Share

155. Tangisan

“Ss sungguh? Mama sayang padaku?” lirih Qizha hampir tak terdengar lagi suaranya.

Habiba tak mau bicara lagi, dia hanya mengangguk- anggukkan kepala. Tangisnya pecah.

Sepanjang jalan, Habiba menghadap ke belakang. pinggangnya berputar seratus delapan puluh derajat demi bisa menghadap ke belakang dan memegangi tangan Qizha. Inilah caranya menunjukkan kasih sayang kepada menantunya itu, berharap menantunya akan mendapatkan motivasi dari sikapnya itu.

Habiba mneyesal sudah memperlakukan Qizha dengan buruk, ia bahkan mempermalukan Qizha di depan orang banyak. Mengatainya pembunuh. Sampai akhirnya Qizha dilempari sepatu dan sandal oleh para staf yang turut meras aprihatin pada Habiba.

Tak hanya itu saja, Qizha juga dihujat habis- habisan.

Para staf itu tidak salah. Mereka hanya meluapkan rasa kesal pada orang yang mereka anggap sebagai pembunuh.

“Pak, lebih kencang lagi!” titah Qasam.

“Iya, Tuan!” supir mengangguk, mempercepat laju kendaraan. Padahal kendaraan yang dia setir su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tini Wartini
Smg baik" az...
goodnovel comment avatar
inggrid LARUSITA Nganjuk
semoga qizha baik" aja
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
qizha ga boleh mati dong.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status