Hari-hari berlalu sangat cepat. Emmy dan Keenan masih seperti orang asing yang tinggal bersama di bawah atap yang sama. Mereka jarang bicara kecuali ketika mengunjungi Dorothy di kediaman utama. Selebihnya, mereka seolah kembali bermusuhan.Isa pun masih terus hadir di kediaman Keenan. Tak jarang Emmy harus mengunci diri di kamar demi menghindari Isa. Emmy tahu Isa datang untuk menemui Keenan, masih berusaha merebut perhatian Keenan.Emmy merasa seharusnya itu tidak masalah. Toh sejak awal hubungannya dan Keenan memang bukan seperti hubungan suami istri pada umumnya. Isa bisa mengambil Keenan dan bergelayut di sisi pria itu selama 24 jam penuh. Emmy tidak keberatan.Tapi Isa selalu mencari masalah, seolah merayu Keenan tidaklah cukup. Dia cukup senang mengganggu Emmy dan membuat Emmy dalam kesulitan. Seperti yang dia lakukan ketika Emmy sedang membersihkan beberapa hiasan di lemari.“Kamu memang lebih pantas menjadi seorang tukang bersih-bersih,” ejek Isa.Emmy berusaha tidak menangga
“Aku akan meminta supir mengantarmu.”Keenan menemui Isa kembali. Isa mengernyit, cukup kecewa mendengarnya. “Kemana?”“Pulang.” Keenan memungut jasnya dengan gontai. “Aku sedang lelah jadi aku tidak bisa menemanimu. Aku butuh istirahat.”“Bagaimana dengan Emmy?” Isa bertanya penuh nada khawatir, padahal dia hanya ingin sekedar memastikan hukuman apa yang diberikan Keenan pada gadis itu.“Aku akan mengurusnya. Jangan khawatir.” Keenan hendak meninggalkan Isa, namun dia kembali menoleh. “Maaf soal sikap Emmy padamu. Aku akan memastikan jika tidak ada hal seperti ini nantinya.”“Tidak masalah. Ini bisa terjadi ketika kamu memiliki adik atau kakak. Kami sering bertarung untuk memperebutkan mainan, atau berselisih soal pakaian siapa yang lebih cantik. Tapi percayalah, ini hanya cara berkomunikasi, Keenan.”Keenan mencelus, merasakan dirinya semakin bersalah pada ketulusan Isa. Gadis itu sungguh sangat baik. Satu-satunya kekurangan Isa adalah, dia tidak bisa membuat Keenan jatuh cinta pada
Hari ketiga, Emmy mulai merasakan seluruh tubuhnya tidak bisa bergerak. Dia terlalu lemah bahkan untuk sekedar membuka kelopak matanya. Tubuhnya rebah di atas lantai, di atas sebuah tikar kecil seukuran tubuhnya.Bahkan selama tiga hari dia tidak muncul, tidak ada seorang pun yang mencarinya?Kenapa kehidupanku sesakit ini?Ketika pintu terbuka, Emmy memaksa diri untuk membuka matanya yang berat. Awalnya semua terasa seperti bayangan semu, namun seiring dengan kembalinya kesadarannya, bayangan itu semakin nampak jelas.Keenan berdiri di sana. Dia tidak memperlihatkan sisi kasihannya pada Emmy dan Emmypun tidak membutuhkannya.“Kamu akan meminta maaf untuk kesalahan yang kamu lakukan?” tanya Keenan. Suara bariton rendahnya terdengar sangat khas dan dingin.Emmy memutar tubuhnya, dia menatap langit-langit ruangan kecil itu. Sebuah lengkungan kecil terlukis di sana. “Pergilah,” kata Emmy pelan.“Kamu tetap berkeras?”“Karena aku tidak salah, maka aku akan berkeras.”“Kamu konyol. Untuk a
“Siapkan makanan tinggi nutrisi untuk Emmy.” Keenan menemui Madam Carla dan Madam Karen. “Usahakan makanan itu gampang dia cerna.”Madam Karen mengangguk, dia tersenyum. “Dibalik sikap dingin ini selalu ada sebuah kejutan.” Dan Madam Carla ikut tertawa.“Jangan beritahu Emmy soal ini,” kata Keenan lagi, mengabaikan ejekan kedua asisten rumah tangganya. “Aku akan kembali ke kamar.”“Baik Tuan.”“Apa yang terjadi padamu?” Lily membuka kembali pembicaraan diantara keduanya setelah Emmy melahap habis dua buah apel yang dibawanya.Seharusnya dia membawa buah itu ke rumah sakit dan Lily sudah menyerahkan buah tangannya pada Madam Carla. Tapi Emmy menyerobot begitu saja, melahapnya tanpa mencuci terlebih dahulu seperti yang biasa dia lakukan. ‘Kesehatan itu mahal’, itu yang selalu dikatakan oleh Emmy.Dan sekarang dia bahkan seperti seseorang yang belum makan selama tiga hari!“Hei, pelan-pelan. Perutmu akan sakit kalau kamu makan buru-buru seperti ini,” kata Lily lagi.Dan ketika Emmy terse
“Emmy, mau minum?”Salah satu teman sejurusannya yang baru dari luar mendadak menghampiri Emmy sembari menyodorkan segelas wine.Gadis 22 tahun itu sontak menggeleng. “Maaf, aku tidak minum alkohol.”Jika saja bukan untuk perayaan kelulusan S2, Emmy jelas tak mau hadir di tempat karoke mewah itu.Lebih baik, ia bersantai di rumah.Sayangnya, Emmy tak punya pilihan. Teman-teman yang usianya berada di atasnya terus memaksa.Oleh sebab itu, sejak datang, Emmy memilih duduk di pojok dan diam saja.Tapi, siapa sangka ia akan ditawari begini?“Kenapa menolak? Ini perayaan kelulusan kita. Tidak baik jika hanya kamu yang tidak minum. Bukan begitu?”Pria itu tiba-tiba berseru, sehingga seisi ruangan bersorak memaksa Emmy."Ambil saja, Emmy!""Benar! Wine di sini terbaik.""Tenang saja! Kami akan mengantar adik kecil sepertimu ke rumah jika mabuk."Gadis itu terdiam.Seluruh mata tertuju padanya.Dengan terpaksa, Emmy menerima gelas berisi wine tersebut.'Minum satu gelas saja seharusnya tidak
Di sisi lain, Isa--kakak tiri Emmy--tengah berlari menyusuri koridor hotel.Dia berusaha mengejar Keenan yang mendadak pergi setelah berhasil diberikan obat perangsang olehnya.“Sial.” Dia menghentakkan kakinya kesal. “Ke mana dia pergi? Cepat sekali langkahnya!”Membayangkan rencananya gagal, Isa meradang.Gadis itu sudah menyiapkan wartawan untuk menjebak dirinya 'bermain gila' dengan Keenan!Demikian, proses pernikahan akan dipercepat.Tapi, mengapa Keenan malah tak bisa ia temukan? Apakah Isa harus pulang dengan tangan kosong?****"Akh!"Emmy memijit kepalanya pening keesokan harinya.Dia tidak ingat banyak hal setelah dia minum di ruang karaoke. Hanya saja, sekitar selangkangannya nyeri luar biasa. Segera gadis itu memerhatikan sekeliling.Deg!Wajah Keenan membangkitkan kembali ingatan Emmy.Pria itu memperkosanya berkali-kali.Padahal, Keenan adalah pria yang dijodohkan dengan kakak tirinya. Parahnya lagi, hubungan antara Emmy dan keluarga tirinya tidak begitu akur. Emmy y
Keenan terdiam.'Gadis ini gadis pungut keluarga Matilda? Apa yang terjadi? Kenapa kebetulan ini terlalu kebetulan? Dia pasti benar-benar sudah merencanakannya.'Tiba-tiba pria itu tertawa memikirkannya. Tawa itu perlahan berubah menjadi lebih mengerikan disertai dengan lirikan liarnya. “Jadi ini rencanamu yang sesungguhnya?”“Apa?” tanya Emmy tak mengerti.“Jadi selama ini kamu sudah menargetkanku? Kamu menyukaiku, namun kamu tidak bisa melakukan apapun karena aku dijodohkan pada kakakmu sehingga kamu menjebakku. Kamu yang meminta seseorang untuk memasukkan sesuatu pada minumanku, kan?”Keenan agak puas melihat kepanikan Emmy. Dia meneruskan gertakannya. “Ayo. Sekarang juga kita ke rumahmu, bicara pada orang tuamu sehingga kamu mengakui semuanya adalah keinginanmu.”“Tidak.” Air mata semakin membanjiri pipi Emmy. Keluarganya tidak bisa mengetahuinya. Ibunya akan menghajarnya, begitu pula Isa.Dia akan berakhir di pemakaman, atau kalau dia masih cukup beruntung, dia akan berakhir di
Sebelum Emmy benar-benar menjawab, dia sedikit terintimidasi oleh tatapan jahat Keenan. Gadis itu beringsut mundur. Tidak. Dia tidak boleh mencari masalah dengan Keenan.Seharusnya memang mereka sepakat, entah bagaimana hasilnya, mereka harus bicara. Emmy tidak mau berakhir di tangan Isa dan ibunya, namun dia pun tak mau dituduh sebagai orang yang menjebak Keenan.Tapi bagaimana seharusnya mereka menyepakati hal ini?Kelebat lari dua tiga orang pria yang membawa kamera melintas di depan pintu kamar hotel yang terbuka lebar. Keenan terkejut, menyadari jika mereka adalah pemburu berita. Salah satu dari mereka berhenti karena melihat Keenan sekilas di balik pintu.Dia mundur dan benar!Keenan ada di sana, berdiri dengan pakaian kusut dan ada wanita di dalam kamarnya.“Dia di sini,” serunya memberi kode pada teman-temannya.Keenan tak bisa mengelak ketika beberapa orang sudah mengambil potret dirinya sebelum manajer hotel mendorong Keenan kembali ke dalam kamar lalu menutupnya dari luar.