Share

3. Mendadak Menikah

Elina menatap rumah kecil yang ada di hadapannya, lalu membuka kacamata yang dia gunakan untuk memperjelas penglihatannya.

“Beneran ini rumahnya, kecil sekali?!”

Supir Elina melihat alamat yang diberikan Anna lalu berkata, “Iya, Nona. Ini alamat rumah yang diberikan oleh Bi Anna.”

Elina melihat Anna berjalan ke arah mobilnya lalu membukakan pintu untuknya. “Selamat datang di rumah Bibi,” ucap Anna menyambut kedatangan Elina.

Elina tak bergeming bahkan dia terlihat biasa saja melihat beberapa orang berdiri menyambut kedatangannya. Wajah dingin yang dia tunjukkan membuat Intan dan Budi terlihat risih melihatnya.

“Ayo, masuk.” Anna mempersilahkan Elina untuk masuk ke dalam rumahnya. Menyingkirkan Budi dan Intan yang berdiri di depan pintu masuk.

Elina duduk di kursi, di ikuti Anna. Namun, Anna langsung memukul paha Intan ketika dia akan duduk di sampingnya. Mata Anna melotot menatap ke arah Intan dan Budi bergantian seolah mengatakan jika mereka tidak boleh duduk.

“Kenapa kalian hanya berdiri?” tanya Elina menatap Budi dan Intan.

Seketika hening, mereka yang berada di depan Elina hanya beradu pandang termasuk Anna yang terlihat bingung.

“Ah, ini suami Bibi namanya Budi dan di sebelahnya itu Intan, putri bungsu kami.”

Budi mengulurkan tangannya ingin memperkenalkan diri kepada Elina, tapi sayangnya Elina hanya diam menatap tangan Budi dan tak berniat membalas jabatan tangannya.

Anna refleks memegang tangan Budi lalu menurunkan tangannya sembari menyunggingkan senyum. “Bagaimana kalau kita makan dulu. Bibi sudah mempersiapkan makanan kesukaan Non El. Tunggu ya, Bibi siapin dulu,” ucap Anna beranjak dari kursi.

Brak!

Semua perhatian tertuju pada pintu yang terbuka. Terlihat sosok pria cupu yang datang dengan kacamata menempel di dahinya serta rambut yang klimis seperti diolesi minyak rambut hingga mengkilap.

“Astaga!” Budi dan Intan terkejut melihat Noah yang berpenampilan aneh menurut mereka.

“Anak sial-” Anna menutup mulutnya saat dia akan mengeluarkan sumpah serapahnya kepada Noah yang sedang berdiri di depannya.

Noah terperangah saat melihat wajah yang tak asing di matanya. "Wanita itu—," batinnya.

"Kamu, ngapain datang ke sini!" tunjuk Noah melihat Elina yang tersenyum sinis menatapnya.

Elina berjalan mendekati Noah lalu berkata, "Aku akan menikahimu."

Keheningan terasa ketika Elina dengan lantang mengatakan jika dirinya akan menikahi Noah. Tak hanya Noah, hampir semua yang ada di sana terkejut dengan penuturan Elina.

“Tunggu, menikah. Siapa, aku?” Noah masih bertanya-tanya, dia masih belum paham dengan situasi saat ini yang membuatnya seperti orang bodoh.

“Iya, aku akan menikahimu,” jawab Elina.

Noah berdecak mendengar penuturan Elina. “A-apa kamu gila?”

“Memikirkan rencana ini saja sudah membuatku gila, apa lagi menikah denganmu!” batin Elina.

Merasa tidak enak karena sikap Noah, Anna pun mencubit lengan putranya yang berbicara kasar kepada majikannya itu. “Jaga sikapmu, Noah,” bisiknya.

Elina berdiri lalu mengambil koper yang dibawa oleh supirnya, kemudian menyimpannya di atas meja. “Dua hari lagi aku akan menikahimu Noah. Jadi persiapkan dirimu.”

Setelah mengatakan hal itu, Elina pergi begitu saja. Namun, langkahnya terhenti ketika Noah menghalangi jalannya.

“Tunggu, menikah. Apa kamu sedang bercanda, apa pernikahan itu seperti taman bermain untukmu?”

Elina melipat tangannya di dada, dia merespon ucapan Noah dengan santai. “Nggak, bagiku pernikahan itu seperti bisnis.”

Setelah mengatakan itu, Elina pun membuka pintu mobilnya. “Aku belum selesai bicara,” ujar Noah mencoba menghalangi pintu mobil Elina.

Elina menatap ke sekeliling. Terlihat Anna dan keluarganya melihat ke arah mereka berdua. Tak hanya itu, tetangga di sekitaran mereka pun sepertinya begitu penasaran dengan apa yang terjadi.

“Masuk!” desis Elina menyuruh Noah untuk masuk ke dalam mobil.

Kini keduanya berada di dalam mobil dan sang sopir membawa mereka menjauh dari sana. Tiba di jalan yang sepi, supir Elina pun keluar dari dalam mobil meninggalkan mereka berdua.

“Apa kamu tahu jika Ibumu mencuri makanan di rumahku?” ucap Elina membuka pembicaraan mereka berdua.

“Me-mencuri, Ibuku tidak mungkin mencuri,” jawab Noah yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Elina.

Elina hanya mengangguk lalu kembali mengintimidasi Noah. “Dia mengambil makanan yang ada di rumahku dan memberikan makanan itu untuk keluarganya. Miris memang ketika seorang Ibu yang sudah renta masih harus menghidupi keluarganya. Sedangkan para pria di keluarganya hanya pengangguran dan tidak bertanggung jawab.”

Ucapan Elina cukup menampar Noah, pikirannya kembali saat dia sering datang ke rumah Elina hanya untuk mengambil sisa makanan seperti sayur dan yang lainnya untuk lauk makan mereka di rumah.

“Aku akan memaafkan semua kesalahan Ibumu dan tidak akan memecatnya atau melaporkannya ke polisi. Asalkan, kamu mau menikah denganku.”

Kedua mata mereka saling beradu pandang sebelum akhirnya Noah mengalihkan pandangannya dari Elina. “Ini membuatku gila,” desisnya.

“Aku akan membayarmu setiap bulan jika kamu mau menikah denganku. Nggak cuma itu, aku juga akan memberikan kompensasi setelah kita bercerai nanti.”

“Apa!”

Elina tersenyum melihat ekspresi bodoh yang ditunjukkan Noah. “Apa kamu pikir pernikahan ini sungguhan?” Noah masih tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. “Aku hanya mengontrakmu menjadi suami palsu selama satu bulan atau mungkin sampai masalahku selesai. Setelah itu kita akan bercerai.”

“Kamu benar-benar gila sampai hati mempermainkan pernikahan,” kesal Noah merasa dipermainkan oleh Elina.

“Semua keputusan ada ditanganmu, jika kamu menolak lamaranku mungkin aku akan memecat Ibumu atau mungkin aku akan melaporkannya ke polisi karena apa yang dia lakukan tertangkap di kamera cctv.”

Terlihat jelas jika Noah masih bingung dengan jawaban yang harus dia berikan kepada Elina. “Keluar dan pikirkan semua perkataanku. Apapun jawabannya, datang ke kantorku besok.”

Noah diam mematung ketika mobil yang ditumpangi Elina berjalan meninggalkan dia sendiri di jalan. Dia melihat ke sekeliling tidak ada orang satu pun di sana. Seketika bulu kuduknya meremang dan—

“Argh ….” Noah berlari sekencang-kencanngnya menjauh dari tempat gelap itu. "Sialan kamu ELINA!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status