Tak benar-benar tulus bukanlah seorang pria bagi Jerome, sesungguhnya malas jika diminta menemani berbelanja pakaian selain kebutuhan rumah. Sore itu Hilda memintanya untuk berbelanja beberapa pakaian yang akan ia bawa ke dalam camp kampus, namun karena tak ada teman jadi ia terpaksa mengajak tunangannya itu menemaninya. Bagi Jerome hanya menemani tak masalah, pemuda itu akan meninggalkannya jika diminta untuk membawa belanjaan. Hey! Pemuda itu tidak ingin diejek bucin oleh teman-temannya terutama Aisha yang selalu meledeknya bucin terhadap hubungan Rosa dan sang kakak. "Jangan berbelanja terlalu banyak, tak ada yang membawanya, ..." Jelas pemuda itu yang dibalas renggutan kecil oleh perempuan yang berada di depan jajaran pakaian.
"Iya, ... Iya, ..." Sahutnya dengan malas.
Rosa menggeleng kepalanya pelan saat ia ditawari makanan sama Sarah, perempuan tersebut mendengus dingin lalu berjalan menghampiri adiknya itu. Sarah memegangi kepalanya sembari m
Maria merasa jengkel dengan tatapan mata itu, tatapan mata memuja milik Jaeran terhadap sang isteri. Perempuan itu sudah melakukan semuanya sampai sejauh ini akan tetapi pemuda itu tetap saja tidak menganggapnya sebagai seseorang yang spesial, meskipun lelaki itu tau dirinya tengah hamil anak kandungnya yang sebenarnya itu tidaklah nyata. Maria menahan diri agar tak merasa kesal dan buat Jaeran pergi dari sisinya, ... pemuda itu terus saja mengarahkan pandangannya pada ponsel. Perempuan itu mengalungkan lengannya pada leher lelaki itu namun tidak ada respon terhadapnya sama sekali hingga saat kini, Jaeran tetap sibuk dengan ponselnya; sampai pada akhirnya perempuan itu mengalah dan menatap wajah sang pemuda dengan lekatnya. Perempuan itu tersenyum manis saat mengingat bagaimana perhatiannya Jaeran terhadap sang bayi tipuannya itu. Maria menghela panjang kemudian melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar mandi menatap perut ratanya, menatap dengan tatapan miris. “Tak bisakah kamu ben
Rasanya masalah yang ada sudah membuat dirinya sendiri penat, ditambah dengan kabar yang ia terima pagi ini. Sang ibu mengalami komplikasi jantung, sepertinya tuhan selalu membuat skenario yang terlalu besar untuk ia mengerti. Rosa semakin mempercepat langkahnya ketika mendengar kata-kata dari Sarah agar memintanya untuk menyusul mereka ke rumah sakit Bella. Perempuan itu bahkan belum sempat sarapan pagi ini dan sang suami sangat sibuk hingga tak bisa mengantarkannya ke rumah sakit. Rosa menggeleng kepalanya perlahan saat pikiran negatif memenuhi kepalanya, ... Entahlah rasanya seperti ada yang tidak beres dengan sikap orang rumah kala memberitahu kabar mengenai sang ibu, perasaannya berkecamuk dan memastikan bahwa semua hanya pemikirannya saja.Lami memeluknya erat saat kakak perempuannya datang seraya berlari menuju ruang unit gawat darurat, pemuda tersebut mendecak ketika melihat perlakuan tersebut. Rosa jelas tak mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi,
Jaeran mencoba untuk menghubungi nomornya, akan tetapi yang mengangkat panggilan bukanlah Rosa melainkan Sarah. Kakak ipar dari isterinya, ... Agak sedikit merasa heran dengan nada ketus Sarah yang begitu tak mengenakan telinganya. "Aku segera ke sana, ..." Lalu Jaeran memutuskan panggilannya. Pemuda agak terheran dengan sikap yang ditunjukkan oleh sang kakak ipar perempuannya, pasalnya ia tak mengetahui penyebab pasti atas dropnya sang isteri. Jaeran melengang pergi meninggalkan tempat yang menjadi tempat bernaungnya selama ini, ... Pemuda itu lekas segera melajukan mobilnya cepat.Mahendra yang sejak tadi menunggu Lami keluar dari rumah sakit, kedua pemuda itu tak sengaja saling bertemu tanpa bertegur sapa. Jaeran yang masih terlihat buru-buru dan Mahendra yang masih tetap bertahan pada posisinya, ... Jaeran tau jika ia benar-benar menegur teman lamanya karena saling mengenal satu sama lain, ia akan melewatkan kesempatan bertemu dengan sang isteri. Lami berjal
Maria menahan kesabarannya saat ini, dikarenakan adanya kesalahan penulisan nama pada akhir test DNA tersebut. Secara ilmiah mengatakan jika kandungan memiliki banyak tekanan pada janin tidak disarankan untuk melakukan hal tersebut namun itu bukan jadi sebuah masalah untuk perempuan itu, ... Perempuan itu tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan satu jam menunggu membuatnya merasa bosan, ketika namanya sudah dipanggil dengan cepat perempuan itu segera menghampiri ruang laboratorium rumah sakit. Perempuan itu berjalan ke arah parkiran seraya mencari letak mobilnya, lalu melesat meninggalkan rumah sakit, perempuan itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengarah ke percetakan murah. Guna mengubah isi surat rumah sakit tersebut, ...Saat sampai percetakan dengan langkah kaki tergesa-gesa menuju pintu toko percetakan, perempuan itu agak tergopoh dan segera meminta pada penjaga toko untuk mengubah isi surat tersebut. “Akan memakan waktu yang lama,” Mar
Jerome menatap lurus pintu jati berwarna hitam. Pemuda itu mengatur nafasnya agar tak terlihat gugup, hey! Dia bukan ingin melihat sosok kekasih namun melainkan ingin melihat sosok kakak ipar perempuannya. Ketika mengetuk pintunya, bukan, bukan Rosa yang menerima kehadirannya akan tetapi sang kakak. Jaeran menatapnya sengit dan tajam, pemuda tampak berdecak kesal lalu berbalik arah seraya menutup kembali pintunya. Saat di dalam Rosa muncul ingin melihat ke arah luar namun lelaki itu langsung bergegas menariknya agar masuk kembali ke dalam rumah, perempuan itu agak penasaran dengan siapa suaminya berbincang ketika membuka pintu. “Kamu ngobrol sama siapa tadi?” Jaeran menggeleng kepalanya cepat.“Gak ada,” Rosa memincingkan matanya curiga lalu melangkah mendekat ke arah depan. Perempuan itu tersenyum manis pada Jerome yang masih berada di depan rumah, perempuan yang kini menyambut kedatangannya ke kediamannya itu membuat raut wajah sa
Maraka tergelak saat mendengar lelucon dari Jerome yang pada kenyataannya itu sama sekali bukan lelucon yang dilontarkan oleh pemuda tersebut, akan tetapi dengan recehnya pria itu menertawakan dirinya. Maraka sama sekali tidak mengerti jika hal itu adalah sebuah kisah yang mencoba Jerome sampaikan, ... Lelaki itu masih tetap tergelak dengan sikap humor yang berlebihan. Akan tetapi pemuda yang saat ini tengah bermain ponsel itu hanya mengulas senyum simetris dan melirik sang teman, jangan tanyakan bagaimana Maraka saat ini. Yang pasti tewas dalam tawa, bukan berarti ia meninggal dunia itu tidak sama sekali. Kedua pria yang saling bersahabat itu, melangkahkan kakinya keluar dari kamar lalu menuruni tangga menuju lantai bawah, rumah yang semula ramai kini tampak begitu sunyi; sepertinya sudah tidak ada lagi para ibu-ibu yang meramaikan suasana rumahnya.Sudah cukup terbiasa dengan hal tersebut, sang mama hanya meninggalkannya sendirian deng
Rosa membersihkan meja kerjanya yang sedikit berantakan karena terlalu banyak berkas kontrak dan perizinan novelnya yang tak ia rapihkan, perempuan itu agak sedikit merasa lelah dan menegakkan tubuhnya dengan perlahan-lahan. Perempuan itu tersenyum seraya mengusap perutnya yang membesar, ... Jaeran mengetuk pintunya yang terbuka sedikit lalu meminta sang isteri agar beristirahat sejenak agar tidak terjadi masalah pada kehamilannya. Rosa menggeleng kepalanya cepat lalu kembali melakukan aktivitasnya, lelaki tersebut tidak yakin apakah alasan sang isteri tak mau satu meja dengannya karena masih memiliki rasa marah di dalam dirinya. Jaeran menahan lengannya yang masih memegang berbagai tumpukan kertas dan menarik kasar tangannya, pemuda itu agak tersentak ketika melihat reaksi dari sang isteri. “Kamu kenapa, hm?” Tanya lelaki itu melembut.“Kamu tanya aku kenapa? Ya kamu pikir aja sendiri,” acuh Rosa yang kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang kerjanya.
Setelah semua terkendali, lelaki itu menarik kenop pintunya lalu menghela panjang kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai bawah. Lelaki itu memejamkan matanya serta mengatur desah deru nafasnya yang memburu kemudian langkahnya terhenti saat dihadapannya ada sosok sang kakak yang menggeram marah' dan menatap manik legamnya dengan tajam. Dari awal Jerome sudah tau konsekuensinya akan sangat fatal bagi hubungan keduanya, ... Namun apakah ia akan membiarkan perempuan yang ia cintai membiru dingin menjadi jasad? Tentu saja tidak. "Ngapain ke sini?" Seru Jaeran dingin."Seharusnya gue yang tanya sama loe mas. Ke mana aja?" Tangan keduanya terkepal kuat dan siap saling hajar satu sama lainnya, kemudian kedua lelaki sama-sama mendengar suara khas seseorang baru bangun tidur memanggil nama Jerome. "Berhenti di sana atau loe masuk kuburan!" Desis sang suami yang menahan lengan sang adik lelakinya itu. Namun