Share

9. Perjalanan Panjang.

Bagas menatap Lara tajam. Entah mengapa, dia melihat keraguan  di mata perempuan itu  meski perempuan itu terlihat berani.

Namun, belum sempat membalas, Lara sudah kembali berbicara, "Tidak masalah kalau kamu belum mencintai saya. Saya berjanji, saya akan melakukan apa saja agar kelak kamu bisa mencintai saya."

Apa yang terjadi, terjadilah. Lara sudah tidak peduli. Yang penting, pernikahan ini terus berjalan sampai Sesil merasa puas.

Sementara itu, Bagas mengernyitkan dahi. Ia menatap Sesil dengan pandangan ganjil.

Bagaimana kepribadian perempuan yang bernama Sesilia Hadinata ini? Bahasa tubuhnya terus saja berubah-ubah. 

"Sebenarnya saya sudah mempunyai pacar. Kami berhubungan sudah sangat lama. Masalahnya kedua orang tua kami bermusuhan. Jadi seandainya kita menikah pun, saya tidak akan pernah mencintaimu. Saya melakukan semua ini hanya karena amanah ayah saya yang sedang sakit." Bagas mencoba kembali bernegosiasi dengan Sesil.

"Tidak masalah. Pokoknya saya ingin kamu nikahi secepatnya. Perihal lainnya akan kita bicarakan kemudian," sahut Lara datar. Jawaban Sesil membuat Bagas meradang. Perempuan seperti apa Sesil ini sampai ia rela menerima pernikahan dengan kondisi seperti ini?

"Apa apa sebenarnya dengan dirimu? Apa saat ini kamu sedang hamil dan membutuhkan sosok ayah untuk anakmu?" tebak Bagas gusar.

"Tidak," jawab Lara singkat.

"Kalau tidak, mengapa kamu ngebet sekali ingin saya nikahi?"

"Karena saya mencintaimu. Saya berjanji, saya akan membuatmu melupakan pacarmu dan mencintai saya pada akhirnya." Lara bersikukuh dengan niatnya. Asal ayahnya bisa sembuh seperti sediakala, ia tidak peduli akan diperlakukan seperti apa oleh Bagas. Masalah pacar Bagas? Ia malah gembira Bagas mencintai orang lain. Dengan begitu selama perkawinan, Bagas tidak akan mengganggunya. Ia aman secara harfiah maupun kiasan. Itu artinya saat sandiwaranya ketahuan dan Bagas menceraikannya, tubuhnya masih dalam keadaan suci.

"Kamu jangan bermimpi. Saya sangat mencintai Agni Paramitha. Kamu ini tidak ada seujung kukunya Agni. Kamu jangan pernah bermimpi untuk mendapatkan hati saya. Jangan pernah!" Bagas mengacungkan jari telunjuknya di wajah Lara.

"Sebaiknya kita bersama-sama menghadap ayah. Kita terus terang saja kalau kita ini tidak saling mencintai. Setelahnya saya akan mengantarkan kamu kembali ke sini. Bagaimana? Kamu setuju?" Bagas menurunkan nada suaranya. Ia ingin membujuk Sesil untuk membatalkan pernikahan ini seperti rencananya semula ke ibukota. Agni juga mendukung rencananya ini.

"Kalau memang kamu tidak menginginkan pernikahan ini, mengapa tidak kamu katakan saja sedari awal pada ayahmu?" pungkas Lara.

"Sudah. Sudah puluhan kali malah!" Bagas meremas rambutnya putus asa.

"Tapi ayah bersikeras menginginkan cucu darimu." Bagas mendesah kesal. 

Deg!

Mata Lara mengerjap.

"Baiklah. Saya akan terus terang saja. Mudah-mudahan setelah mendengar ini kamu akan mengurungkan niatmu." Bagas menutup wajah dengan kedua tangannya. Mempertimbangkan keputusannya sekali lagi. Setelah memikirkan baik buruknya, ia memutuskan akan mengatakan hal yang sebenarnya. 

"Sesil, sebenarnya saya dan ayah mempunyai satu perjanjian. Ayah bilang ia hanya menginginkan cucu dari anak Hardi Hadinata, yaitu kamu. Setelahnya ia tidak mempermasalahkan hubungan kita. Jika kita tetap bersama, itu bagus. Karena memang seperti itulah harapan ayah. Namun jikalau tidak, ia tidak akan mempermasalahkannya. Perhatikan poinnya. Ia hanya mau cucu." Bagas mengeja kalimatnya lamat-lamat agar Sesil mengerti maksud pembicaraannya.

"Tidak masalah. Saya akan memberikan ayahmu cucu sekaligus anak padamu," Lara menimpali peringatan Bagas datar. Setelah ia menyanggupi menukar nyawa ayahnya dengan kebebasannya, ia memang sudah tidak punya hati lagi. Ia siap berkorban apa saja.

"Tapi saya tidak mencintaimu, Sesil!" Bagas memukul kemudi di depannya. Seketika terdengar suara keras karena klakson yang tidak sengaja ikut terpukul oleh kepalan tangannya. Gadis ini sungguh gila!

"Saya tidak ingin menghancurkan masa depanmu. Makanya saya berencana mengajakmu ke Yogya untuk sama-sama memberi pengertian pada ayah, kalau kita ini tidak saling mencintai. Dengan begitu masa depan kita berdua sama-sama terselamatkan." Bagas menerangkan semuanya secara gamblang. Ia memang tidak mencintai Sesil. Namun ia juga tidak mau merusak anak gadis orang. Dirinya tidak sejahat itu.

"Tapi saya mencintaimu. Saya akan melakukan apa saja, saya ulangi apa saja agar kamu mencintai saya. Saya tetap ingin melanjutkam pernikahan ini. Titik." Lara tetap dengan keputusannya. Terlanjur basah, ia akan mandi sekalian.

"Kamu sudah gila, Sesil. Sungguh-sungguh gila!" Bagas melemparkan tangannya ke udara. Ia tidak tahu lagi bagaimana caranya membujuk Sesil agar tidak masuk dalam perangkap penderitaannya. Tapi sepertinya mustahil. Sesil bersikukuh dengan keinginannya.

"Kalau kamu memang ingin menghancurkan masa depanmu sendiri, ya terserah. Kita menikah dan kamu secepatnya memberi ayah saya cucu. Tapi ingat, setelahnya saya akan menceraikanmu dan menikahi Agni. Saya juga membawa serta anak kita. Kamu akan pulang ke ibukota seorang diri dengan status sebagai seorang janda." 

Karena Bagas tidak mendengar bantahan sesuku kata pun dari Sesil, ia segera menjalankan kembali kendaraannya.

Ia tidak tahu setan apa yang tengah bercokol di kepala Sesil. Tapi, ia tidak akan mengulang permintaannya dua kali. Semua rencana telah ia buka sejak awal pernikahan ini akan dieksekusi. Ia tidak mau menipu Sesil. Kalau gadis ini setuju, itu bukan kesalahannya. Karena ia telah mengatakannya sebelumnya.

Sementara Lara yang saat ini memalingkan wajah ke sisi kiri, diam-diam menyusuti air mata. Sebenarnya bukan hanya Bagas yang memiliki Agni Paramitha. Dirinya sendiri juga sudah memiliki Priyatama Hadinata. Kekasihnya sekaligus sepupu Sesil. Ayah Priya, Bastian Hadinata adalah kakak sulung Hardi Hadinata, ayah Sesil.

Dirinya dan Priya baru saja jadian sebulan yang lalu, setelah Priya mengejarnya selama hampir setahun. Lara baru bersedia menerima cinta Priya, setelah Priya bersedia menuruti beberapa persyaratan darinya. Di antaranya adalah Priya harus membiarkannya bekerja minimal tiga tahun untuk membantu perekonomian keluarganya. Juga merahasiakan hubungan mereka selama beberapa waktu. Pada mulanya Priya tidak setuju berpacaran kucing-kucingan seperti ini. Ia sudah terlalu tua untuk back street-an katanya. Namun tatkala Lara mengemukakan alasannya, bahwa saat ini ayah Priya tengah mencalonkan diri sebagai walikota dan membutuhkan image baik, Priya mengalah. Ia mencoba bersabar sampai ayahnya menduduki jabatan walikota dulu, baru ia akan meresmikan hubungan mereka berdua. 

Mereka berdua juga sama-sama sadar bahwa untuk mendapatkan restu keluarga besar Hadinata itu tidak mudah. Ada kesenjangan status sosial mereka berdua yang terlalu jauh. Namun, Priya yang saat ini berkarir sebagai seorang dokter telah meyakinkannya. Bahwa dirinya sudah dewasa dan berhak mengambil keputusan sendiri. 

Memikirkan dirinya yang akan menjalani peran sebagai mempelai pengganti, membuat dada Lara sesak. Priya pasti akan sangat kecewa padanya. Tapi, dirinya pun tidak punya pilihan.

Mana mungkin ia membiarkan ayahnya mati perlahan, sementara ia sebenarnya masih punya jalan untuk menyelamatkannya? Walaupun, jalannya mungkin akan membuatnya luluh lantak sepanjang hidupnya.

 "Ya Allah, kuatkanlah aku...." lirih Lara dalam hati--meminta kekuatan sang pencipta untuk merelakan hatinya. 

*******

Lara menggeser posisi pinggulnya di dalam mobil. Berjam-jam berkendara membuat bokongnya kebas. Ditambah dengan Bagas yang terus memasang wajah ketat dan irit bicara, membuat perjalanan ke kebun teh ini rasanya kian menegangkan.

Sejurus kemudian laju mobil yang dikemudikan Bagas memasuki perempatan jalan dengan plang bertuliskan Dekso. Bagas melanjutkan perjalanan memasuki kawasan Perbukitan yang sekilas Lara googling bernama perbukitan Menoreh. Perjalanan selanjutnya melalui jalan perbukitan yang naik turun. 

Saat menemui jalan pertigaan sebelum Pasar Plono, terlihat plang dengan tulisan Wisata Nglinggo Tritis. Bagas kemudian berbelok ke kanan. Mengikuti jalan beraspal namun lebih sempit dari jalan yang sebelumnya. Sekitar setengah jam kemudian, mereka pun tiba di perkebunan teh Nglinggo.

Pemandangan hijaunya kebun teh bagai hamparan karpet raksana berwarna hijau.

Lara mengernyitkan kening tatkala dari kejauhan ia memindai ada orang yang menghalangi laju mobil Bagas.

Di samping orang tersebut ada sebuah mobil berjenis jeep. Bagas melambatkan kendaraan. Semakin dekat, Lara melihat sosok penghalang itu adalah seorang gadis yang sangat cantik. Di tengah terpaaan angin, rambut sang gadis berkibar dengan indahnya.

"Agni!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status