Share

Penyesalan

"Tidak, apa-apaan kamu?" Aku mendorong tubuh Khanif menjauh dari bayiku.

"Annisa sudah tidak bernyawa, Mbak," sahut Raka. Dia melangkah mendekatiku. Memberi pemahaman, jika Annisa sudah meninggal.

"Bohong! Anissa tidak meninggal. Tidak!" Aku bangkit dari tempat tidur tanpa peduli nyerinya luka operasi.

"Mbak Mau kemana?" tanya Raka dan Khanif berbarengan.

Aku tidak menjawab. Meraih tubuh Annisa yang kaku, seluruh tubuh yang membiru. Melangkah tertatih-tatih menuju pintu keluar. Kakiku belum sembuh sempurna.

"Bertahan, Nak. Mama akan membawamu ke rumah sakit," ucapku seraya mencium keningnya pelan.

"Nak, sini biar ibu gendong," ucap ibu pelan. Wajahnya penuh dipenuhi bulir-bulir bening.

"Bu, bawa Annisa ke rumah sakit. Ayo!" Aku menarik lengan ibu.

"Khanif, cepat!" Ibu memberi perintah dengan nada tinggi. Khanif dan Raka bak orang linglung. Terdiam dengan pandangan kosong.

"Cepatan, tunggu apa lagi?!" teriak Ibu dengan suara parau.

Khanif melajukan mobil keluar dari halaman rumah ibu.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
for you
nia ini bodoh apa tolol sebenernya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status