“Ahh … tidak ….” Lenguhan kabur dari mulut Jolie ketika dia merasakan sentuhan lembut pada tubuhnya.
“Jangan …,” pintanya sembari berusaha mendorong menjauh dada bidang seorang pria yang berada di atasnya.
Namun, tenaga pria itu jauh lebih kuat, terutama untuk Jolie yang sedang berada dalam keadaan mabuk.
Hari ini, Jolie baru saja kembali dari luar negeri setelah lulus kuliah. Karena ingin merayakan kemerdekaan dari skripsi panjangnya yang melelahkan, Jolie pun pergi atas ajakan teman-temannya untuk bersenang-senang di sebuah bar hotel ternama.
Karena permainan truth or dare yang dia mainkan bersama teman-temannya di bar, Jolie yang terus memilih dare berakhir meneguk bergelas-gelas alkohol sampai melebihi batas toleransinya dan kehilangan kesadaran di tengah permainan.
Entah apa yang terjadi setelahnya, tapi saat Jolie sedikit sadar, dia sudah berada di sini. Di atas tempat tidur, di bawah kungkungan seorang pria yang wajahnya saja tidak mampu Jolie lihat!
Saat merasakan sesuatu milik sang pria mengeras, Jolie semakin panik. Dia tahu apa yang akan terjadi setelah ini, dan Jolie tidak menginginkannya!
“Tidak ….”
Meskipun tinggal lama di luar negeri, Jolie tetap memegang teguh ajaran konservatif kedua orang tuanya untuk tidak melakukan hubungan dengan sembarang orang sebelum menikah. Lantas, apa jadinya bila orang tuanya tahu bahwa Jolie berujung melepas miliknya yang paling berharga pada pria yang bukan suaminya?
“Lepaskan aku …!”
Jolie terus memberontak, tapi sayangnya … percuma. Pria itu lebih kuat, dan kentara, dia tidak bersedia melepaskan Jolie.
“Mmph!”
Jolie mengerang, tepat ketika pria itu melumat bibirnya dengan kasar. Wajahnya pun mengernyit ketika merasakan tangan pria asing itu menjalar masuk ke dalam pakaiannya dan mulai menyentuh titik-titik sensitifnya.
“Ngghh ….” Napas hangat yang menyapu lehernya membuat tubuh gadis itu bergetar, mulai terlena.
Tanpa Jolie sadari, lenguhan dan usahanya untuk melawan malah membuat nafsu sang pria membumbung semakin tinggi. Tangan pria itu melucuti pakaian Jolie, lalu pakaiannya sendiri. Kemudian, dia menarik kedua kaki Jolie ke ujung tempat tidur, lalu memposisikan diri.
“Tidak … tidak …!”
Sudut mata Jolie berair, dia merasa sangat tidak rela. Akan tetapi, kesadarannya perlahan membuyar, dan kemudian … kegelapan pun menelannya.
Ketika sinar matahari keesokan paginya mendarat di wajah Jolie, hal pertama yang gadis itu rasakan adalah kehangatan yang menjalar di seluruh tubuhnya. Hal tersebut diikuti dengan bau perpaduan segar musk dan cedar yang sempurna.
Saat Jolie membuka matanya, dia terkejut mendapati punggung kokoh seorang pria berada tepat di hadapannya!
“Ah!” Jolie terkesiap, dan dia menutup mulutnya, terkejut dengan pemandangan pagi yang dia dapatkan.
Mendadak, kepalanya berdenyut dan terasa berat, rasa sakit yang menusuk pun juga menjalar di berbagai sisi tubuh Jolie, membuat gadis itu merasa seluruh tubuhnya seakan remuk.
Jantung Jolie berdegup kencang. Tanpa perlu menyibak selimut yang menutupi sebagian tubuhnya, Jolie sadar betul, dia tengah berbaring di ranjang tanpa mengenakan pakaian sedikit pun!
“Ini … ini … apa yang terjadi …?” gumam Jolie dengan panik.
Saat dia berusaha memutar ingatan dalam benaknya, sebuah noda merah yang berada di antara kakinya membuat Jolie membeku.
“Tidak … tidak!” Air mata mulai mengalir menuruni wajah cantiknya.
Dengan emosi yang membuncah dalam diri; sedih, kecewa, dan marah, Jolie menatap benci pria yang tengah memunggunginya, pria yang telah merenggut kesuciannya.
Baru Jolie mengangkat tangan dengan niatan memukul bajingan itu, pria tersebut mengerang. “Uh ….” Suaranya yang berat dan agak serak tersebut membuat Jolie mematung.
Kemudian, pria yang masih tidur itu pun berguling ke arah Jolie, dan … wajah itu pun terlihat.
Alis tebal nan tajam, hidung mancung, bibir tipis menggoda, dan rahang tegas berwibawa.
Jolie mengenali wajah itu.
Sangat mengenalinya.
“Kak … Kak Revan?!” Jolie terbelalak selagi menyebut nama pria itu dengan wajah terkejut.
Bagaimana tidak? Wajah tampan bak malaikat yang tengah tertidur pulas itu memang benar Kak Revan, pria yang paling Jolie benci di dunia ini sekaligus … teman baik kakaknya sendiri!
‘Apa yang terjadi?! Kenapa aku bisa berakhir di posisi ini dengan Kak Revan!?’
Halo, halo. Kembali lagi dengan LuciferAter! Untuk pembaca yang belum kenal, salam kenal, dan untuk pembaca lama, halo lagi! Mungkin ada yang tanya kenapa buku terakhir Luke gak diupdate. Ini ada alasannya ya. Karena perencanaan yang masih kurang matang dan feel yang hilang, buku yang lalu itu dianggur terlebih dahulu. Untuk sekarang, Luke akan fokus buku yang ini dulu sesuai dengan permintaan editor juga. Semoga selesai buku yang ini, ada feel dan inspirasi baru lagi untuk buku yang lama! Cheers!
Tepat saat dirinya mengajukan pertanyaan itu, ingatan samar soal kejadian semalam datang dan membanjiri pikiran Jolie.Di bar hotel, Jolie ingat dirinya kalah dalam permainan truth or dare dengan teman-temannya. Karena itu, dia pun diwajibkan memilih seorang pria tertampan di tempat tersebut untuk dicium.Berada di bawah kendali alkohol, keberanian Jolie meningkat berkali-kali lipat. Dia pun langsung memandang seisi bar dan berakhir menemukan seorang pria tampan yang duduk sendirian.Jolie tidak yakin percakapan apa yang terjadi, tapi dia ingat jelas bagaimana dirinya sedikit berdebat dengan pria tersebut dan malah berakhir menarik kerah sang pria untuk kemudian menciumnya! Saat Jolie berniat menjauhkan diri, pria tersebut malah melingkarkan tangan di pinggangnya dan berkata, “Jolie, kau yang memulai semua ini ….”Setelah itu, mereka pergi meninggalkan bar, memesan kamar, dan ….AAARGH! Jolie ingin menggila! Bagaimana dia bisa berujung menghabiskan malam pertama bersama teman baik k
*Beberapa saat sebelumnya*Malam itu, kediaman keluarga Jolie terlihat sangat ramai. Dengan panggung berisi band profesional di taman belakang, MC yang menghibur, dan juga hidangan makanan yang dipesan dari restoran hotel bintang lima, pesta ulang tahun Filbert dirayakan secara meriah.“Jolie! Lama nggak ketemu!"“Astaga, kamu makin cantik aja sih!”“Gila! Kerasa makin tua aja nih kita-kita jadinya!”Canda dan tawa dari teman-teman SMA Filbert yang menghadiri pesta malam itu membuat Jolie tersenyum manis. Memang sudah selama itu sejak dirinya bertemu dengan teman satu geng kakaknya tersebut.“Kakak bisa aja. Kalau bicara cantik, Jolie nggak sebanding dengan Kakak dong.”Balasan Jolie membuat teman-teman Filbert tertawa. “Ampun, ternyata bukan makin cantik aja, tapi makin manis juga mulutnya!”“Kalau makin manis gini, biasanya makin banyak yang suka deh! Kamu pasti sudah punya pacar ‘kan, Jol?”“Eh iya, bener tuh! Mana pacarnya? Kok nggak dibawa?”Pertanyaan tersebut tak elak membuat Jo
Kenapa Revan berada di sini!? Bukankah Filbert bilang temannya yang satu ini tidak diundang?!Tidak, bukan hanya itu, bukankah Filbert juga tahunya Revan masih di luar negeri!?Lalu, kenapa sekarang dia ada di sini!?Selagi deretan pertanyaan itu berputar di otak Jolie, terdengar sebuah suara berseru, "Revan! Kenapa tidak mengabari kalau bakal datang? Aku kira kamu masih di luar negeri, Bung!" Filbert buru-buru turun dari panggung dan menghampiri sahabatnya itu.Cepat Jolie menoleh menatap sang kakak. Jadi, benar sang kakak tidak tahu-menahu soal kepulangan Revan!?Jolie kembali menatap ke arah sahabat baik kakaknya tersebut. Jadi, apa tujuan pria ini ada di sini sekarang!?"Kesempatan reuni dengan kalian tentu tidak boleh dilewatkan." Revan membalas rangkulan singkat Filbert, lalu maniknya bergeser untuk menatap Jolie.Jolie tertegun, lalu langsung membuang muka.Reuni? Reuni dengan teman-temannya, dan bukan dengan Jolie, ‘kan? Reuni apa yang kiranya perlu dirayakan di antara mereka b
Pertanyaan itu membuat Jolie mematung selagi teman-teman Filbert bersiul. “Cieee! Langsung mingkem, berarti mau tuh!”“Ditembak kayak gini, siapa yang nggak oleng coba?!” sahut teman-teman perempuan Filbert yang tampak memekik kegirangan sendiri, padahal bukan mereka yang sedang digoda.Selagi teman-teman kakaknya tampak kesenangan dengan drama di depan mata, Jolie sendiri malah menggertakkan gigi dan mengepalkan tangannya.Bukan apa-apa, walau hatinya berdetak kencang untuk pria di hadapannya ini, tapi Jolie sadar diri dan tahu jelas Revan hanya bercanda. Alhasil, kemarahan dan rasa kesal pun timbul di hati Jolie.Dengan dingin, Jolie langsung berkata, “Karena ini pesta ulang tahun Kak Filbert, aku rasa membahas masalah ini tidak terlalu pantas.” Dia menepis tangan Filbert dan berkata ke arah teman-teman SMA lainnya sang kakak, “Aku yakin kakak-kakak punya banyak hal untuk dibicarakan, jadi aku permisi dulu untuk menjamu tamu lain.”Usai mengatakan hal tersebut, tanpa menoleh sedikit
Melihat sang putri mendadak muncul entah dari mana, Papa dan Mama Jolie tampak sangat terkejut. "Jolie?!" Mereka langsung berdiri dan menghadap Jolie dengan wajah canggung.Sementara itu, Jolie mengepalkan tangan dan menatap Filbert. “Apa maksud Kakak dengan pernikahan?” Dia melirik kedua orang tuanya. “Apa yang sebenarnya kalian bicarakan!?”Papa Jolie menarik napas panjang dan menatap gadis itu lurus. “Kami membicarakan pernikahanmu dengan Revan.”“Hah?” Jantung Jolie seperti ingin melompat keluar dari dadanya. Apa orang tuanya sungguh sudah tahu?!“Nenek Revan baru saja meninggal, Jolie.”Jolie menautkan alis. “Apa?” Dia merasa sedikit bingung dan terkejut di waktu yang bersamaan. “Nenek Julia ... meninggal?”Papa Jolie menganggukkan kepala. “Minggu lalu,” jawabnya singkat.Nenek Julia adalah nenek Revan, wanita yang sering mengurus Jolie saat dia masih kecil. Beliau adalah teman dekat kakek dan nenek Jolie, juga alasan hubungan keluarga Jolie dan Revan bisa sedekat itu dulu.“Aku t
Jolie Althea Manara. Revan sudah mengenal gadis itu sejak dia lahir. Jolie adalah adik perempuan sahabatnya, Filbert, pemuda yang menjadi teman baik Revan berkat kedekatan keluarga mereka.Di mata Revan, Jolie adalah bocah kecil periang berseragam SD yang gemar mengikutinya ke mana-mana. Sebagai anak tunggal sekaligus calon pewaris keluarga Ararya, Revan menganggap Jolie sebagai adiknya sendiri. “Aku paling suka dengan Kak Revan! Kak Revan ganteng, baik juga. Nggak seperti Kak Bert, bweeh!” Itu adalah ucapan yang paling sering Revan dengar terlontar dari mulut Jolie setiap kali mereka bertemu.Diam-diam, Revan sangat bangga karena Jolie lebih menyukai dirinya daripada Filbert, kakak Jolie sendiri. Hal itu membuatnya terdorong untuk bahkan bertanya, “Filbert, bagaimana kalau Jolie jadi adikku saja? Kau dan Jolie ‘kan selalu saja bertengkar.” “Tidak boleh!” tolak Filbert mentah-mentah. “Jolie dari lahir adalah adikku! Jadi dia adikku seorang! Enak saja asal mengambil adik orang!” Kem
Malam itu, Revan kehilangan kendali diri. Ciuman panas mereka terus berlanjut hingga ke hal-hal yang hanya Revan tahu.Rayuan gadis itu telah membangkitkan sisi tersembunyi yang tak pernah Revan sadari.Neneknya benar.Pada akhirnya, Revan ‘memang’ menginginkan Jolie. Dan untungnya, Jolie juga masih menginginkannya.Oleh karena itu, saat keesokan harinya dia mendapati Jolie telah kabur dari hotel. Revan merasakan kekecewaan mendalam.Hanya saja, hal itu tak menghentikan tekad Revan yang sudah bulat. Dia akan bertanggung jawab atas Jolie seperti yang juga diwasiatkan neneknya.Alhasil, setelah mempersiapkan semuanya, Revan langsung mengontak Richard Manara—ayah Jolie—guna menyampaikan permintaan sang nenek. Untungnya, pria itu menanggapi positif niat Revan dan bahkan mengundangnya datang di hari pesta ulang tahun Filbert untuk membicarakan masalah tersebut.Tapi. apa tanggapan gadis itu?“Yang jelas, aku tidak akan menerima perjodohan ini!” tegas Jolie.Revan membeku. Apa ini? Revan ti
Pagutan Revan pada bibirnya membuat Jolie sempat terbuai. Darahnya berdesir ... dan ingatannya langsung terlempar ke malam yang ditakdirkan itu.Sentuhan, desahan, dan gairah. Semua itu kembali memuncak dalam diri Jolie.Namun, saat teringat mengenai pembicaraan soal wasiat, juga ancaman Revan padanya, Jolie langsung tersadar.Pria ini adalah pria yang dia benci!Sekuat tenaga, Jolie mendorong Revan menjauh, dan—PLAK!Gema suara tamparan terdengar di ruangan itu.Dengan mata berkaca-kaca, Jolie menatap Revan dengan penuh kekecewaan. “Kak Revan ... sungguh keterlaluan!”Revan yang sempat membeku karena tamparan Jolie, langsung mengembalikan pandangan untuk menatap gadis tersebut.“Ya,” jawab pria itu dengan wajah datar dan dingin. Matanya memandang Jolie lurus, seakan ingin menelannya hidup-hidup. “Aku memang selalu berlebihan selama itu menyangkut dirimu.”Revan mendaratkan tangannya di tembok, lalu membungkukkan tubuh guna menyejajarkan pandangan dengan Jolie.“Akan tetapi ... sebegi