Share

63. Sekecewa Itunya Daffa

Petrikor menguar menusuk hidung, ikut mewarnai sore yang perlahan mendung. Dua manusia itu masih saling diam walau anak hujan mulai turun. Orang-orang di sekelilingnya berhamburan mencari tempat untuk berteduh. Entahkah itu di bibir kafe, atau di dalamnya, atau bahkan ada juga yang berjejer di bawah terpal pedagang kaki lima yang mangkal.

Llihatlah bagaimana dua manusia itu saling kunci pandang, dengan butir-butir putih mendarat di pucuk rambut. Sehingga jika dilihat hanya selintas, akan terlihat seperti telur kutu rambut.

"Aku tahu dari anak minimarket, tapi bukan Nana." Mengaku juga Daffa, kali ini tanpa harus membuat hati Dea bergetar. "Bukan yang cewek juga." Daffa menambahkan. Dari sorot matanya, Daffa benar-benar seperti kecewa berat.

Dea masih diburu rasa kaget, ia hanya diam macam boneka salju yang beku. Menatap mata Daffa yang berkaca-kaca.

"Alasan kamu hilang berbulan-bulan itu ... apa karena itu? Tiba-tiba kamu membatalkan janji hari itu, dengan alasan ada kepentingan mende
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status