Share

Skandal Panas sang Pewaris Dingin
Skandal Panas sang Pewaris Dingin
Author: Mirielle

Pengaruh Obat

“Emmy, mau minum?”

Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.

Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”

Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.

Lebih baik, ia bersantai di rumah.

Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.

Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.

Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?

“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”

Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy.

"Ambil saja, Emmy!"

"Benar! Wine di sini terbaik."

"Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."

Gadis itu terdiam.

Seluruh mata tertuju padanya.

Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.

'Minum satu gelas saja seharusnya tidak membuatku mabuk, bukan?' batinnya mencoba menenangkan diri

Sayangnya, Emmy tak menyadari jika sesaat kemudian pria tadi tersenyum penuh kemenangan menatap seseorang di sebrang meja.

Kala Emmy berinisiatif untuk kembali pulang, kepalanya bahkan sudah merasa pusing.

Tubuhnya seakan melayang.

Bahkan, saat dia mencoba melangkah, lantai seakan jauh dari jejak kakinya.

Sensasi aneh dirasakannya kala merasa tubuhnya memanas.

Deg!

'Aku dijebak?' paniknya menyadari bahwa dirinya bisa saja sudah dibius tanpa sadar.

Sayangnya, dia tak punya tenaga untuk kabur.

Dua orang pria temannya tadi memegang tangannya dan membawanya ke sebuah kamar hotel.

Beralasan pada yang lain jika Emmy akan diantar pulang. Gadis itu berusaha meronta atau berucap sesuatu, tapi sepertinya

Bugh!

Emmy merasakan tubuhnya terkapar di atas ranjang.

"Ke--kenapa?" Terbata-bata gadis itu bertanya.

Dia merasa ini semua tidak adil.

Namun siapa sangka, pertanyaan Emmy malah membuat  salah satu dari mereka tertawa. "Kenapa? Gak ada alasan khusus sih. Kami telah menerima bayaran yang cukup banyak dari seorang pengusaha yang memesan gadis virgin."

"Dan kaulah jawabannya."

"Benar. Gadis polos dan lulus S2 di usia muda sepertimu pasti virgin"

Jantung Emmy mencelos mendengarnya.

Dia ingin melawan, tapi dia tak kuasa.

Tangan dan kakinya seolah dibebat beban ratusan kilogram, yang membuatnya mustahil untuk bangkit.

“Pelanggan akan datang sepuluh menit lagi. Baik-baik, ya, Emmy.” 

Brak!

Keduanya lalu pergi begitu saja setelah menutup pintu--meninggalkan Emmy seorang diri tak berdaya di atas ranjang.

Entah berapa lama dia terdiam seperti itu.

Hanya saja, samar-samar Emmy mendengar suara pintu hotel terbuka.

Seorang pria dengan wajah memerah masuk mendekati Emmy. “Hei, bolehkah aku melakukannya padamu?”

Emmy terbelalak melihat pria yang ada di atasnya saat ini!

Keenan Achilles.

Pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya?!

Mengapa Keenan di sini?

Emmy ingin menggeleng. Sayangnya, ia tak bisa.

“Maafkan aku.” Tiba-tiba saja, Keenan menatapnya liar dan melepas pakaiannya hingga tak bersisa.

Dia menunduk menatap Emmy yang kini mulai menangis.

Rasanya, Emmy ingin berteriak menyadarkan Keenan jika dia adalah adik tiri Isa, gadis yang dijodohkan padanya.

Namun, mulut Emmy seolah terkunci. 

Keenan mencium bibirnya, melumatnya hingga Emmy yakin bibirnya memerah dan bengkak.

"Ahhh...."  Pria itu dengan liar menjelajahi tubuh Emmy dengan bibirnya. Leher, dagu, telinga, dada dan bahkan perut Emmy yang rata tak luput dari cumbuannya. Emmy memejamkan matanya, tangisannya semakin pecah.

Rasanya menyakitkan menyadari dia tak bisa melindungi dirinya sendiri dan hanya diam bagai orang bodoh menyaksikan seorang yang dia kenal sedang menikmati tubuhnya, tubuh yang dijaganya selama dua puluh tahun.

Tapi, Keenan terus saja bergerak di atas tubuh Emmy,  mengulum setiap jengkal tubuh Emmy dengan bibirnya.

Bagi Keenan dan indra-indranya yang sedang sangat sensitif, dia tak cukup hanya mencumbu Emmy. Dia butuh lebih.

Bibir mereka kembali bertemu dan Keenan menghujani cumbuannya bak singa kelaparan. Satu kakinya menghimpit tubuh Emmy, mencegahnya untuk melawan yang tanpa disadarinya jika sebenarnya Emmy pun tak sanggup menolak.

Tubuh tinggi dan berisi Keenan menjulang di atas tubuh Emmy, menindihnya lagi dan lagi hingga Keenan menyadari satu hal. Pria itu berhenti sebentar, menatap Emmy dengan erangan yang ditahan.

“Kamu perawan?”

Air matalah yang menjawab pertanyaan itu. Keenan ingin melepas diri, tak kuasa melihat air mata Emmy.

Sayangnya, efek obat membuatnya kesulitan diri.

Dorongan hasrat membuat Keenan tak bisa berhenti setengah jalan seperti ini.

“Maafkan aku,” seru Keenan lagi, lalu kembali menghentak tubuhnya ke dalam tubuh Emmy, menguasainya hingga tubuh Keenan mulai mengejang. Dia mengerang saat puncak kenikmatan menghantamnya dan kemudian otot-ototnya mulai terasa lebih ringan.

Keenan melepaskan dirinya dari tubuh Emmy, berbaring dengan nafas terengah sambil menatap langit-langit hotel di atasnya.

Dia berpikir semuanya sudah selesai, namun keinginan itu perlahan kembali melilit tubuhnya.

Keenan kembali menyerang Emmy.

Tak cukup dua kali, malam itu Keenan menyalurkan keinginan batinnya berkali-kali hingga keduanya merasa sangat lelah dan terlelap.

Padahal, di atas nakas, kamera yang diam-diam dipasang teman Emmy terus merekam semuanya.

Menyimpan setiap sentuhan dan desahan liar Keenan atas Emmy, calon adik iparnya sendiri.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status