Share

47. Ritual Penghabisan

Sejak memutuskan untuk menjadikan sebuah bangunan tak terkunci sebagai tempat persembunyian, tepat ketika salah satu dari mereka membuka pintu, seketika bau anyir menyergap bagai ucapan selamat datang. Tak ada waktu untuk memilah tempat yang lebih baik. Mau atau tidak mau, suka atau tidak suka, mereka harus terima.

Dengan posisi berjongkok di dalam kegelapan, Wrahaspati mulai merasakan mual yang menjadi-jadi. Perutnya seolah diremas kuat-kuat dari dalam.

“Di sini bau sekali, aku tak sanggup. Aku pergi saja,” ujar Wrahaspati sembari membekap mulut dengan tangan, bersiap keluar.

“Hentikan, dia!” sergah Darangga.

Spontan, Tumpak segera mengait erat lengan Wrahaspati. “Tolong jangan keluar, Tuan,” pintanya.

“Apa kau tak mencium bau busuk ini. Dasar, Budak tak berguna!” damprat Wrahaspati.

“Aku menciumnya. Aku juga mencium aroma busuk, Tuan. Tapi kalau kau keluar sekarang, kita semua bisa keta

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status