Share

BAB 8

Romi mengantar Zimba pulang ke kost. Zimba mengajak Romi makan sate dulu sebelum pulang ke rumahnya. Mereka berjalan kaki dari gang menuju kost, Zimba ingin melarikan diri saat melihat Kakaknya namun ada juga Ibu dan Ayah Zimba di sana. Zimba menyuruh Romi untuk pulang saja.

“Mengapa kalian duduk di situ seperti menunggu sembako?” Ucap Zimba dengan suara datar. “Ibu ngapain datang ke sini? Tumben!”

Ratna yang sangat kesal dengan sambutan cetus Zimba.

“Dasar anak durhaka!” Menampar wajah kiri Zimba.

“Bisa ngk sekali jangan mempermalukan aku di tempat umum? Ini tempat kost banyak orang. Kamu harus sedikit paham!” Jawab Zimba nada tinggi.

“Berani kau sekarang yah!” Menjambak rambut Zimba.

Suasana semakin riuh. Mereka berdua saling menjambak rambut satu sama lain. Orang tuanya berusaha memisahkan tetapi tidak mempan karena bantuan Romi ikut menarik Zimba baru berhasil.

“Kenapa kamu belum pulang?” Bisik Zimba kepada Romi.

Romi tidak menjawab. Romi menyuruh Zimba untuk segera masuk ke dalam kost untuk menyelesaikan kekeluargaan mereka.

Ibunya menarik tangan Zimba untuk segera membuka kamar kostnya. Zimba tidak mau menunjukkan arah kamarnya. Zimba memegang erat tangan Romi memberi kode bahasa nonverbal mengarahkan telunjuknya ke arah pagar.

Langkah kaki yang sudah siaga untuk berlari. Romi yang hampir tersungkur saat berlari membuat kecepatan untuk melarikan diri menjadi lambat. Ratna yang cepat kilat membuka sepatu hak tingginya untuk menghentikan mereka. Ratna yang ingin sengaja memukul kepala Zimba dengan hak tingginya terpleset ke kepala Romi.

Zimba mendorong Ratna lalu meraih tangan Romi meninggalkan kost itu. Zimba tidak peduli membuka kemejanya hanya memakai tanktop demi menutup luka kepala Romi. Zimba cepat-cepat memesan go car membawa Romi ke rumah sakit.

Romi dibawa suster ke ruang UGD karena luka di kepala Romi lumayan dalam. Morgan pun langsung datang ke rumah sakit sudah dikabari oleh Zimba sebelumnya. Semakin melihat raut wajah Morgan terlukis dengan kekhawatiran yang dalam terhadap adiknya, Zimba pun semakin bersalah.

Setelah dokter selesai mengobati luka Romi. Mereka berdua diperbolehkan masuk ke dalam. Zimba meminta maaf sebesar-besarnya kepada Morgan telah membuat adiknya terluka. Romi juga ikut meminta maaf karena sudah ikut campur dengan urusan keluarganya. Zimba justru sangat berterima kasih kepada Romi sudah membantunya.

Suasana di ruangan itu seperti canggung karena saling menyalahkan diri masing-masing. Morgan menghentikan mereka berdua untuk tidak saling merasa bersalah. Zimba merasa dirinya tidak berguna selalu membawa temanya ke lubang bersama. Zimba berpamitan untuk meninggalkan rumah sakit.

Romi menghentikan Zimba pulang ke kost, mengajak untuk tinggal sementara di rumahnya. Morgan yang masih kebingungan karena belum tau masalah yang terjadi. Morgan mengajak Zimba keluar dari ruang pasien.

Zimba menceritakan semua kejadian itu kepada Morgan. Mendengar semua cerita Zimba membuat emosinya semakin marah. Zimba menangis karena tidak tau mau berbuat apa lagi. Morgan memeluk Zimba menupuk-nepuk pundaknya. Morgan juga ikut mengajak Zimba untuk ikut pulang bersama ke rumah mereka.

Romi langsung bisa pulang ke rumah karena tidak perlu di operasi. Mereka bertiga pergi meninggalkan rumah sakit. Romi meminta abangnya untuk menjemput Bob dan Irwan terlebih dahulu. Romi masih merasa pusing menggunakan kesempatanya bermanja kepada Zimba. Romi membaringkan tubuhnya ke pangkuan Zimba.

Zimba tidak bisa mengalah walau ada Morgan di depan sedang menyetir. Zimba mengelus pelan-pelan kepala Romi sesekali menghembus-hembus luka Romi. Dunia seperti milik berdua ketika Romi haus Zimba sigap memberikan minum. Ketika merasa lapar Zimba menyuapi makanan ke mulut Romi.

Begitulah sepanjang perjalanan menuju ke rumah tingkah Romi sangat manja. Membuat Irwan, Bob, dan Morgan geleng-geleng kepala. Morgan yang sudah memendam cemburu juga ikut pura-pura bahagia saja asalkan adiknya senang.

Sesampainya di rumah Romi membawa baskom berisi air hangat untuk menyeka keringat-keringat dari badan Romi. Masih tahap mengelap muka, Morgan masuk ke dalam meminta dirinya saja yang melanjutkan.

Selesai membersihkan tubuh Romi. Morgan mengajak Zimba untuk ke lantai 3. Zimba melihat-lihat sekitar dulu agar tidak terjadi kecurigaan. Saat waktunya sudah pas Zimba menuju kamar Morgan.

Morgan mencurahkan dendam cemburunya semua di sana. Zimba malah tertawa lalu mencubit hidung Morgan.

“Dasar tukang cemburu.” Keluar meninggalkan Morgan sendiri.

Morgan menarik tangan Zimba dari pintu memeluk dan mencium bibirnya.

“Aku kangen sama mu sayang.”

“Kangen dibelaianku ku atauuuuu” Ucap Zimba menggoda Morgan.

“Kangen kamu dan semuanya.” Jawab Morgan memeluk erat kekasihnya.

Mereka turun ke bawah karena masih banyak pekerjaan yang masih di kerjakan. Zimba mengajak Morgan untuk memasak bubur dan juga makan malam. Sebenarnya pembantu mereka ada tetapi Zimba ingin memasak sendiri karena tau Romi sangat suka dengan masakannya.

Memasak bareng pacar itu kencan yang sangat romantis menurut Zimba. Pertama kalinya Morgan melihat Zimba memasak semakin menggemaskan. Terkadang Morgan mencuri kesempatan mencium dan menjahili Zimba. Zimba pun tidak mau kalah ikut juga menjahili Morgan. Saat kedua tangan Morgan aktif bekerja di situlah Zimba memainkan aksi tangan nakalnya memegang kemaluan Morgan.

Morgan juga menunggu aksi nakalnya tetapi Zimba tetap memantau supaya tidak terjerat terkaman Morgan. Zimba membalikkan ikan yang di goreng, Morgan siap memangsa menggesek itunya ke bokong Zimba. Sudah tidak tertahan lagi saat bibir mereka ingin mendarat Irwan tiba-tiba nongol mengambil air minum. Untung masih bisa terkendali. Mereka berdua hampir terciduk.

Zimba dan Morgan pura-pura melanjutkan proses masakannya. Setelah Irwan pergi mereka melanjutkan cumbunya karena nafsu sudah tidak tertahan lagi. Morgan duduk dibawah meja sedangkan Zimba memotong-motong sayur di atas meja. Morgan mengambil alih mengaduk rawa-rawa Zimba dengan jarinya. Tak hanya sampai di situ juga lidah Morgan sudah tenggelam menyusuri samudra milik Zimba.

Selalu ada saja gangguan. Romi tiba-tiba nongol.

“Masak apa Zim?” Tanya Romi masih dalam keadaan ngantuk-ngantuk karena masih baru bangun tidur.

“Masak bubur untuk mu. Bentar lagi mau siap kok. Tunggu saja di kamar mu. Nanti aku akan membawanya ke sana.” Bujuk Zimba.

“Enggak mau. Pengen lihat kamu masak.” Menghampiri Zimba.

Zimba langsung bergerak mendekati Romi sebelum ia mendekatinya karena Morgan sedang bersembunyi di bawah. Zimba memaksa Romi membawanya ke kamar kembali untuk istrahat saja.

Semua sudah hampir selesai. Zimba menghidangkan semua di atas meja untuk makan bersama. Morgan memanggil adiknya begitu juga Irwan dan Bob. Mereka berkumpul menikmati makanan masing-masing tidak puas kalua mereka berempat makan sembari bercerita baik itu tentang gosip kadang curhatan. Morgan yang beda circle pertemanan hanya sebagai pendengar saja.

Irwan mengajak Zimba dan Bob berenang sedangkan Romi belum bisa karena lukanya masih diperban. Sebenarnya Zimba ingin menolak karena tidak pintar berenang tetapi karena Zimba juga ingin merasakan kolam berenang orang kaya seperti apa rasanya.

Morgan ingin memberikan baju renangnya ternyata Zimba sudah memakai baju renang milik Romi. Mereka sudah masuk ke dalam kolam. Romi hanya duduk di pinggir kolam sembari memvideokan temannya. Morgan yang memantau Zimba dari kamarnya. Zimba masih takut-takut tidak berani ke tengah kolam. Bob memberikan tanganya untuk membantu Zimba berenang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status