Kinara penasaran dengan apa yang dibicarakan Arjuna, Safira dan Ardi, untung saja pintu masih sedikit terbuka sehingga Kinara bisa melihat dan mendengar percakapan mereka bertiga. Kinara tidak melihat ada Lisa ataupun Rama. Kemungkinan mereka sudah pulang lebih dulu.Jantung Kinara berdetak lebih cepat ketika Arjuna membuka pembicaraan tentang dirinya."Kenapa sikap ibu berubah pada Kinar? Apa dia melakukan kesalahan?" tanya Arjuna.Safira dan Ardi hanya diam. Safira menunduk dan meremas kedua tangannya. Arjuna semakin heran dengan sikap orang tuanya, terutama Safira. "Ibu jangan begini. Harusnya ibu bilang, jangan diam saja lalu menjauhi Kinar, dia jadi bingung dengan sikap ibu yang sekarang," jelas Arjuna. "Setiap ibu melihat Kinar, ibu akan sakit hati," jawab Safira."Maksud ibu? Ibu begitu bahagia aku menikah dengan Kinar, lalu kenapa bisa begini?" tanya Arjuna. "Sejak awal ibu melihat Kinar, wajahnya mengingatkanku pada seseorang. Namun, di dunia ini banyak orang memiliki kemi
Kinara berlari meninggalkan rumah Safira dan pulang ke rumahnya. Dia tidak mau bertemu dengan Arjuna dulu karena perasaannya kini masih campur aduk. Kinara memutuskan untuk tidur di kamar tamu dan untuk menenangkan diri, Kinara mengunci kamar dari dalam. Awalnya, Kinara ingin pergi jauh dari sini, setidaknya jangan pulang ke rumah Arjuna, namun dia memikirkan tentang kondisi tubuhnya, anaknya dan keadaan di luar yang tidak aman karena peneror itu belum ditangkap. Arjuna sampai di rumah dan mencari keberadaan Kinara. Mata Arjuna langsung tertuju pada kamar tamu. Kinara tidak mungkin berada di kamar mereka karena saat ini kondisinya yang tidak stabil. "Kinar? Kamu di dalam?" teriak Arjuna sambil menggedor pintu."Kinar, bukalah. Kita harus bicara," ucap Arjuna. Kinara diam. Dia tidak berniat membalas panggilan Arjuna. Kenyataan bahwa orang tuanya meninggal karena ulah keluarga ini, meninggalkan luka dan kecewa yang begitu dalam. "Kinar! Keluarlah! Kita harus bicara," ucap Arjuna. "
Kinara dan Arjuna membuka pintu, di depan mereka sudah berdiri Safira dan Ardi. Kinara hanya diam melihat mertuanya itu, sampai pelukan hangat Kinara rasakan dari Safira."Maafkan Ibu, Kinar," ucap Safira dengan gemetar.Kinara bingung harus merespon seperti apa karena tubuhnya terasa kaku dan mulutnya juga tidak mampu berucap apapun. Untuk beberapa saat posisi mereka masih sama, Safira masih memeluk Kinara dengan tangis yang sejak tadi belum berhenti, begitu pula Kinara yang hanya mematung dengan air mata yang mengalir deras."Maafkan Ibu, Kinar," kembali Safira mengulang perkataannya untuk meyakinkan Kinara bahwa maaf itu tulus.Kinara mulai merespon, dia melepas pelukan Safira dan menatap lekat wanita paruh baya di depannya. Wanita yang sangat dia sayangi dan bahkan dia anggap sebagai ibunya sendiri. Kinara yang begitu kagum dengan sosok Safira, sejak pertama bertemu sudah mendapatkan kehangatan dan cinta dari wanita itu. Haruskah kini ia egois? Tidak. Kinara memikirkan banyak hal
"Halo?""Oh, baiklah."Arjuna menutup panggilan itu dan memberikan ponselnya pada Kinara."Siapa?" tanya Kinara."Pengantar makanan online yang kamu pesan. Aku akan mengambilnya keluar," jawab Arjuna.Kinara mengangguk dan Arjuna keluar untuk mengambil makanan. Kinara bermain dengan ponselnya sebentar lalu meletakkannya di atas nakas. Baru saja dia meletakkan ponsel itu, suara panggilan masuk kembali berdering.Kinara mengambil kembali ponsel itu dan melihat nomor asing lagi. Segera Kinara angkat namun tidak ada jawaban dari si penelepon, hingga sambungan itu terputus. Kinara menggelengkan kepalanya, Kinara pikir, mungkin saja orang iseng.Arjuna kembali dengan beberapa kantong plastik di tangannya. Kinara hendak menghampiri Arjuna namun ponselnya kembali berdering. Kali ini bukan panggilan melainkan chat masuk.Kinara membuka pesan itu dan terkejut setelah membacanya. Kinara memberikan ponselnya pada Arjuna dan segera menghubungi nomor itu namun sudah tidak aktif lagi. "Tidak aktif,
Kinara sudah berada di taman dan mengunggah foto dirinya di media sosial, tidak lupa ia berikan caption sedih dan ingin sendiri. Siapa tahu dengan begini si peneror akan melihat postingannya dan datang ke taman.Perasaan Kinara tidak karuan, takut, cemas dan khawatir bercampur menjadi satu. Dia harus hati-hati sebisa mungkin agar tidak membahayakan dirinya dan juga calon bayinya.Arjuna, Argan dan beberapa orang suruhan Arjuna sudah berada di taman itu dengan posisi bersembunyi serapi mungkin, agar tidak menimbulkan kecurigaan peneror itu.Rencana berubah, awalnya Kinara akan berada di taman itu sendiri. Namun akan menimbulkan kecurigaan jika dia hanya sendiri saja, untuk itu Kinara meminta bantuan Amel. Amel setuju untuk membantu setelah mendengar cerita dari Kinara. Sahabatnya satu itu memang bisa diandalkan dalam hal apapun. Kinara dan Amel, baik keduanya mengunggah foto di media sosial. Mereka berpura-pura sedang piknik di taman itu dengan membawa beberapa makanan dan minuman. B
"Jun, ada masalah apa di kantor?" tanya Kinara setelah mertuanya pulang."Ada sedikit masalah di kantor utama. Aku besok harus bekerja di sana untuk memastikan," jawab Arjuna.Kinara memperhatikan suaminya, sepertinya bukan hanya masalah kecil karena terlihat gelisah di wajah Arjuna."Aku boleh ikut?" tanya Kinara.Arjuna yang sudah berbaring di samping Kinara menoleh untuk menatap istrinya. Arjuna hanya diam memperhatikan Kinara, kemudian tersenyum manis. "Nggak mau jauh-jauh dariku, ya?" goda Arjuna. "Hahaha, iya kayaknya. Bukan aku loh, tapi anakmu," jawab Kinara.Arjuna membawa Kinara ke dalam dekapannya. Perasaannya kembali tenang saat berada di posisi seperti ini."Ada apa, Jun? Jujurlah padaku," ucap Kinara."Wajahmu menunjukkan kecemasan," ucap Kinara lagi.Arjuna menghela napas dan menghembuskannya perlahan. Sepertinya dia harus jujur pada Kinara."Masalah satu selesai muncul lagi masalah lainnya. Hidup memang seperti itu, ya?" tanya Arjuna."Dan masalah itu pasti ada jalan
"Memastikan sesuatu.""Kemana?" tanya Kinara."Ayo ikut, Kinar."Arjuna pergi meninggalkan ruangannya dan diikuti oleh Kinara. Sejak tadi wajah Arjuna menunjukkan kecemasan. Kinara tidak tahu apa yang Arjuna temukan dari berkas laporan keuangan yang bertumpuk tadi. Kinara yakin, ada sesuatu yang mungkin saja memang berhubungan dengan Rama, sehingga Arjuna tampak cemas dan khawatir.Kinara hanya diam mengikuti langkah Arjuna meninggalkan kantor dan masuk ke dalam mobil. Kinara tidak tahu mereka akan pergi kemana, lebih baik ia bertanya nanti saja, karena sekarang Arjuna seperti tidak ingin diajak bicara serius dulu.Mobil berhenti di salah satu bank terbesar di negara ini. Kinara mengikuti langkah Arjuna dan duduk di kursi tunggu. Arjuna yang memang sudah kenal dengan pihak bank karena kerja sama bisnis, langsung menuju bagian dalam. Kinara menunggu di luar sambil bermain ponselnya.Kinara membuka pesan dari Amel. Sahabatnya itu mengirimkan beberapa foto saat dirinya di Bogor kemarin.
"Papa mau membicarakan apa?" tanya Rama."Kalian sengaja berkumpul disini? Untuk membicarakan apa?" tanya Lisa ketus."Sabarlah, Lis. Papa belum bicara," sahut ibu.Seketika suasana menjadi hening kembali. Ardi beberapa kali menghela napas, hanya untuk menahan emosinya. Duduklah dulu, Ram, Lis..., " ucap Ardi. Rama dan Lisa duduk di kursi depan meja Ardi, sementara Kinara dan lainnya duduk di sofa. Suasana menjadi tegang saat semuanya terdiam. "Rama, papa tahu kamu sudah bekerja dengan keras selama ini. Perusahaan semakin berkembang berkat usahamu dan juga Lisa. Papa menghargai itu semua dan sangat berterima kasih," ucap Ardi. "Tentu saja, Pa. Aku dan Rama berjuang keras untuk perusahaan ini. Sekarang papa tahu, 'kan? Siapa yang lebih pantas memimpin perusahaan?" jelas Lisa dengan percaya diri. "Iya, sekarang papa tahu, siapa yang berhak memimpin perusahaan ini, untuk itu kalian papa panggil kesini." "Baiklah, kalau begitu," ucap Rama. "Arjuna yang akan memimpin perusahaan," uc