"Bila memang batu yang jatuh tadi digulingkan oleh seseorang, sudah tentu orang itu tak ingin diketahui dia sudah berada dan menunggu di Puncak Kalimuntu. Mengingat, tak ada lagi sesuatu yang membahayakan. Dengan kata lain, orang itu tentu berharap agar kami menganggap batu itu jatuh begitu saja. Hmmm... apa akal sekarang?"
Gandung Pulungan terdiam beberapa saat. Lalu tampak dia mendekati kedua temannya dan menyampaikan apa yang dipikirkannya. Kemudian sambungnya, "Kita mendaki dengan cara berbaris. Bila ada bahaya yang datang, kita akan bisa mengambil risiko dengan menggabungkan tenaga dalam. Saat kalian mendaki, alirkan tenaga dalam kalian ke dinding bukit ini dengan pergunakan ilmu 'Sungai Mengalir Membedah Diri'. Bila aku sudah tiba di Puncak Kalimuntu, kalian langsung bersalto dengan cara menjadikan tumpuan orang yang berada lebih dulu di atas. Dan langsung menyebar. Paham?"
Setelah mendapati anggukan dari Kerta Sedayu dan Mangku Langit, Gandung Pulungan mendaki l
Mendengar ancaman orang yang bernada mengecilkan itu, membuat Gandung Pulungan bukan main gusarnya. Begitu pula dengan Kerta Sedayu yang bertubuh agak kurus dan Mangku Langit yang lebih pendek dari kedua temannya.Tak bisa menyembunyikan kemarahannya melihat orang yang telah membunuh Pangeran Wijayaharum akhirnya muncul juga, Gandung Pulungan berkata keras, "Ratu Kegelapan! Sebuah julukan yang cukup menggetarkan hati! Tetapi sayangnya, julukan itu akan terkubur di Puncak Kalimuntu! Lebih baik jangan berlaku bodoh!"Perempuan berpakaian warna biru langit itu menyeringai dengan menyipitkan mata."Ucapanmu sungguh penuh sesumbar!" makinya keras dengan dada bergerak cepat. Perlahan-lahan kaki kirinya digeser ke belakang, dengan kedua tangan dikepalkan. Terlihat kemudian sosok perempuan itu bergetar, namun pandangannya tetap tak berkedip. Rupanya dia memang tak mau membuang waktu dan segera mengalirkan tenaga dalam.Mendapati sikap lawan yang siap melancarkan
Lagi-lagi Gandung Pulungan mengambil tindakan cepat. Dengan kesigapan penuh dia menyambar tubuh Mangku Langit yang muntahkan darah seraya berkata, "Tahan amarahmu, karena amarah akan membuat kita menjadi bertambah kacau! Seperti yang dikatakan Ki Ageng Malaya, perempuan ini memang bukan orang sembarangan! Dan kita tidak bisa menghadapinya sendiri-sendiri!"Lalu dengan kepala ditengadahkan dan mata disipitkan, dia merandek dingin pada Ratu Kegelapan yang sedang menyeringai lebar, "Kau benar-benar tak pantas dikasihani! Kelancanganmu ini harus....""Justru kalian yang tak bisa memandang tingginya langit!" putus Ratu Kegelapan dingin. "Lebih baik melompat dari tempat ini sebelum aku yang melempar kalian satu persatu ke bawah!""Keparat betul! Biarlah aku mengulur waktu dulu sembari menunggu Kerta Sedayu dan Mangku Langit memulihkan tenaga!" kata Gandung Pulungan dalam hati.Lalu seraya maju dua tindak dia berkata, "Ratu Kegelapan... sisi kehidupan manusia te
Namun di saat yang genting bagi Mangku Langit, mendadak saja terdengar satu sentakan gelombang angin yang luar biasa dahsyatnya mengarah pada pukulan Ratu Kegelapan.Kematian yang hendak diturunkan perempuan berpakaian biru langit itu putus di tengah jalan setelah terdengar suara letupan yang sangat keras.Bummm!Sosok Ratu Kegelapan mundur lima tindak ke belakang dengan kedua mata terbeliak. Sesaat napasnya seolah terhenti begitu saja. Di lain saat terdengar desisannya pelan, tatkala melihat satu sosok tubuh yang tadi menghalangi serangannya dan berdiri di hadapan Mangku Langit yang rupanya telah jatuh pingsan akibat tak kuasa melindungi diri dari getaran dua benturan serangan dari dua orang itu, "Si Buta dari Sungai Ular...."-o0o-Orang yang tadi menahan serangan Ratu Kegelapan pada Mangku Langit memandang tak berkedip ke arah perempuan berpakaian warna biru langit itu. Sesaat pandangannya dialihkan pada Mangku Langit. Dan diam-diam dia mendesis
Habis bentakannya, kedua tangan perempuan yang di pakaian bagian atas dadanya sebelah kanan terdapat sulaman benang hijau bergambar mahkota ini, segera memutar kedua tangannya. Angin bergulung-gulung dahsyat mendadak saja melingkupi tubuhnya. Menyusul dilipatgandakan tenaga dalamnya dan kembali hendak melepaskan pukulan 'Rangkaian Kabut Kegelapan'.Si Buta dari Sungai Ular sesaat terkesiap melihat gulungan angin di sekitar tubuh Ratu Kegelapan. Dia pun segera mempersiapkan diri dengan jurus 'Terjangan Maut Ular Putih'.Begitu sosok berpakaian biru langit berkelebat lagi disertai suara menderu, pemuda dari sungai ular ini pun segera menghempos tubuh ke depan.Desss! Desss!Dua pasang tangan beradu di udara dan menimbulkan suara yang sangat keras. Ratu Kegelapan mengeluarkan seruan tertahan sambil melompat mundur. Keadaan yang sama pun menimpa Si Buta dari Sungai Ular. Namun begitu kakinya mendarat, dia segera menjejakkan kembali. Serta merta tubuhnya meles
MALAM merambat semakin jauh. Perjalanan malam seperti begitu lambat sekali, namun sebenarnya, tanpa disadari begitu meluncur cepat. Angkasa luas nampak gelap, tak satu pun bintang terang yang menaburinya.Arakan awan hitam yang bergulung mengikuti tiupan angin, seperti mematikan sinar bulan hingga bumi laksana berada dalam genggaman kebutaan. Dari salah sebuah ranggasan semak belukar yang terdapat di sebuah hutan kecil yang juga dinaun-gi kegelapan itu, terdengar suara napas panjang sahut-sahutan tak beraturan. Untuk beberapa saat suara napas yang dibaluri rintihan pelan dan cekikikan itu masih terdengar. Cukup keras karena suasana di sekitar tempat itu sepi. Yang terdengar hanyalah celoteh binatang malam yang unjuk gigi.Suara-suara yang terkadang diselingi rintihan, erangan dan cekikikan itu didengar oleh satu sosok tubuh yang segera menghentikan kelebatannya. Kepala orang ini celingukan dengan kedua telinga dipasang lebar-lebar. Sejurus kemudian terdengar gumamannya
Perempuan yang menampakkan payudaranya yang besar namun sudah kendor ini terdiam dengan pandangan lurus ke muka. Tak ada sesuatu yang menarik untuk dilihat kecuali jajaran pohon dan semak belukar yang dilingkupi malam.Belum lagi dia meneruskan kata batinnya, ranggasan semak belukar di belakangnya terdengar menguak. Menyusul satu sosok tubuh tinggi kurus dengan wajah cekung muncul. Begitu berdiri di dekatnya, tangan kurus lelaki yang mengenakan pakaian gombrang warna hitam bergaris merah itu sudah merangkulnya. Di tempat persembunyiannya, Maut Tangan Satu tersentak seraya menarik kepala ke belakang begitu mengenali orang yang barusan muncul dan merangkul tubuh si perempuan. "Iblis Lembah Ular! Benar dugaanku, kalau aku merasa pernah mendengar suaranya! Keparat! Setelah aku dikalahkan oleh Peri Gelang Rantai, tanpa kusangka kalau lelaki berkepala lonjong itu akan menemukanku sekaligus mengobatiku! Sedikit banyaknya aku memang berterima kasih kepadanya! Tetapi mendengar omongan
Iblis Lembah Ular terbahak lebar seraya menggelengkan kepalanya. "Sudah tentu tidak. Dengan kehadiranmu sebagai anak buah Raja Setan Seruling Maut, sudah tentu kita akan mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dan memadu birahi. Bukankah begitu?"Kendati geram mendengar kata-kata Iblis Lembah Ular, Nenek Cabul hanya menganggukkan kepalanya seraya membatin, "Kau mulai membosankan rupanya! Bila aku sudah bertemu dengan Seruling Maut, akan kubunuh kau, Lelaki Keparat!"Mendapati anggukan perempuan tua yang masih memiliki tubuh montok tak kalah dengan gadis berusia belasan tahun, seringaian lebar makin terpampang di bibir Iblis Lembah Ular. Menyusul pandangannya yang berkilat-kilat saat berkata, "Dan yang terpenting sekarang, bukankah kita masih mempunyai waktu sebelum pagi datang untuk mengulanginya lagi?""Setan betul kata-katanya! Dia benar-benar mulai membosankan! Aku paling tidak suka mendengar kata-kata itu bila minatku untuk bercinta hilang! Teta
Sejenak Nenek Cabul memandanginya dalam-dalam dengan sorot mata tajam. Mendapati sikap Nenek Cabul, Iblis Lembah Ular nampak berusaha keras agar tidak terlihat keciutan hatinya. Dia berusaha agar Nenek Cabul mau menuruti keinginannya. Tetapi di luar dugaannya, Nenek Cabul justru menggelengkan kepala."Heei?" tercekat Iblis Lembah Ular melihatnya."Aku belum pernah mempergunakan Trisula Mata Empat. bahkan aku belum tahu kesaktian apa yang dimiliki oleh Raja Dewa. Keinginanku semula, mempergunakan senjata mustika ini bila gagal mendapatkan Seruling Gading. Tetapi sekarang, rasanya terlalu lama menunggu. Bukankah sekarang ada pemilik Trisula Mata Empat? Dan inilah sebenarnya saat yang tepat untuk mempergunakannya!"Habis membatin begitu perempuan cabul ini berkata, "Apa yang dikatakan kedua orang itu tentang seseorang yang tiba di sini membuatku penasaran.""Begitu pula denganku. Tetapi kita tak perlu mencari urusan dengan keduanya.""Tidak.""