Bob dan Irwan sangat panik segera menghentikan Romi memukul abangnya. “Dasar dua saudara yang bodoh!” Kata Zimba keluar dari mobil pergi meninggalkan mereka.Romi ikut berlari mengikuti Zimba. Bob dan Irwan mengekor juga dari belakang. Zimba tiba-tiba berhenti sampai mereka tersungkur di punggung Zimba. “Kamu kenapa sih Rom? Kamu bodoh juga yah sama seperti abang kamu?” Mengalihkan tangan Zimba ingin juga memukul Romi.“Sudahlah Zim. Kita di sini main-main loh.” Bob menghentikan Zimba.“Kalian yang memulai inikan?” Zimba semakin mengamuk.“Kalian pulang saja aku mau sendiri saja di sini.” Lanjut Zimba.“Tidak usah bertengkar lagi. Kalian mau menyia-nyiakan waktu ini? Sebelum datang ke sini impian kita apa? Bermain jetski barengkan? Apa lagi kamu Zim itu mimpi mu sudah lama. Kamu mau membatalkan?” Bujuk Irwan menenangkan mereka.“Tidak mau.” Serentak Zimba, Romi dan Bob menjawab. Suasan itu pun kembali mereda. Sebelum melanjutkan permainan mereka. Romi meminta maaf sangat menyesal
“Ibu sekarang sudah di mana Rom?” “Ibu sudah tinggal di luar negeri bersama selingkuhan bulenya. Tidak usah ditanya lagi sudah lama tidak kabar dengan Ibu.” Romi membuka pintu mobil.“Lama tidak bertemu yah Pak Dona. Maaf baru bisa salam sekarang tadi tidak sempat saat berada di dalam. Wahh…. sudah lama juga yah sampai anak saya kuliah masih tetap setia mengemban tugas.” Ujarnya ke supir yang sudah menemani dari Romi mulai dari SD hingga sekarang. Sepanjang perjalanan Ayah Romi dan Pak Dona bercerita masa lalu. Mereka berempat hanya sebagai pendengar.Tiba di pusat perbelanjaan Romi juga ikut mengajak teman-temanya keluar. Romi menyuruh Ayahnya memilih pakaian, sepatu dan semua kebutuhan yang diperlukan. Ayahnya tidak banyak memilih hanya satu pasang pakaian dan sandal saja. Romi justru memborong banyak untuk Ayahnya selagi masih berjumpa. Romi tidak tau hari berikutnya akan jarang bertemu. Romi menanyakan Ayahnya kebutuhan apa lagi yang kurang tetapi tetap jawaban Ayahnya tidak ad
Zimba menyuapi Morgan sampai kenyang sembari juga ikut makan. Badan Morgan sangat kegerahan meminta bantuan ke Zimba untuk membantunya memandikan. Zimba membuka semua pakaian Morgan membawa ke kamar mandi. “Sayang pengen…” Dengan manjanya Morgan membujuk Zimba untuk membuka pakaianya juga.Zimba menyentil kening Morgan. “Pikirkan dulu kesehatan mu baru nanti aku kasih.” Zimba mengelap badan Morgan dengan hati-hati agar tidak mengenai lukanya, karena pakaian Morgan tidak ada di situ Zimba harus ke lantai tiga mengambilnya.Siapa yang tidak tergoda ketika melihat Morgan terbaring di atas tempat tidur buah pisangnya menjulang tinggi. Zimba menghilangkan pikiran itu dulu fokus dengan kesembuhan Morgan. Zimba memakaikan celana dalam Morgan. Morgan menolak, dirinya ingin telanjang bulat saja. Zimba memberikan obat Morgan. Entah kenapa tangan nakal Morgan selalu meraba-raba bokong Zimba yang montok. Batas kesabaran Zimba tidak tahan juga. Zimba membuka pakaianya. Mereka berdua mulai melaks
“Bob bonceng kamu yah Zim. Aku sama Irwan enggak searah ke kost mu. Kami dari jalan tikus. Takut macet dari jalan biasa.” Romi menghidupkan motornya siap-siap berangkat pulang.“Tidak usah. Duluan aja kalian pulang. Aku mau ke pasar dulu.” Zimba mencari alasan tidak pulang ke kostnya lagi.“Kami antar saja kamu ke pasar.” Romi tidak mau membiarkan Zimba pergi sendirian melihat Julius seperti ingin mengikutinya.“Dekat kok Rom. Tinggal jalan kaki.” “Yah sudah Zim. Aku juga rencana mau jemput pacarku.” Kata Bob.“Hati-hati yah kalian.” Ujar Zimba.“Oke. Kamu juga Zim.” Serentak mereka bertiga menjawabnya.Zimba masih menunggu grabnya datang. Julius samperin Zimba mengajak supaya diantar ke tujuannya. Zimba menolak karena sudah memesan grabnya. Julius tetap bersikeras menawarkan untuk diantar. “Grabnya sudah jalan menuju ke sini tidak bisa ditolak lagi bang.” Zimba melepaskan tangan Julius dari genggamannya.“Biar aku yang bayar kerugiannya jika grabnya sudah sampai.” Julius memaksa Zi
Keadaan kaki belum stabil melangkah, Morgan terpaksa melepaskan Zimba pergi. Morgan kewalahan untuk beraktivitas sendiri tidak ada orang di rumahnya membantunya. “Pulang saja ke rumah.” Morgan menulis pesan singkat itu ke Romi.Morgan juga menyuruh semua pekerjanya untuk kembali ke rumah.Morgan menghubungi Zimba beberapa kali namun tak kunjung diangkat sampai chat pun tidak dibalas. Morgan tipikal tidak bertanya, fakta dirinya pendiam selalu menyendiri mengurung di dalam kamar dengan kehadiran Zimba semua berubah. Morgan bingung salahnya kepada Zimba apa? Morgan sebenarnya ingin tau kehidupan Zimba lebih dalam. Morgan berpikir semua itu akan terjawab seiring berjalannya waktu tanpa menanyakan itu. Morgan tidak pernah sekali pun memperdebat dirinya dengan video Zimba karena sudah tau semua saat ke kostnya diam-diam membaca buku diari Zimba. Walaupun Morgan tidak sempat melihat semuanya karena hampir ketahuan oleh Zimba.“Di balik sampul ku aku suka menyimpan hasratku di fd merah ku.
“Seharusnya itu biaya sekolah ku sampai kuliah. Tinggal bersama dia? Sesenang itu dapat duit haram dari anak tiri tercinta mu ini.” Lanjut Zimba.“Kurang ajar kamu!” Ibunya menampar Zimba.“Tidak apa-apa sudah biasa mendapat tamparan dari kalian. Sudah menjadi asupan ku setiap berjumpa…..”“Sudah Zim. Ayah meminta maaf. Tidak usah diperpanjang lagi ada calon abang ipar kamu di sini.” Ayah tirinya membujuk Zimba untuk tidak melanjutkan ocehannya.“Abang ipar? (Zimba tertawa mengejek). Masih percaya dengan dia? Bentar dah gonta-ganti. Ohhh tadi Ibu bilang motor disediakan. Yahh emang itu motor hasil pemaksaan video bug*l ku dijual sama anak pelacur ini……”“Dasar biad*p kamu! (Ratna menampar Zimba) pergi kau dari sini!”“Sebelum pergi aku harus mengambil hak ku. Motor ini harus kubawa. Ibu tidak usah berpura-pura syok mendengarnya. Dari dulu aku pun sudah bilang kalau anak mu ini sudah dijual. Masih tidak percaya kan?” Zimba mengeluarkan amarahnya melihat ada gelas kaca di atas meja Zim
Zimba seakan masih belum percaya dirinya dioperasi. Zimba meminta cermin melihat keadaan kepalanya. Irwan memberikan cermin kecil yang ada di tasnya. Zimba menangis melihat kepalanya masih diperban tidak menyangka lukanya bisa sampai separah itu. Suara tangisan Zimba semakin kencang mengingat kembali semua perbuatan Ratna dan Ibunya kepadanya. Morgan pun terbangun mendengarnya.“Ada apa? Masih sakit?” Morgan keluar menghampiri Zimba lalu memeluknya. Irwan pun ikut memeluknya dikiuti Romi dan Bob sama-sama memeluk Zimba. Bulan pun ikut menangis bersama mereka. Mereka semua kembali istrahat. Morgan tidur di kursi menemani Zimba sedangkan mereka bertiga tidur di kamar tamu pasien. Sebentar Morgan tertidur sebentar lagi terbangun untuk mengecek keadaan Zimba. “Zzzz zzzz” Suara dengkur mereka bertiga masih bersenandung tidak tau sudah pukul delapan pagi.“Bangun Oii.. Kalian enggak ngampus??” Morgan menarik selimut.“Bentar lagi.” Romi kembali menarik selimutnya.“Lihat jam Rom! Sudah p
Tidak seperti biasanya Zimba telat masuk kelas karena sedang macet di perjalanan. Zimba dihukum oleh dosennya untuk bernyanyi. Zimba yang tidak pintar bernyanyi, teman satu kelasnya menertawai Zimba karena suaranya fals membuatnya sangat malu. Zimba menarik nafas pelan-pelan memfokuskan dirinya untuk segera belajar. 30 menit sebelum pergantian jadwal mata kuliah, Pak Xasel selaku dosen mereka memberikan tugas kelompok. Teman-teman Zimba saling berebutan masuk ke kelompoknya. Zimba dikenal orang sangat pintar dan jenius di kelasnya. Zimba juga merupakan sosok wanita yang banyak disukai kaum pria karena kecantikanya. Zimba pun mencari kesempatan dengan liciknya sengaja memilih teman yang mengejeknya tadi. Pada jam istrahat Zimba menjumpai Pak Xasel untuk meminta arahan karena belum paham dengan materi yang disampaikan alasan terlambat. Pak Xasel sangat sibuk sehingga tidak bisa membantu Zimba. Zimba berinisiatif memberikan flashdisk untuk memindahkan file materi dari dosen tersebut.