Luka di dadanya sudah dibersihkan dan Emmy sudah membebatnya dengan perban. Dia membiarkan rambut panjangnya terurai untuk menutupi kemerahan di lehernya. Jadi tidak akan ada yang mengetahui apa yang baru saja Emmy alami.“Kamu kelelahan?” Cecilia tampak khawatir pada Emmy ketika dia mengetahui Emmy kembali lebih dulu.Emmy menggeleng, air matanya nyaris mengalir. Emmy sangat membutuhkan seseorang untuk mendengar ceritanya. Emmy tidak tahan, namun Emmy juga khawatir Keenan akan salah paham padanya.Pernikahannya dan Keenan adalah rekayasa. Mereka terikat kontrak, dan tidak seharusnya Emmy melibatkan Cecilia dalam urusan pribadinya bersama Isa dan Diane. Bagaimana kalau Keenan malah tersinggung dan melakukan sesuatu padanya?“Emmy, kamu baik-baik saja?” tanya Dorothy.Semua sorot mata beralih pada Emmy. Gadis itu langsung tersenyum dan menggeleng. “Ya, Granny. Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing karena semalam aku mengerjakan beberapa project perusahaan.”“Kamu ini.” Cecilia berde
“Itu dia.”Emmy menepis tangan Keenan dari dagunya. “Kamu tidak percaya padaku. Jadi untuk apa repot-repot memperdulikanku? Untuk apa kamu berpura-pura ingin mencaritahu bagaimana aku bisa terluka? Bahkan setiap kata yang keluar dari mulutku, kamu tidak mempercayainya satu pun. bukankah sikapmu sekarang sangat konyol?” pekik Emmy dibarengi air mata yang kembali mengalir deras.Amarahnya meledak, kekecewaannya semakin menjadi-jadi. Tubuhnya gemetar menahan gejolak emosi yang membabi buta. Emmy sungguh lelah. Dia ingin sendiri. Jadi dengan kasar Emmy mendorong Keenan keluar dari kamarnya lalu buru-buru menutup pintunya kembali.Emmy menangis sesenggukan. Ini menyakitkan, isak Emmy. Kehidupannya sangat menyakitkan.Di luar, petir menggelegar keras. Emmy melihat dari arah jendela dan tampak olehnya kilatan-kilatan putih di angkasa. Angin bertiup menerbangkan tirai jendela kamar dan tiba-tiba saja hujan turun amat deras.Emmy menutup jendela dengan susah payah karena angin bertiup kencang
Emmy menyaksikan Isa langsung menemui Keenan, mencium pipinya seolah itu adalah hal yang sudah biasa mereka lakukan. Dia berdiri di sebelah Keenan, seolah mempertegas kekacauan hubungan mereka.Dan Keenan seolah tidak risih dengan keberadaan Isa. Dia tetap bicara dengan beberapa orang penting di perusahaan didampingi oleh Isa sendiri.“Jangan khawatir. Posisimu tidak akan tergantikan,” kata Axel, dia berdiri di sebelah Emmy.Posisi apa? Istri pura-puranya? Seandainya saja semua orang tahu kalau pernikahan mereka hanya sebatas hitam di atas putih. “Tapi Nona Isa sedikit keterlaluan.” Leo ikut menimpali, berdiri di samping Emmy.Kini, Emmy diapit oleh kedua pria itu dan tatapan mereka bertiga tertuju pada Keenan dan Isa.“Orang akan menyangka kalau Nona Isa-lah istri Tuan Keenan,” sambungnya lagi.Emmy nyaris tertawa. Dia melirik Leo. “Kamu terbiasa membicarakan atasanmu di belakangnya?”Leo berdehem, memperbaiki dasinya. “Aku tidak mengatakan apapun.”“Kedekatan mereka memang seperti
Hari-hari berlalu sangat cepat. Emmy dan Keenan masih seperti orang asing yang tinggal bersama di bawah atap yang sama. Mereka jarang bicara kecuali ketika mengunjungi Dorothy di kediaman utama. Selebihnya, mereka seolah kembali bermusuhan.Isa pun masih terus hadir di kediaman Keenan. Tak jarang Emmy harus mengunci diri di kamar demi menghindari Isa. Emmy tahu Isa datang untuk menemui Keenan, masih berusaha merebut perhatian Keenan.Emmy merasa seharusnya itu tidak masalah. Toh sejak awal hubungannya dan Keenan memang bukan seperti hubungan suami istri pada umumnya. Isa bisa mengambil Keenan dan bergelayut di sisi pria itu selama 24 jam penuh. Emmy tidak keberatan.Tapi Isa selalu mencari masalah, seolah merayu Keenan tidaklah cukup. Dia cukup senang mengganggu Emmy dan membuat Emmy dalam kesulitan. Seperti yang dia lakukan ketika Emmy sedang membersihkan beberapa hiasan di lemari.“Kamu memang lebih pantas menjadi seorang tukang bersih-bersih,” ejek Isa.Emmy berusaha tidak menangga
“Aku akan meminta supir mengantarmu.”Keenan menemui Isa kembali. Isa mengernyit, cukup kecewa mendengarnya. “Kemana?”“Pulang.” Keenan memungut jasnya dengan gontai. “Aku sedang lelah jadi aku tidak bisa menemanimu. Aku butuh istirahat.”“Bagaimana dengan Emmy?” Isa bertanya penuh nada khawatir, padahal dia hanya ingin sekedar memastikan hukuman apa yang diberikan Keenan pada gadis itu.“Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir.” Keenan hendak meninggalkan Isa, namun dia kembali menoleh. “Maaf soal sikap Emmy padamu. Aku akan memastikan jika tidak ada hal seperti ini nantinya.”“Tidak masalah. Ini bisa terjadi ketika kamu memiliki adik atau kakak. Kami sering bertarung untuk memperebutkan mainan, atau berselisih soal pakaian siapa yang lebih cantik. Tapi percayalah, ini hanya cara berkomunikasi, Keenan.”Keenan mencelus, merasakan dirinya semakin bersalah pada ketulusan Isa. Gadis itu sungguh sangat baik. Satu-satunya kekurangan Isa adalah, dia tidak bisa membuat Keenan jatuh cinta pada
Hari ketiga, Emmy mulai merasakan seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia terlalu lemah bahkan untuk sekedar membuka kelopak matanya. Tubuhnya rebah di atas lantai, di atas sebuah tikar kecil seukuran tubuhnya.Bahkan selama tiga hari dia tidak muncul, tidak ada seorang pun yang mencarinya?Kenapa kehidupanku sesakit ini?Ketika pintu terbuka, Emmy memaksa diri untuk membuka matanya yang berat. Awalnya semua terasa seperti bayangan semu, namun seiring dengan kembalinya kesadarannya, bayangan itu semakin nampak jelas.Keenan berdiri di sana. Dia tidak memperlihatkan sisi kasihannya pada Emmy dan Emmypun tidak membutuhkannya.“Kamu akan meminta maaf untuk kesalahan yang kamu lakukan?” tanya Keenan. Suara bariton rendahnya terdengar sangat khas dan dingin.Emmy memutar tubuhnya, dia menatap langit-langit ruangan kecil itu. Sebuah lengkungan kecil terlukis di sana. “Pergilah,” kata Emmy pelan.“Kamu tetap berkeras?”“Karena aku tidak salah, maka aku akan berkeras.”“Kamu konyol. Untuk a
“Siapkan makanan tinggi nutrisi untuk Emmy.” Keenan menemui Madam Carla dan Madam Karen. “Usahakan makanan itu gampang dia cerna.”Madam Karen mengangguk, dia tersenyum. “Dibalik sikap dingin ini selalu ada sebuah kejutan.” Dan Madam Carla ikut tertawa.“Jangan beritahu Emmy soal ini,” kata Keenan lagi, mengabaikan ejekan kedua asisten rumah tangganya. “Aku akan kembali ke kamar.”“Baik Tuan.”“Apa yang terjadi padamu?” Lily membuka kembali pembicaraan diantara keduanya setelah Emmy melahap habis dua buah apel yang dibawanya.Seharusnya dia membawa buah itu ke rumah sakit dan Lily sudah menyerahkan buah tangannya pada Madam Carla. Tapi Emmy menyerobot begitu saja, melahapnya tanpa mencuci terlebih dahulu seperti yang biasa dia lakukan. ‘Kesehatan itu mahal’, itu yang selalu dikatakan oleh Emmy.Dan sekarang dia bahkan seperti seseorang yang belum makan selama tiga hari!“Hei, pelan-pelan. Perutmu akan sakit kalau kamu makan buru-buru seperti ini,” kata Lily lagi.Dan ketika Emmy terse
“Emmy, mau minum?”Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.Lebih baik, ia bersantai di rumah.Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy."Ambil saja, Emmy!""Benar! Wine di sini terbaik.""Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."Gadis itu terdiam.Seluruh mata tertuju padanya.Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.'Minum satu gelas saja seharusnya tidak