun dari panggung dan menghampiri sahabatnya itu.Cepat Jolie menoleh menatap sang kakak. Jadi, benar sang kakak tidak tahu-menahu soal kepulangan Revan!?Jolie kembali menatap ke arah sahabat baik kakaknya tersebut. Jadi, apa tujuan pria ini ada di sini sekarang!?"Kesempatan reuni dengan kalian tentu tidak boleh dilewatkan." Revan membalas rangkulan singkat Filbert, lalu maniknya bergeser untuk menatap Jolie.Jolie tertegun, lalu langsung membuang muka.Reuni? Reuni dengan teman-temannya, dan bukan dengan Jolie, ‘kan? Reuni apa yang kiranya perlu dirayakan di antara mereka b
Pertanyaan itu membuat Jolie mematung selagi teman-teman Filbert bersiul. “Cieee! Langsung mingkem, berarti mau tuh!”“Ditembak kayak gini, siapa yang nggak oleng coba?!” sahut teman-teman perempuan Filbert yang tampak memekik kegirangan sendiri, padahal bukan mereka yang sedang digoda.Selagi teman-teman kakaknya tampak kesenangan dengan drama di depan mata, Jolie sendiri malah menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya.Bukan apa-apa, walau hatinya berdetak kencang untuk pria di hadapannya ini, tapi Jolie sadar diri dan tahu jelas Revan hanya bercanda. Alhasil, kemarahan dan rasa kesal pun timbul di hati Jolie.Dengan dingin, Jolie langsung berkata, “Karena ini pesta ulang tahun Kak Filbert, aku rasa membahas masalah ini tidak terlalu pantas.” Dia menepis tangan Filbert dan berkata ke arah teman-teman SMA lainnya sang kakak, “Aku yakin kakak-kakak punya banyak hal untuk dibicarakan, jadi aku permisi dulu untuk menjamu tamu lain.”Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menoleh sedikit
Melihat sang putri mendadak muncul entah dari mana, Papa dan Mama Jolie tampak sangat terkejut. "Jolie?!" Mereka langsung berdiri dan menghadap Jolie dengan wajah canggung.Sementara itu, Jolie mengepalkan tangan dan menatap Filbert. “Apa maksud Kakak dengan pernikahan?” Dia melirik kedua orang tuanya. “Apa yang sebenarnya kalian bicarakan!?”Papa Jolie menarik napas panjang dan menatap gadis itu lurus. “Kami membicarakan pernikahanmu dengan Revan.”“Hah?” Jantung Jolie seperti ingin melompat keluar dari dadanya. Apa orang tuanya sungguh sudah tahu?!“Nenek Revan baru saja meninggal, Jolie.”Jolie menautkan alis. “Apa?” Dia merasa sedikit bingung dan terkejut di waktu yang bersamaan. “Nenek Julia ... meninggal?”Papa Jolie menganggukkan kepala. “Minggu lalu,” jawabnya singkat.Nenek Julia adalah nenek Revan, wanita yang sering mengurus Jolie saat dia masih kecil. Beliau adalah teman dekat kakek dan nenek Jolie, juga alasan hubungan keluarga Jolie dan Revan bisa sedekat itu dulu.“Aku t
Jolie Althea Manara. Revan sudah mengenal gadis itu sejak dia lahir. Jolie adalah adik perempuan sahabatnya, Filbert, pemuda yang menjadi teman baik Revan berkat kedekatan keluarga mereka.Di mata Revan, Jolie adalah bocah kecil periang berseragam SD yang gemar mengikutinya ke mana-mana. Sebagai anak tunggal sekaligus calon pewaris keluarga Ararya, Revan menganggap Jolie sebagai adiknya sendiri. “Aku paling suka dengan Kak Revan! Kak Revan ganteng, baik juga. Nggak seperti Kak Bert, bweeh!” Itu adalah ucapan yang paling sering Revan dengar terlontar dari mulut Jolie setiap kali mereka bertemu.Diam-diam, Revan sangat bangga karena Jolie lebih menyukai dirinya daripada Filbert, kakak Jolie sendiri. Hal itu membuatnya terdorong untuk bahkan bertanya, “Filbert, bagaimana kalau Jolie jadi adikku saja? Kau dan Jolie ‘kan selalu saja bertengkar.” “Tidak boleh!” tolak Filbert mentah-mentah. “Jolie dari lahir adalah adikku! Jadi dia adikku seorang! Enak saja asal mengambil adik orang!” Kem
Malam itu, Revan kehilangan kendali diri. Ciuman panas mereka terus berlanjut hingga ke hal-hal yang hanya Revan tahu.Rayuan gadis itu telah membangkitkan sisi tersembunyi yang tak pernah Revan sadari.Neneknya benar.Pada akhirnya, Revan ‘memang’ menginginkan Jolie. Dan untungnya, Jolie juga masih menginginkannya.Oleh karena itu, saat keesokan harinya dia mendapati Jolie telah kabur dari hotel. Revan merasakan kekecewaan mendalam.Hanya saja, hal itu tak menghentikan tekad Revan yang sudah bulat. Dia akan bertanggung jawab atas Jolie seperti yang juga diwasiatkan neneknya.Alhasil, setelah mempersiapkan semuanya, Revan langsung mengontak Richard Manara—ayah Jolie—guna menyampaikan permintaan sang nenek. Untungnya, pria itu menanggapi positif niat Revan dan bahkan mengundangnya datang di hari pesta ulang tahun Filbert untuk membicarakan masalah tersebut.Tapi. apa tanggapan gadis itu?“Yang jelas, aku tidak akan menerima perjodohan ini!” tegas Jolie.Revan membeku. Apa ini? Revan ti
Pagutan Revan pada bibirnya membuat Jolie sempat terbuai. Darahnya berdesir ... dan ingatannya langsung terlempar ke malam yang ditakdirkan itu.Sentuhan, desahan, dan gairah. Semua itu kembali memuncak dalam diri Jolie.Namun, saat teringat mengenai pembicaraan soal wasiat, juga ancaman Revan padanya, Jolie langsung tersadar.Pria ini adalah pria yang dia benci!Sekuat tenaga, Jolie mendorong Revan menjauh, dan—PLAK!Gema suara tamparan terdengar di ruangan itu.Dengan mata berkaca-kaca, Jolie menatap Revan dengan penuh kekecewaan. “Kak Revan ... sungguh keterlaluan!”Revan yang sempat membeku karena tamparan Jolie, langsung mengembalikan pandangan untuk menatap gadis tersebut.“Ya,” jawab pria itu dengan wajah datar dan dingin. Matanya memandang Jolie lurus, seakan ingin menelannya hidup-hidup. “Aku memang selalu berlebihan selama itu menyangkut dirimu.”Revan mendaratkan tangannya di tembok, lalu membungkukkan tubuh guna menyejajarkan pandangan dengan Jolie.“Akan tetapi ... sebegi
Mendengar tuduhan kakaknya, Jolie memasang wajah tak percaya. “Kakak!”Mendengar suara sang adik, Filbert pun berpaling pada Jolie. “Kamu juga, Jolie! Kamu itu masih dalam pengawasan di rumah ini, belum menikah! Jadi, jangan menggoda Revan dan merusak kesuciannya!”Mulut Jolie terbuka lebar. Filbert ini bicara sembarangan apa, sih?!Kenapa kakaknya itu malah menuduhnya merusak kesucian Revan!? Apa selain otot, otak kakaknya itu tidak bisa berfungsi!?Jelas-jelas yang dirusak kesuciannya adalah Jolie, bukan sebaliknya!“Kenapa kalian jadi ribut-ribut, sih?”Orang tua Jolie yang tadi berada di ruang tamu langsung masuk saat mendengar suara kencang dari Jolie dan Filbert.Melirik Filbert yang tampak berdebar dengan Jolie, Hannah, sang mama, langsung menegur putra sulungnya, “Mama ‘kan cuma suruh kamu tanya apakah Jolie dan Revan sudah bicara, Bert. Kenapa kamu malah gangguin adikmu?” Di saat ini, Filbert memutar bola matanya. “Aduh, Ma. Kok jadi Filbert sih?” Dia langsung menjelaskan, “K