Share

4. Akad

Jam menunjukkan pukul 10 pagi, banyak sekali orang berlalu lalang memulai aktivitas mereka. Noah hanya diam memperhatikan para pekerja yang berjalan melewatinya. Ada rasa iri di hati Noah ketika melihat para karyawan pria, yang terlihat bersemangat dengan pekerjaan mereka.

“Gedung Subagja Grup,” gumam Noah mendongak melihat nama gedung yang dia tuju menyamakan dengan kartu nama yang di berikan oleh Elina. “Bener ini kantornya.”

Noah berjalan masuk ke lobi, salah satu sekuriti yang tidak pernah melihat Noah pun bergegas menghampirinya. “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanyanya.

Noah tersenyum lalu menjawab, “Saya ingin bertemu dengan Ibu Elina.”

“Apa sebelumnya sudah ada janji?”

“Iya, beliau menyuruhku untuk datang ke sini.”

“Baik, silahkan ke bagian resepsionis untuk menemui Ibu Elina.” Noah berjalan mendekati resepsionis.

Setelah mendapatkan data yang dibutuhkan resepsionis itu pun menghubungi sekretaris Elina untuk memastikan pertemuannya dengan pria yang ada di hadapannya.

“Baik Bu.” Resepsionis itu pun mematikan panggilannya lalu berucap, “Silahkan ke lantai 10, nanti ada yang mengarahkan anda untuk bertemu dengan Ibu Elina. Apa ada yang bisa saya bantu lagi?”

“Tidak, terima kasih.” Noah berjalan ke pintu lift kemudian menekan lantai 10. Tepat di lantai 10 Noah sudah disambut oleh Dina yang berdiri menunggunya dengan semangat.

“Selamat pagi, Bu. Aku ingin bertemu dengan Ibu Elina."

Dina menyunggingkan senyum lalu mempersilahkan Noah mengikutinya. “Dia benar-benar tampan meski hanya mengenakan kaos putih dan celana bahan, Kulitnya pun bercahaya seperti oppa korea,” batin Dina terus memperhatikan Noah.

Tok, tok

“Ehm … permisi Ibu Elina, tamu Anda sudah datang.”

“Masuk.”

Dina membukakan pintu untuk Noah lalu mempersilahkannya masuk. Elina pun berjalan mendekati Noah hingga dia berdiri berhadapan dan saling beradu pandang. “Jadi apa jawabanmu?”

Lidah Noah terasa kelu. Semalaman dia sudah memikirkan semuanya dengan matang sebelum akhirnya dia datang untuk menemui Elina dan memberikan jawabannya.

“Iya, aku menerima lamaranmu.”

“La-lamaran?” Dina begitu terkejut mendengar ucapan Noah sementara Elina terlihat menyeringai mendengar jawaban yang sudah dia prediksi sebelumnya.

“Keputusan yang bagus. Sebelum itu …” Elina menghentikan ucapannya melihat penampilan Noah, berputar mengelilingi tubuhnya. “Kamu harus merubah penampilanmu.”

***

Pernikahan yang harusnya di gelar atas dasar cinta, malah dijadikan bisnis dan menguntungkan kedua belah pihak.

Demi bisnis Elina rela menikah dengan pria yang sama sekali tidak dia suka, sedangkan Noah dia rela menikahi Elina karena tak ingin ibunya di penjara.

“Ada apa dengan wajahmu?” tanya Elina melihat wajah Dina yang terlihat murung.

Dina hanya menghela napasnya, dia tidak mungkin mengatakan kepada Elina jika dia begitu cemburu atas pernikahan bosnya dengan pria yang dia sukai. “Apa pernikahannya hanya akan dilakukan sesederhana ini?” tanya Dina.

Elina mengangguk, karena ini hanya pernikahan bisnis. Dia tidak mau mengeluarkan banyak uang untuk menggelar acara pesta pernikahan dan lagi dia tidak mau semua orang tahu jika dia sudah menikah.

Jadi Elina memutuskan untuk menikah di KUA dan hanya dihadiri oleh keluarga Noah dan Hardi yang menjadi saksi pernikahannya.

“Apa kamu sudah siap?” tanya hardi yang tiba-tiba saja muncul.

Elina memutar tubuhnya menatap pria yang sudah dia anggap sebagai ayahnya sendiri meski pria itu sering bersikap menyebalkan. “Aku sudah siap.”

Mereka lalu bersiap ke kantor KUA. Elina sudah mempersiapkan semuanya dengan matang, bahkan dia tak segan mengeluarkan banyak uang agar bisa menikah dengan cepat.

Sedangkan ditempat lain, Noah sudah siap dengan setelan kemeja yang disiapkan oleh Elina. Terlihat jelas jika dia begitu gugup karena saat dia keluar dari KUA nanti sudah menyandang status sebagai suami.

“Kamu ganteng sekali Noah,” puji Anna.

“Jelas ganteng Mah, sebentar lagi Kak Noah jadi orang kaya baru. Sial banget istrinya dapetin pria pengangguran.” Noah mencubit perut adiknya yang berkata seenaknya meski semua itu fakta.

Budi memeluk tubuh putranya, dia tak menyangka jika anak yang dia besarkan selama 26 tahun akan melepas masa lajangnya dengan cepat. “Setelah menikah, Ayah harap kamu bisa bertanggung jawab kepada istrimu.”

Noah mengangguk, Anna pun ikut memeluk Noah sebelum akhirnya pandangan mereka tertuju ke pintu masuk. Mata Noah terpaku pada sosok wanita yang berjalan mendekatinya.

“Cantik,” batin Noah kala melihat calon pengantinnya yang begitu cantik dengan kebaya putih yang melekat di tubuhnya.

Dia sama sekali tak mengalihkan perhatiannya dari Elina hingga cubitan Anna menyadarkannya dari lamunannya. "Maju, kenapa malah diam saja," gerutunya.

"Iya Mah, sebentar." Noah menyingkirkan tangan Anna dan Budi yang terus memeganginya. Bisa di lepas dulu nggak, aku nggak bisa gerak?"

Bukannya melepaskan Anna malah mengratkan pegangannya di lengan putranya itu. "Kenapa, kamu mau kabur ya?"

"Hah, yang benar saja. Aku nggak akan kabur Mah, aku cuma merasa nggak nyaman saja di pegang seperti ini!"

Kesal, Anna pun mendorong Noah untuk segera duduk di kurisnya.

"Karena pengantinya sudah di sini, mari kita mulai saja."

Penghulu mulai menjelaskan tentang pernikahan sebagai wejangan kedepannya untuk Elina dan Noah dalam menjalani bahtera rumah tangga. Hingga sampailah pada inti acara yaitu akad pernikahan. "Karena wali dari pihak perempuan sudah meninggal dunia, jadi akan di wali-kan oleh Pamannya. Baiklah, apa kalian sudah siap?"

"Siap," ucap Hardi dan Noah, kompak.

Hardi dan Noah pun berjabat tangan dan mulai menjalankan prosesi akad.

"Saudara Noah Xabier Adiatma bin Budiman. Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau dengan Elina Nathania Putri bin Antonio dengan mas kawinnya berupa perhiasan seberat 10 gram, tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Elina Nathania Putri dengan maskawin tersebut tunai."

"Bagaimana saksi?'

"Sah."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status